Ini Istimewanya Jubah Kebesaran Raja Salman

Reporter : Sandy Mahaputra
Jumat, 3 Maret 2017 08:30
Ini Istimewanya Jubah Kebesaran Raja Salman
Tidak ada yang pakaian yang bisa menandingi keistimewaan bisht. Ini penjelasannya.

Dream - Kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, ke Indonesia menimbulkan kehebohan di dunia maya. Ini adalah kunjungan bersejarah, lawatan pertama Raja Saudi sejak hampir setengah abad silam.

Raja Salman membawa rombongan 1.500 orang, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran. Kunjungan mewah ke Indonesia ini diperkirakan menelan biaya Rp150 miliar.

Tak hanya rombongan jumbo yang membuat lawatan ini gempita. Jubah kebesaran, yang dikenal dengan nama bhist, yang dikenakan penguasa negeri Petro Dolar itu tak luput dari sorotan.

Bisht adalah sejenis jubah panjang yang secara tradisional dipakai sebagai pelapis pakaian utama pria-pria Arab. Kata bisht sendiri berasal dari bahasa Persia.

Jubah panjang yang dihiasi garis emas di bagian tepi kerah ini biasanya dikenakan di acara-acara khusus.

Bisht biasanya terbuat dari wol dan tersedia dalam berbagai warna, seperti putih, beige, hingga yang cenderung gelap, seperti coklat, abu-abu dan hitam.

Awalnya, bisht dipakai pada musim dingin oleh suku Badui. Namun sekarang hanya dipakai untuk acara-acara khusus, seperti pernikahan, festival, wisuda, dan Idul Fitri.

Bisht telah menjadi pilihan pakaian formal untuk politikus, ulama, dan pejabat tinggi, di negara-negara Teluk Arab dan sekitarnya.

Di kalangan masyarakat Arab, tidak ada yang pakaian yang bisa menandingi keistimewaan bisht yang dibuat dengan tangan.

1 dari 3 halaman

Tak Ada Pakaian yang Bisa Menandingi

Tak Ada Pakaian yang Bisa Menandingi © Dream

Karena itulah, seni membuat bisht merupakan keterampilan yang diturunkan secara turun-temurun.

" Bisht pertama kali dibuat di Persia. Orang Saudi mengenalnya setelah pedagang Persia datang ke sini untuk menunaikan haji atau umroh," kata Abu Salem, seorang penjahit bisht dari wilayah Al-Ahsa.

Al-Ahsa yang terletak di Provinsi Timur merupakan pusat penjahit bisht terbaik selama lebih dari 200 tahun. Wilayah ini juga menjadi produsen bisht terbesar di Teluk Arab sejak tahun 1940.

Beberapa keluarga di Al-Ahsa mewarisi keterampilan membuat bisht dari nenek moyang, dan menggunakan nama keluarga sebagai brand bisht mereka.

Jadi, ketika akan membeli bisht di Al-Ahsa, para turis akan menemukan bisht dengan nama Al-Qattan, Al-Kharas, Al-Mahdi, atau Al-Bagli.

Ada tiga jenis bordir yang digunakan dalam pembuatan bisht, yaitu jahitan emas, perak dan sutra.

Benang yang dipakai untuk membuat bordir disebut zari. Dan yang paling umum adalah benang emas dan perak.

" Bisht hitam dengan jahitan emas adalah yang paling populer, setelah krem dan putih," kata Abu Salem.

" Pada awal tahun 90-an warna baru diperkenalkan ke pasar bisht. Biru, abu-abu, dan merah marun, sebagian besar dipakai oleh kalangan anak muda. Sementara generasi tua tetap setia dengan warna tradisional, seperti hitam, cokelat dan krem," tambahnya.

2 dari 3 halaman

Wow Harganya...

Wow Harganya... © Dream

Harga bisht bervariasi, mulai dari 100 riyal (sekitar Rp356 ribu) hingga yang paling mahal 20.000 riyal (sekitar Rp71 juta).

Murah atau mahalnya selembar bisht tergantung pada jenis kain, kualitas jahitan, pilihan warna, dan modelnya.

Yang paling mahal, bisht Royal, secara khusus dirancang untuk para pangeran, politikus, dan orang-orang kaya.

" Mereka ini biasanya memilih warna hitam, madu, beige dan krem untuk bisht mereka," katanya.

" Mereka selalu menginginkan bisht yang dibuat dengan tangan, serta menggunakan benang emas atau perak sebagai bordirnya. Kadang-kadang mereka juga menyukai kombinasi keduanya," ujar Abu Salem.

Ada dua jenis zari, yang asli dari benang sutra atau katun dilapisi dengan emas murni atau perak, dan imitasi di mana benang ditutupi dengan kawat tembaga dilapisi perak.

" Setiap penjahit memiliki merek dagang desain zari sendiri," kata Abu Salem.

3 dari 3 halaman

Model Paling Mahal

Model Paling Mahal © Dream

Ada tiga desain bisht yang dominan, yaitu Darbeyah, Mekasar, dan Tarkeeb. Darbeyah adalah bisht buatan tangan dengan bordir zari asli, dengan pola tradisional dan model persegi longgar.

Mekasar, yang juga dikenal sebagai Gasbi, memiliki bordir sutra di sepanjang tepi kainnya.

" Tarkeeb berarti pas, dan hadir dengan desain Darbeyah dengan bordir zari emas pada kain bisht," kata Abu Salem.

Bisht yang asli dijahit dengan tangan sebelum ditemukannya mesin jahit.

" Sekarang ini sebagian besar bisht dijahit dengan mesin, tetapi beberapa orang lebih memilih yang buatan tangan karena detailnya lebih halus," katanya.

Menjahit bisht Hasawi adalah seni yang membutuhkan ketelitian dan keterampilan. Bordir emas membutuhkan kesabaran dan waktu berjam-jam.

Lamanya waktu tergantung pada gaya dan desain. Selembar bisht yang dibuat dengan tangan bisa membutuhkan waktu 80-120 jam dan empat penjahit yang masing-masing memiliki satu tugas tertentu.

Bisht Hasawi, yang merupakan produk kebanggaan Al-Ahsa, adalah yang paling mahal. Itu karena bisht Hasawi menggunakan bulu unta atau llama, atau wol kambing dengan bordir emas di kerah dan lengan.

(Sumber: Arab News)

Beri Komentar