Ilustrasi Jemaah Haji. (Foto: Pexels.com)
Dream – Tarwiyah dikenal sebagai puasa sunnah yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah. Hari tarwiyah jatuh sehari sebelum dimulainya ibadah haji di Mekah. Pada hari tarwiyah, jemaah haji memulai perjalanannya dari Mekah menuju Mina. Letak Mina sekitar delapan kilometer di sebelah timur Kota Mekah.
Sementara umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji disunnahkan berpuasa, yaitu puasa tarwiyah. Tarwiyah adalah penyebutan hari kedelapan dari bulan Dzulhijjah. Banyak keutamaan yang ada pada hari tarwiyah, inilah mengapa umat Islam yang tidak beribadah haji disunnahkan berpuasa.
Tarwiyah dalam ibadah haji dimaknai sebagai hari perbekalan bagi jemaah haji untuk bersiap-siap perjalanan wukuf di Arafah. Pengertian tarwiyah adalah bisa dimaknai dari berbagai sisi. Apa sebenarnya pengertian tarwiyah? Mari simak ulasan selengkapnya di bawah ini!
Selain dikenal sebagai puasa sunnah, tarwiyah juga dikenal sebagai hari perbekalan. Pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah), jemaah haji mempersiapkan perbekalan untuk wukuf di Arafah. Kemudian para jemaah haji meninggalkan Mekah menuju Mina dengan berpakaian ihram dan niat menunaikan ibadah haji.
Perjalanan dari Mekah ke Mina memiliki makna simbolis dalam ibadah haji. Para jemaah haji mengenakan pakaian ihram dan melakukan persiapan menuju Mina, tempat di mana mereka akan menghabiskan waktu semalam sebelum melanjutkan ibadah haji pada hari berikutnya.
Tarwiyah memiliki arti harfiah ‘mengambil air’ dalam bahasa Arab. Pada masa lalu, pada hari Tarwiyah, para jemaah haji biasanya mengambil persediaan air untuk keperluan mereka selama tinggal di Mina.
Secara umum, Tarwiyah adalah bagian dari rangkaian ibadah haji yang penting dan memiliki makna spiritual bagi umat Islam yang menjalankannya.
Sebagian Muslim mungkin bertanya-tanya mengenai penamaan hari tarwiyah. Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi (544-606 H) dalam Kitab Tafsîr Mafâtîhul Ghaib, hari Tarwiyah adalah hari kedelapan Dzulhijah yang mempunyai makna berpikir atau merenung. Dulu, hari tarwiyah adalah hari di mana Nabi Ibrahim merenungkan mimpinya menyembelih putranya. Inilah mengapa hari Tarwiyah identik dengan keadaan berpikir dan merenung tentang peristiwa yang mungkin masih dipenuhi keraguan.
Fakhruddin Ar-Razi mengutip pendapat ulama soal alasan di balik penamaan hari tarwiyah berikut ini:
" Ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah, (1) karena Nabi Adam ‘Alaihis Salâm diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika membangun, ia berpikir dan berkata: Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini? Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ menjawab: Ketika engkau melakukan tawaf di tempat ini, maka Aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tawafmu. Nabi Adam memohon: Tambahlah (upah)ku. Allah menjawab: Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tawaf di sini. Nabi Adam memohon, Tambahlah (upah)ku. Allah menjawab: Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan tawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah). (2) Sesungguhnya Nabi Ibrahim Alaihis Salâm bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya. Maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah Subhânahu Wata’âlâ atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salâm berkata: Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu. (3) Sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah."
Sementara itu, Syekh Nidhamuddin al-Hasan bin Muhammad bin Husein an-Naisaburi dalam Tafsîr an-Naisabûri menyebutkan, hari Tarwiyah adalah hari yang mempunyai sejarah sangat luar biasa, yaitu menjadi hari persiapan untuk bekal menuju ibadah haji. Orang-orang mengumpulkan air yang sangat banyak untuk dibagikan kepada calon jemaah haji.
Mereka akan memberikan kepada jemaah setelah merasakan lelah dan dahaga ketika menempuh perjalanan menuju Kota Makkah, atau mereka akan membagikan air-air yang telah mereka kumpulkan kepada para jemaah saat melaksanakan ibadah haji, mengingat gersangnya tanah Arab dan sedikitnya air pada saat itu. Ibaratnya, yang sedang melaksanakan ibadah haji merupakan orang yang sangat haus atas rahmat Allah. Karenanya, Allah telah mempersiapkan rahmat-Nya kepada mereka semua setelah melakukan ibadah, dengan diampuninya dosa-dosa mereka.
Sumber: NU Online