Gambar Ilustrasi/shutterstock.com
Dream - Jemaah haji telah menyelesaikan ibadah wukuf di Arafah, kemudian melanjutkan mabit (menginap) di Muzdalifah dan Mina. Menag Yaqut Cholil Qoumas melihat pelaksanaan wukuf di Arafah secara umum berjalan baik dan lancar.
Namun, kondisi di Mina jauh lebih berat dibanding di Arafah. Sebab jika di Arafah jemaah hanya berdiam sementara di Mina jemaah akan melontar jumrah Aqabah pada 10 Zulhijjah, dilanjutkan jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari-hari Tasyrik.
" Sampai selesai wukuf, dilaporkan ada tujuh jemaah wafat di Arafah. Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama akan terulang, banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia. Kita tidak berharap," terang Yaqut sebelum ke Muzdalifah, Selasa 27 Juni 2023.
Karena itu, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi diminta Menag untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah yang mayoritas lansia agar tidak memaksakan.
" Sebab, di Fikih banyak alternatif. Sehingga, mereka yang tidak mampu bisa dibadalkan lontar jumrahnya," sambungnya.
Hanya jemaah yang benar-benar memungkinkan secara fisik yang boleh melontar jumrah dan tawaf ifadah sendiri. Jemaah yang secara fisik tidak memungkinkan, diminta lontar jumrahnya dibadalkan.
Pria yang akrab disapa Gusmen itu menerangkan, satu orang petugas haji bisa membadalkan beberapa jemaah haji. Sehingga jemaah tidak perlu memaksakan kondisi fisiknya demi kelancaran ibadah haji.
Menag menegaskan, jemaah tidak perlu khawatir sebab badal lempar jumrah itu sah secara fikih dan tidak dipungut biaya.
" Tidak ada pungutan apa pun atas badal lontar jumrah," tegasnya.
" Bahkan, jemaah yang wafat dibadalhajikan oleh petugas, tanpa dipungut biaya. Demikian juga jemaah yang sakit dan tidak memungkinkan disafariwukufkan, juga dibadalhajikan, dan tidak dipungut biaya," lanjutnya.
Adapun yang akan dibadalkan lontar jumrahnya diantaranya adalah 200 jemaah yang disafariwukufkan. Mereka akan dibadalkan lontar jumrah aqabah maupun lontar jumrah di hari-hari tasyrik.
sumber: Kemenag.go.id.
Dream - Kementerian Agama (Kemenag) bakal menerapkan program percepatan pemberangkatan untuk calon jemaah haji lanjut usia (Lansia). Nantinya, setiap tahun akan diadakan kuota prioritas Lansia sebagai upaya mengurangi penumpukan jemaah usia lanjut dalam daftar tunggu.
Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Zainut Tauhid Sa'adi menjelaskan, banyaknya jumlah lansia merupakan dampak dari tidak adanya pemberangkatan jemaah haji Indonesia pada 2020 dan 2021.
Jumlah jemaah haji Lansia juga bertambah karena sempat adanya kebijakan pembatasan usia jemaah yang boleh berangkat haji pada 2022 akibat pandemi Covid-19.
Dengan program prioritas, Kemenag berharap jumlah jemaah lansia di tahun-tahun berikutnya akan berkurang signifikan, bahkan habis.
" Bapak Menteri Agama punya kebijakan afirmasi untuk jemaah lansia, sehingga diharapkan jemaah lansia ini secara bertahap bisa dikurangi, bahkan pada titik tertentu sudah tidak ada lagi. Sehingga ke depan jemaah haji rata-rata usianya tidak lagi usia lansia," kata Zainut.
Zainut menyontohkan, dengan tambahan kuota sebanyak 8.000 orang tahun ini, para jemaah yang sudah masuk kategori Lansia mencapai 30 persen atau sekitar 76 ribu orang.
“ Tentu ini membutuhkan treatment khusus untuk bisa memberikan layanan sebaik-baiknya bagi para jemaah lansia itu," ujar Zainut di Jeddah, Arab Saudi, Rabu 21 Juni 2023.
Sementara Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag, Saiful Mujab mengatakan, Kemenag saat ini menerapkan kebijakan porsi 5 persen untuk jemaah haji lansia. Alokasi ini lebih tinggi dari kebijakan tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1 persen.
" Tahun ini kebijakan untuk lansia 5 persen, yang biasanya 1 persen, tahun ini 5 persen karena untuk mendorong agar jemaah yang usia tua yang antre itu bisa selesai," kata Saiful saat ditemui tim Media Center Haji (MCH) sesaat setelah tiba di Jeddah bersama rombongan Amirul Hajj, Rabu kemarin.
Jika kebijakan ini konsisten diterapkan, dia berharap paling tidak setelah 3 tahun ke depan, tidak akan ada lagi jemaah haji lansia di atas usia 80 tahun.
" Kalau lihat datanya usia 80-100 tahun ke atas sekitar 36 ribu. Kalau seandainya kita berani 5 persen selama 3 tahun, insyaallah itu akan turun. Sehingga jemaah kita nanti usianya di bawah 80, tidak sampai di atas 90 tahun," ujarnya.
Diketahui, tahun ini jumlah jemaah haji lansia Indonesia yang diberangkatkan ke Tanah Suci mencapai sekitar 67 ribu atau 30 persen dari total kuota 229.000 orang. Jemaah tertua yang diberangkatkan berusia 119 tahun berasal dari Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
sumber: Liputan6.com.