Foto: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023
Dream - Ketua PPIH Arab Saudi, M Subhan Cholid, menyampaikan, pihaknya bersama Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, serta pihak Masyarik, telah menyusun rencana pergerakan jemaah haji pada fase Armina.
Jemaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah pada 8 Zulhijjah atau diprediksi jatuh pada 26 Juni 2023 dalam tiga fase pemberangkatan. Fase pertama mulai pukul 07.00 hingga 11.00 WAS, fase ke dua mulai pukul 11.00 sampai 15.00 WAS, dan fase ketiga mulai pukul 15.00 WAS sampai selesai.
“ Jadi ada tiga trip pemberangkatan jemaah. Setiap Maktab akan mengalokasikan 21 bus. Jumlah jemaah per maktab sekitar 2.900 orang. Satu bus akan membawa 45 jemaah. Jadi insyaAllah setiap maktab bisa diselesaikan dalam tiga setengah kali putaran penjemputan,” kata Subhan.
Pergerakan selanjutnya dari Arafah menuju Muzdalifah setelah jemaah menjalani ibadah wukuf. Pada fase ini, sarana transportasi yang digunakan setiap maktab dikurangi menjadi 9 bus. Sehingga proses penjemputan jemaah diperkirakan sampai tujuh hingga delapan putaran.
Dari Muzdalifah, jemaah akan diberangkatkan menuju Mina dengan jarak sekitar 2 km. Untuk menghindari kemacetan, armada yang digunakan dikurangi menjadi 5 bus per maktab namun perputaran jadi lebih banyak.
“ Untuk pergerakan dari Mina ke Makkah, armada yang digunakan akan kembali menjadi 21 bus per maktab. Jemaah yang mengambil nafar awal akan diberangkatkan pada 12 Zulhijjah sebelum terbenamnya matahari, sedang yang mengambil nafar tsani diberangkatkan dari Mina pada 13 Zulhijjah,” jelas Subhan.
Selain itu, PPIH juga membentuk struktur yang disebut Satops (Satuan Operasional) Armuzna. Selain itu, juga dibentuk tiga Satgas (Satuan Tugas) yaitu Satgas Arafah untuk Daker Bandara, Satgas Muzdalifah untuk Daker Makkah, dan Satgas Mina untuk Daker Madinah.
Subhan menjelaskan, setiap satgas akan dibentuk masing-masing 11 tim adhoc, yang bertugas memberikan layanan kepada seluruh jemaah haji Indonesia selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Ia menuturkan bahwa Tim adhoc beranggotakan petugas perlindungan jemaah (Linjam), tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH), petugas kesehatan, petugas layanan Lansia, serta tim Bimbingan Ibadah (Bimbad).
“ InsyaAllah kebutuhan layanan kepada jemaah akan kita berikan melalui titik-titik adhoc,” ujar Subhan.
Selain itu, PPIH juga akan menempatkan sejumlah personel pada 70 maktab yang ditempati jemaah haji Indonesia. Mereka bertugas mengawasi Maktab dalam memberikan layanan akomodasi jemaah sekaligus mengawasi layanan katering.
“ Jemaah akan mendapat layanan katering sebanyak 16 kali makan selama di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Layanan ini disiapkan oleh maktab. Kita siapkan tim yang melekat untuk melakukan pengawasan,” kata Subhan menjelaskan.
Khusus di Mina, selain tim adhoc yang ditempatkan pada 11 titik area tenda jemaah, juga disiapkan tim Jamarat. Tim ini akan disiagakan di 10 titik dengan rincian lima titik pada rute jamarat bagian atas dan lima titik pada rute jamarat bagian bawah.
“ Kita siapkan jalur pengamanan di atas dan bawah. Sebab, rute pergerakan jemaah haji Indonesia dari tenda Mina ke Jamarat yang disiapkan Saudi, bisa melalui jalur atas dan ada potensi juga jemaah melalui jalur bawah. Sehingga di atas lima titik dan bawah lima titik untuk pengamanan,” papar Subhan.
“ Dari Jamarat menuju tenda di Mina, disiapkan delapan pos petugas. Di setiap pos ditempatkan sejumlah personel untuk mengawal jemaah selama dalam perjalanan menuju dan pulang dari Jamarat,” lanjutnya.
Sementara petugas layanan lansia akan ditempatkan di setiap titik. Mereka akan dibekali dengan dengan sejumlah perangkat pendukung, seperti kursi roda.
“ InsyaAllah kita akan siapkan lebih 100 kursi roda untuk layanan Armina, utamanya pada fase Mina. Pihak Masyarik juga menginformasikan bahwa mereka akan menyiapkan 15 mobil golf di Mina untuk layanan lansia,” beber Subhan.
Selama di Mina, jemaah lansia diimbau untuk tetap berada di tenda. Proses lempar jumrahnya bisa diwakilkan kepada jemaah lainnya yang memiliki fisik lebih kuat, dan itu sah. Sebab, untuk sampai ke jamarat, seluruh jemaah harus jalan kaki berkilo-kilo meter dan itu butuh energi luar biasa.
Jarak terdekat antara tenda yang ditempati jemaah Indonesia ke jamarat yakni sekitar 3 km, sehingga kalau pergi pulang berarti harus menempuh jarak sejauh 6 km. Sementara jarak terjauh mencapai 7 km, sehingga kalau pergi pulang berarti harus menempuh jarak 14 km.
“ Ini tentu bagi jemaah lansia sangat berat. Karenanya bisa diwakilkan karena secara syar’i memang diizinkan untuk diwakilkan. Jemaah lansia tetap berada di tenda untuk berdoa dan berzikir, sementara lontar jumrahnya diwakilkan,” jelas Subhan.
Sementara jemaah haji Indonesia terus berdatangan ke Kota Makkah Al-Mukarramah, baik dari Madinah maupun Jeddah. Hingga Rabu 14 Juni 2023 siang waktu Arab Saudi, tercatat 323 kelompok terbang (kloter) dengan 122.787.
sumber: Liputan6.com.