Choiron Nasichin Dan Ilustrasi Ibnu Batutah
Dream - Seribu jalan menuju Roma. Mungkin pepatah itulah yang pas untuk cara-cara unik pergi haji berikut ini. Sebab, orang-orang ini menempuh cara yang tidak lazim untuk pergi ke Mekah. Bagaimanapun caranya, tujuan mereka hanya satu: sampai ke Tanah Suci untuk berhaji.
Ada yang berangkat haji dengan berjalan kaki. Padahal jarak tempat asalnya dengan Mekah tidaklah dekat. Tak hanya puluhan atau ratusan kilometer. Perjalanan itu menempuh ribuan kilometer. Ada beberapa orang yang berjalan kaki untuk berhaji, namun yang paling fenomenal dilakukan oleh si pengembara Muslim, Ibnu Batutah.
Ada pula yang ramai-ramai naik motor. Seperti para pejalan kaki, para biker ini berangkat ke Tanah Suci jauh-jauh hari. Sepanjang perjalanan, mereka juga mempelajari budaya komunitas Muslim di negara yang dilewati.
Atau yang unik adalah kisah `menyusup` ke Tanah Suci ala Choiron Nasichin, pria asal Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Dia diam-diam menyusup dan nebeng pesawat jamaah haji di Juanda. Dia tak ketahuan petugas, padahal penjagaan bandara tergolong sangat ketat dan sulit ditembus.
Berikut kisah-kisah unik pergi ke Tanah Suci sebagaimana dirangkum Dream, Rabu 10 September 2014:
Ibnu Batutah
Ini mungkin perjalanan haji yang paling legendaris. Ibnu Batutah, sang pengembara dari Maroko, telah berjalan beribu kilometer untuk berhaji. Pada usia kurang dari 21 tahun, dia memulai perjalanan ke Tanah Suci. Kala itu tahun 1325 Masehi.
Ibnu Batutah menyeberangi Tunisia dan hampir seluruh perjalanannya ditempuh dengan berjalan kaki. Dia tiba di Alexandria pada 15 April 1326 dan mendapat bantuan dari sultan Mesir berupa uang dan hadiah untuk bekal menuju Tanah Suci.
Perjalanan ke Makkah dilanjutkan melalui Kairo dan Aidhab, pelabuhan penting di Laut Merah dekat Aden. Dia melanjutkan perjalanan ke Mekah melalui Gaza, Jerusalem, Hamamah, Aleppo dan Damaskus di Suriah dan tiba di Mekah pada Oktober 1926.
Selama di Mekah, pria bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati Al-Tanji itu bertemu dengan jamaah dari berbagai negeri. Pertemuan inilah yang mendorong semangat dia untuk mengenal langsung negeri-negeri asal jamaah haji. Lalu dia membatalkan niat untuk pulang dan memulai pengembaraan menjelajahi dunia.
Pria kelahiran Tangiers, Maroko, pada 24 Februari 1304 Masehi itu berkali-kali naik haji. Setelah berhaji, dia kembali mengembara dan tidak pulang ke kampung halaman. Pada tahun 1348 Masehi, dia menunaikan haji yang ke empat.
Sejak itu, dia memutuskan kembali ke Maroko dengan menyusuri Jerusalem, Gaza, Kairo dan Tunis. Dengan menumpang perahu dari Tunisia, dia menuju Moroko lewat Dardinia dan tiba di Fez, ibu kota Maroko pada 8 November 1349M.
Sejak itu Ibnu Batutah menetap hinga akhir hayat pada 1377M. Seluruh pengembaraan beliau ke negara Islam dan non-Islam berlangsung selama 24 tahun.
Senad Hadzic
Perjalanan haji ini dilakukan Hadzic tiga tahun silam. Pria yang sekarang berusia setengah abad ini menempuh jarak 5.700 kilometer dari negara asalnya, Bosnia, menuju Mekah.
Jarak itu ditempuh Hadzic dengan berjalan kaki hampir setahun, tepatnya selama 314 hari. Selama perjalanan itu, dengan membawa ransel berbobot 20 kilogram, dia melintasi sejumlah negara, antara lain Serbia, Bulgaria, Turki, Suriah, dan Yordania.
Perjalanan yang dimulai Desember 2011 itu tak mudah bagi Hadzic. Di sejumlah perbatasan, dia harus menunggu beberapa minggu. Bahkan dia tertahan selama dua bulan di perbatasan Yordania dan Arab Saudi untuk mendapatkan visa masuk.
Kharlzada Kasrat Rai
Pria Pakistan ini berhaji pada 2013 silam. Aksi jalan kaki itu dimulai pada Juni 2013 dan tiba di Mekah, Arab Saudi, pada 1 Oktober tahun yang sama. Dalam perjalanan itu, Rai melintasi tiga negara, yaitu Iran, Irak, dan Yordania.
Jarak yang ditempuh Rai sekitar 6.387 kilometer. Saat tiba di Mekah, dia disambut pejabat tinggi Saudi dan perwakilan imam besar Masjidil Haram.
Perjalanan setahun lalu itu bukan satu-satunya jalan kaki jarak jauh yang dilakukan Rai. Pada 2007, dia pernah berjalan kaki dengan jarak 1.999 kilometer, menelusuri Khyber dan Karachi di Pakistan. Untuk jarak itu, dia butuh waktu 85 hari.
Pada 2011, Rai berjalan kaki dari Lahore menuju Islamabad. Dalam waktu dua minggu, dia tempuh jarak 327 kilometer. Pada tahun yang sama, dia menempuh jarak 222 kilometer, dari Islamabad ke Desa Chakuti, dalam waktu sembilan hari.
Dan pada 2011, Rai kembali berjalan kaki dalam jarak cukup jauh, yaitu 2.287 kilometer dalam waktu 72 hari. Kala itu dia berangkat dari Khyber dan Karachi untuk misi perdamaian.
Biker Malaysia
Dua belas pria asal Malaysia ini bukan pergi untuk berhaji. Melainkan untuk berumrah. Namun, cara para pemotor ke Tanah Suci ini cukup unik.
Para pemotor negeri jiran itu memulai perjalanan dari Kuala Lumpur pada bulan Maret tahun ini. Mereka tiba pada Mei tahun yang sama.
Tak disebutkan berapa ribu kilometer jarak yang telah mereka tempuh. Yang jelas, selama enam puluh hari itu mereka telah melintasi dua belas negara dan lima puluh tiga kota.
" Kami ingin umrah sambil melihat negara-negara lain dengan sudut pandang kami," kata seorang anggota rombongan.
Kaji Nunut
Ini kisah legendaris pergi ke Tanah Suci Mekah dari Indonesia yang dilakukan oleh Choiron Nasihcin. Pria asal Jombang, Jawa Timur, itu tak punya cukup uang untk berhaji. Namun pada 1992 dia nekat.
Kala itu, Choiron menyusup ke dalam pesawat Garuda di Bandara Juanda, Surabaya, yang mengangkut Kloter IX. Namun penyusupan Choiron terbongkar saat pesawat sudah mengudara.
Choiron sempat dikira orang gila. Beruntung ada orang yang berasal satu desa dengan dirinya. Sehingga jamaah haji dan kru pesawat yang sempat heboh bisa tenang.
Di dalam pesawat itu, Choiron sempat dimasukkan ke dalam toilet. Dikunci dari luar. Itu untuk menghindari razia dari petugas imigrasi Saudi. Beruntung dia lolos dari razia.
Choiron akhirnya dipulangkan ke Tanah Air. Pesawat yang biasa mengangkut ratusan calon haji itu dia tumpangi sendiri. Dia merasa seperti raja.
Sebelumnya, Choiron memang sudah dipanggil haji oleh orang-orang di kampungnya. Bukan karena sudah ke Tanah Suci, panggilan itu diberikan karena dia suka memakai kopiah putih.
Sejak itu pula Choiron dipanggil dengan sebutan " Kaji Nunut" atau " Haji Nebeng" . Setelah itu pula simpati berdatangan. Dia kemudian benar-benar bisa naik haji pada 1994 dan 2005. Meski sudah naik haji beneran, dia tetap dipangil " Kaji Nunut" .
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik