Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Mengapresiasi Para Pejuang dan Pemerjuang TBC

Reporter : Hevy Zil Umami
Selasa, 29 April 2025 16:45
Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Mengapresiasi Para Pejuang dan Pemerjuang TBC
Dengan mengangkat suara para pejuang dan pemerjuang TBC, diharapkan semakin banyak pihak yang tergerak untuk mendukung gerakan eliminasi TBC menuju Indonesia bebas TBC tahun 2030.

Jakarta, 28 April 2025 – Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam upaya menanggulangi Tuberkulosis (TBC), penyakit infeksi menular yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Berdasarkan Global TB Report 2024, Indonesia menempati peringkat kedua dengan beban kasus tertinggi setelah India, dengan estimasi mencapai 1.090.000 kasus, di mana 821.200 kasus telah dilaporkan hingga awal Maret 2024.

 

1 dari 1 halaman

Hari Tuberkulosis Sedunia 2025: Mengapresiasi Para Pejuang dan Pemerjuang TBC

Dalam momentum Hari Tuberkulosis Sedunia 2025, yang diperingati setiap tanggal 24 Maret, pemerintah dan masyarakat sipil memperkuat komitmen untuk memerangi penyakit ini. Tahun ini, peringatan TBC mengusung tema “ Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang dan Pemerjuang TBC”, sebagai bentuk apresiasi terhadap semua pihak yang terus berjuang di garis depan: para penyintas, tenaga kesehatan, relawan, dan komunitas pendukung.

Untuk memperingatinya, Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bersama PR Konsorsium Penabulu STPI, dengan dukungan dari Medco Foundation dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, menyelenggarakan rangkaian acara tiga hari dari 28–30 April 2025 di The Energy Building, Jakarta Selatan. Acara ini tidak hanya menjadi ruang refleksi, tetapi juga ajakan konkret untuk bertindak demi eliminasi TBC di Indonesia.

Dalam sambutannya, Muhammad Hanif, S.E., Dewan Pengurus STPI, menekankan bahwa keberhasilan pemberantasan TBC membutuhkan kerja sama semua pihak.

“ Penanggulangan TBC bukan tugas satu institusi saja. Kita butuh kolaborasi multipihak, termasuk komunitas lokal sebagai ujung tombak. Mereka memainkan peran penting dalam deteksi dini, pendampingan pengobatan, hingga edukasi masyarakat,” jelasnya.

Hal senada disampaikan dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI, dalam Konferensi Pers yang digelar dalam rangkaian acara tersebut.

“ Kegiatan ini adalah bentuk apresiasi dan sekaligus panggilan untuk memperkuat kemitraan. Kita ingin memulai babak baru dalam perang melawan TBC dengan memperkuat komitmen bersama,” ungkapnya.

Meski pemerintah menunjukkan langkah nyata, seperti penetapan TBC sebagai program prioritas oleh Presiden Prabowo Subianto dan peningkatan anggaran layanan kesehatan, tantangan tetap ada. Kebijakan global seperti pembekuan bantuan USAID serta pemangkasan anggaran Kemenkes sebesar Rp 19,6 triliun menjadi sorotan yang mengancam efektivitas program nasional TBC.

Sebagai bagian dari kampanye edukasi publik, kegiatan ini juga menampilkan Art Exhibition bertajuk “ Cerita dalam Lensa” yang terbuka untuk umum pada 29–30 April 2025 di Lantai Mezzanine, The Energy Building. Pameran ini menghadirkan 25–40 karya visual yang menggambarkan perjuangan para penyintas, tantangan sosial yang mereka hadapi, stigma dari masyarakat, serta semangat komunitas dalam menghadapi penyakit ini.

Peringatan ini menjadi momentum penting untuk mengubah narasi TBC dari sekadar penyakit mematikan menjadi kisah perjuangan yang bisa dimenangkan bersama. Dengan mengangkat suara para pejuang dan pemerjuang TBC, diharapkan semakin banyak pihak yang tergerak untuk mendukung gerakan eliminasi TBC menuju Indonesia bebas TBC tahun 2030.

Beri Komentar