Ilustrasi Penanganan Medis Cedera Tulang (foto: Dokternicolaas.com)
Dream – Banyak kasus atlet olahraga mengalami cedera tulang. Tak hanya atlet, bagi siapapun cedera tulang menjadi masalah serius. Kualitas hidup seseorang bisa menurun secara berkepanjangan disebabkan oleh cedera, semangat hidup dan kepercayaan diri berisiko hilang dari hidupnya.
Inilah mengapa cedera perlu diantisipasi sedini mungkin, karena penanganan yang terlambat dan tidak tepat hanya akan berakibat buruk.
Info dan jadwal dokter ortopedi yang bagus di Jakarta, simak selengkapnya.
Intinya, jangan pernah menyepelekan cedera yang ada di tubuh kita seperti: rasa sakit di lutut, persendian, tulang belakang, dan bagian tubuh lainnya.
Seperti apa bahayanya cedera tulang ini menurut ahli medis? Berikut Dream akan ulas pendapat dokter ahli bedah tulang di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Dokter Nicolaas Budhiparama, Sp. OT (k), seperti dilansir dokternicolaas.com.
Dokter Nicolaas Budhiparama, Sp. OT (k), dokter ahli bedah tulang dengan reputasi dunia itu mengatakan, kondisi yang berhubungan dengan degeneratif (baik lutut, tulang belakang, dan panggul). Selain itu juga yang berhubungan dengan penuaan seperti perkapuran dan keropos, cedera akibat olahraga dan trauma, kasus-kasus seperti itu menurutnya masih banyak dijumpai selain kelainan bawaan pada anak.
Penanganan tulang belakang banyak dilakukan prosedur minimally invasive spine surgery pada kelainan degeneratif dan osteoporosis yang dilakukan oleh dokter Irfan Saleh, Sp. OT (K) di Rumah Sakit Medistra.
Meningkatnya angka harapan hidup sedikit banyak berhubungan dengan masalah tulang. Orang yang tidak terlalu banyak beraktivitas dan kelebihan berat badan, secara bersamaan akan bisa mengalami kondisi pengeroposan tulang atau osteoporosis dan perkapuran atau osteoarthritis. Kondisi ini juga sering terjadi pada orang yang mengalami cedera saat berolahraga.
Dokter Nicolaas juga mengatakan, pengobatan orthopaedi (pengobatan yang berkaitan dengan keluhan tulang), sangat perlunya berkonsultasi pada dokter berdasarkan subspesialisasinya. Menurutnya, zaman dulu dokter diibaratkan superman. Seorang dokter bedah misalnya, bisa menangani semua kasus bedah.
Saat ini, menurut dr Nicolaas, pengobatan orthopaedi sudah lebih canggih dan sudah ada subspesialisasinya. “ Untuk keluhan di panggul dan lutut misalnya, sebaiknya dilakukan oleh dokter orthopaedic sesuai keahliannya,” kata dokter ahli bedah khusus panggul dan lutut, serta kedokteran olahraga.
Baginya, para dokter orthopaedi harus mengikuti program fellow ship selama 1-2 tahun untuk mendapatkan sertifikat subspesialisasinya. Jika dokter sudah bersertifikat dan professional menangani kasus keluhan tulang, maka jangan sampai pengobatan orthopaedi justru menajdi bumerang bagi pasien.
Penanganan para atlet professional yang mengalami kasus terbanyak cedera tulang, robekan bantalan tulang dan urat besarnya anterior cruciate ligament (ACL) yang putus. Penanganan cedera seperi ini tidak harus dilakukan operasi. Karena harus dilihat dterlebih dahulu setiap kasusnya, yaitu bisa dengan rehabilitasi dan jika perlu direkonstruksi secara arthroscopy.
“ Perlu dipertimbangkan beberapa persen setelah direkonstruksi bisa kembali ke performa sebelum cedera,” kata dokter Nicolaas yang banyak menangani para atlet dunia maupun nasional.
Maka dari itu, untuk mengetahui diagnosis dan menentukan terapi apa yang palin cocok untuk menangani kasus cedera, perlu dilakukan pengecekan berkala yang bersifat individual. Karena kasus tulang tak bisa disamakan untuk setiap pasien.
Perlu dilakukan pemeriksaan klinis yang komprehensif untuk menetapkan diagnosis. Bahkan hika diperlukan boleh dilakukan pemeriksaan tambahan seperti radiologi dan laboratorium.
Screening untuk deteksi dini penyakit sangat diperlukan untuk menangani kasus-kasus tertentu seperti osteoporosis yang memiliki faktor risiko. Sementara itu untuk kondisi lain, dapat dilakukan bersamaan dengan check up rutin pasien pada umumnya.
Perlu diketahui Sahabat Dream, orteoporosis atau pengeroposan tulang lebih dikenal sebagai silent disease. Artinya, penyakit ini sering menyerang penderita secara diam-diam karena tidak ada gejalanya.
Deteksi dini untuk mengetahui diagnose penyakit tulang adalah dengan Bone Mineral Density Test. Dokter Nicolaas menyebutkan dengan pemeriksaan yang tepat, maka akan terlihat apakah seseorang mengalami tulang keropos, menuju keropos, atau normal.
Ia juga menambahkan, dengan perubahan gaya hidup di zaman sekarang, usia 40 tahun dianjurkan untuk screening. Teknologi canggih seperti MRI dan MSCT tiga dimensi yang tersedia memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis dan meningkatkan presisi serta keberhasilan dalam terapi yang dilakukan secara berkala.
Rumah Sakit Medistra memiliki MRI 1,5 Tesla, type HDxT. Alat ini bisa memberikan gambaran yang menunjukkan perbedaan jelas dan lebih sensitif dalam menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, termasuk susunan muskuloskeletal seperti otot, ligament, tendon, tulang rawan, dan ruang sendi.
Terdapat dua jenis terapi kelaian orthopaedi, yaitu terapi konservatif dan operatif. Terapi konservatif dilakukan dengan edukasi, fisioterapi, pemakaian alat bnatu dan pengobatan. Sementara itu terapi operatif adalah terapi dengan peralatan dan implant terbaru dengan teknik Minimally Invasive Surgery yang merupakan pengembangan dari teknologi sebelumnya.
Contohnya adalah jenis plate yang digunakan dalam operasi menyesuaikan ola anatomi tulang aslinya. Sebenarnya teknik operasi perlu dilakukan evaluasi kembali dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya.
Operasi pengobatan sendi lutus pun juga sangat bergantung pada kondisi sebelum operasi dilakukan. “ Untuk normal kembali 100%, jelas tidak bisa,” kata dokter Nicolaas yang merupakan lulusan universitas Leiden, Belanda. Menurutnya yang paling penting adalah jika cedera tulang sudah menganggu pasien dalam beraktivitas sehari-hari maka baru dilakukan operasi.
RS Medistra menjadi salah satu leader di Asia Pasifik dalam hal penggantian sendi lutut. Operasi TKR dengan bantuan navigasi computer dimulai sejak tahun 2004. Menurut penjelasan dokter Nico, RS Medistra pada tahun 2007 berhasil melakukan operasi menggunakan prostesis hyperflex rotating platform yang pertama di Indonesia.
Operasi tersebut merupakan prostesis generasi terbaru, sendi lutut yang rusak pada pasien bisa diganti dengan fungsi yang lebih baik. Grand launching se-Asia Pasifik telah dilakukan di Indonesia pada tahun 2015 untuk implan terbaru dan tercanggih yang memungkinkan lutut bisa ditekuk dengan lebih baik dan bertahan lebi lama hingga 25 tahun.
Namun, perdebatan masih banyak terjadi dalam proses penanganan cedera tulang ini. selama masih bisa menggunakan obat-obatan, fisioterapi dan ditangani dengan benar, pasien masih bisa beraktivitas sehari-hari.
Akan tetapi penting bagi kita semua untuk mencegah sebelum mengobati. Demi kesehatan tulang dan sendi, direkomendasikan bagi setiap orang untuk banyak bergerak tetapi tetap jangan mengabaikan faktor risiko. Riwayat cedera penyakit yang pernah diderita patut dipertimbangkan sebelum memilih aktivitas fisik yang paling tepat.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati