Cerita Norma Hauri Salah Rancang Kimono untuk Orang Mati

Reporter : Ratih Wulan
Selasa, 24 Oktober 2017 12:43
Cerita Norma Hauri Salah Rancang Kimono untuk Orang Mati
Norma mengaku mendapat inspirasi pilihan warna dari keindahan alam yang ada di Flores.

Dream - Desainer Norma Hauri mengaku sangat antusias menyiapkan koleksi yang dipamerkan di Jakarta Fashion Week (JFW) 2018. Ajang ini merupakan kesempatan pertama bagi Norma untuk mengolah tenun menjadi busana Muslim yang berkelas.

Kecintaan pada wastra Nusantara menginspirasi Norma untuk menciptakan karya menarik. Demi mempertahankan filosofi yang terkandung pada motif dan warna kain, dia harus berhati-hati mengolah tenun.

" Aku tuh ingin banget ngolah kain Nusantara, sudah dari lama. Yang aku tahu, kain nusantara itu ada nilai-nilai tersendiri dimana cara pengolahannya, penempatan motif dan segala macam itu ada artinya sendiri. Aku tidak mau asal-asalan dan salah," tuturnya di Senayan City, Jakarta Selatan, Senin 23 Oktober 2017.

Norma Hauri/ Jakarta Fashion Week

Wanita 40 tahun itu mengaku pernah gagal menginterpretasikan nilai budaya ke dalam rancangannya. Saat tampil di Jepang, ia salah menyampaikan makna yang terkandung pada kimono buatannya.

" Aku pernah bikin koleksi terinspirasi dari kebudayaan Jepang dan show di sana, ternyata cara aku menggunakan baju yang terinspirasi dari kimono itu salah, ternyata itu buat orang mati. Niatnya mau melestarikan malah jadi terkesan disrespect," ucapnya malu-malu.

Untuk itulah, ia merasa sangat bersyukur diajak berkolaborasi dengan BINA By Mandiri Art, sehingga mendapat arahan dari para textile expert Tanah Air.

Norma Hauri/ Jakarta Fashion Week

" Aku tidak mau kejadian di Jepang itu terulang, alhamdulillah di JFW ini aku tidak perlu takut hal itu akan terjadi, karena bisa langsung bertanya ke para ahli tekstil," imbuhnya.

Sedangkan pada proses pemilihan kain, Norma mengaku terinpirasi dari alam sekitar tempat kain itu berasal, yakni Flores, Nusa Tenggara Timur. Ide itu muncul saat sebelumnya, BINA by Mandiri Art mengajaknya berkeliling Flores dan mendatangi rumah-rumah penenun.

" Bajunya terinspirasi dari bintang laut dan kekayaan alam sekitar, makanya dimasukin warna-warna kaya hijau muda, cokelat, karena itu warna alam sekitar situ. Pewarnanya pun berasal dari sekitar rumah penenun which is kopi, daun alpukat, sama kunyit," jelasnya.

Berhasil menampilkan purwarupa melalui koleksi tenun Flores, membuatnya ingin mencoba menjajal untuk mengolah kain tradisional lainnya. " Ke depannya saya berharap bisa olah yang kain otentik asli Indonesia yang lain juga," katanya tersenyum.

Beri Komentar