Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Limfoma Hodgkin (LH) merupakan salah satu jenis kanker kelenjar getah bening yang cukup ganas. Jumlah kasus atau prevelansinya cenderung lebih rendah dibandingkan kanker non-HL. Data Globocan (Global Cancer Observatory) 2018 mencatat, ada 1.047 kasus HL di Indonesia dengan jumlah kematian 574 jiwa.
Limfoma Hodgkin ini merupakan kanker yang terjadi karena mutasi sel B pada sistem limfatik dan biasa terjadi di kelenjar getah bening leher dan kepala. Gejalanya ditandai dengan pembesaran kelenjar, demam, kelelahan, sesak napas hingga nyeri dada.
Kanker ini memiliki angka kesembuhan yang cukup tinggi, yakni mencapai 80 persen. Pengobatan pertama dapat dilakukan dengan cara kemoterapi dan radioterapi. Sayangnya, masih ada 20-30 pasien yang tidak merespons dengan pengobatan atau mengalami kekambuhan.
" Kalau kambuh, obat kemonya harus diberikan dengan dosis lebih tinggi dengan efek samping yang tentunya lebih berat. Harus ditopang juga dengan obat stimulus atau tindakan transfusi," ujar Dr.dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, Spesialis Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM di Jakarta, Rabu 13 November 2019.
Sebagai alternatif, ada inovasi pengobatan non transplantasi dengan Antibody Drug Conjugate (ADC) yang dikategorikan sebagai terapi bertarget. Obat pintar ini berbeda dengan kemoterapi karena mampu mengenali sel limfoma hodgkin melalui ikatan antara antibodi monoklonal anti-CD30 dengan CD30 yang berada di permukaan sel.
" LH memiliki marker yang disebut CD30. Obat pintar ini bekerja dengan cara mencari marker tersebut dan masuk ke dalam inti sel guna melakukan penghancuran. Karena ini targeted therapy, jadi hanya menyerang sel kanker saja," jelasnya.
Obat tersebut dinamai Brentuximab Vedotin (BV) dan tidak menghancurkan sel lain sehingga efek samping yang ditimbulkan relatif lebih ringan dibandingkan kemoterapi pada umumnya.
Beberapa pasien tidak mengalami kerontokan rambut, penggelapan kulit dan lemas berlebihan.
Prosedur terapi hanya memakan waktu sekitar 1 - 2 jam. Sekitar 75 persen pasien merespons pengobatan BV dengan baik dan 94 persennya mengalami penyusutan tumor.
Biaya pengobatan kanker limfoma hodgkin dengan terapi BV terbilang lebih efisien dibandingkan kemoterapi lain.
" Contohnya obat ABVD yang dibanderol sekitar Rp1-3 juta. Tapi selain itu perlu penanganan segala macam seperti transfusi trombosit berkali-kali yang satunya dibanderol sekitar Rp6 juta," kata Dr.dr. Tubagus Djumhana A, Sp.Pd-KHOM, FINASIM.
Saat ini Takeda Indonesia telah menerapkan program bantuan pasien (PAP) untuk terapi BV. Bekerjasama dengan Siloam Hospital, pasien dapat lebih mudah untuk mengakses obat tersebut.
Dream - Kanker getah bening, seperti dikutip dari Hello Sehat, adalah jenis kanker ganas yang menyerang sistem limfatik.
Sistem limfatik merupakan satu bagian penting dari sistem pertahanan tubuh yang memiliki tugas penting dalam membentuk barisan pertahanan guna melawan keberadaan infeksi maupun kanker.
Kanker kelenjar getah bening atau yang disebut dengan limfoma maligna akan menimbulkan keluhan utama yaitu benjolan yang tidak terasa sakit, cenderung membesar, dan menetap.
Biasanya juga akan timbul keluhan lain seperti demam menggigil, penurunan nafsu makan dan berat badan, sering mengalami infeksi yang sukar sembuh, kelelahan yang sangat, batuk yang tidak kunjung sembuh, atau yang lainnya.
Ciri-ciri kanker getah bening juga bisa berbeda-beda tergantung jenisnya, yaitu, kanker getah bening yang disebut limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Kedua jenis kanker getah bening ini terlihat serupa, namun sebenarnya punya ciri khusus.
Ciri-ciri kanker kelenjar getah bening non-Hodgkin yang umum dialami adalah pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan, yang tidak terasa sakit, rasa sakit atau pembengkakan di perut.
Bisa juga merasa cepat kenyang meskipun cuman makan sedikit dan muncul nyeri atau perasaan tertekan di dada, kelelahan ekstrem serta anemia.
Sementara, seseorang yang mengidap kanker getah bening Hodgkin bisa saja merasa sangat sehat. Karena itu, cermatilah apakah ada gejala-gejala seperti pembesaran kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan, tanpa merasakan sakit. Lalu demam dan menggigil serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Selengkapnya baca di sini.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati