Ilustrasi Kanker Payudara/ Sumber Foto: Shutterstock
Dream - Penyakit kanker hingga kini di tengah berkembangnya teknologi kesehatan, masih menjadi momok. Terutama dalam hal biaya pengobatan dan tingkat kesembuhan.
Pembiayaan skrining kanker cukup besar. Dilanjutkan dengan pengobatan seperti kemoterapi atau operasi besar jika dibutuhkan pasien.
“ Saat ini, kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular dan menjadi beban kesehatan di seluruh dunia. Sebanyak 25-30% dana terbesar BPJS terserap di penyakit katastropik, kanker merupakan terbesar kedua yaitu 18%,” ujar Prof. Aru Wisaksono Sudoyo, Ketua Umum YKI Pusat dalam konferensi virtual VMB Orkestra Penanganan Kanker di Indonesia, 5 November 2021.
Profesor Aru menambahkan bahwa untuk menanggulangi beban kanker baik finansial dan kesehatan di Indonesia, YKI berpegang pada 4 pilar penanggulangan kanker yang pelaksanaannya perlu didukung oleh kebijakan dari seluruh pemangku kepentingan agar dapat mempercepat terciptanya perawatan bagi semua orang.
Keempat pilar penanggulangan kanker tersebut yaitu, peningkatan akurasi data kanker untuk kebutuhan kesehatan publik. Kemudahan akses terhadap deteksi dini dan diagnosis pada stadium awal sehingga angka harapan hidup menjadi lebih baik.
“ Selanjutnya adalah perawatan tepat waktu dan akurat dengan prinsip pengobatan yang akurat, yaitu efektif dan efisien. Juga cost- effectiveness yang berdampak pada penghematan pembiayaan, perawatan suportif dan paliatif dengan tujuan peningkatan kualitas hidup pasien kanker,” kata Prof. Aru.
Tantangan besar dalam penanggulangan kanker di Indonesia saat ini adalah semakin meningkatnya jumlah penderita kanker di Indonesia. Juga karena tingginya kasus kanker stadium lanjut saat pertama kali terdiagnosis.
“ Rendahnya upaya skrining dan deteksi dini pada pasien kanker menyebabkan tingginya angka mortalitas. Masih tingginya animo masyarakat berobat kanker ke luar negeri dengan keyakinan bahwa hasil pengobatan dan kualitas yang diperoleh bisa lebih,” kata dr. Awal Prasetyo, Ketua Panitia Diskusi Nasional YKI pada kesempatan yang sama.
Dokter Awal menambahkan bahwa belum jelasnya regulasi tentang sistem atau konsep pelayanan kanker berkualitas sama dengan yang ada di luar negeri. Belum meratanya akses dan fasilitas kesehatan yang mampu memberikan layanan kanker serta belum meratanya sebaran dokter ahli kanker di Indonesia.
Pemerintah Daerah juga diperlukan dalam membuat kebijakan dan strategi pengendalian kanker. Berupa pencegahan dan penanggulangan penyakit kanker melalui peningkatan upaya skrining dan deteksi dini dan penguatan fasilitas kesehatan yang mampu memberikan layanan kanker.
“ Upaya penguatan deteksi dini ini harus kita pikirkan, sehingga minat masyarakat juga makin tinggi untuk melakiukan screening dan deteksi dini,” ujar dr. Eko Adhi Pangarsa, Ketua YKI Koord. Jawa Tengah pada kesempatan yang sama.
Ia menambahkan bahwa penguatan dalam upaya deteksi dini juga sangat diperlukan, sehingga rakyat semakin mudah melakukan screening kanker. Apalagi kalau sistem deteksi dini ini dikaitkan dengan pembiayaan terapi, dalam jangka panjang diharapkan kanker stadium lanjut akan menurun kejadiannya di Indonesia.
Dalam diskusi ini juga diluncurkan suatu aplikasi deteksi dini OncoDoc yang diharapkan mampu bersinergi dengan kebutuhan deteksi dini dan kemudahan akses layanan, serta mendukung dengan sistem kesehatan yang sudah ada.
Dream - Kanker payudara masih menjadi ancaman bagi perempuan Indonesia. Menurut data The Global Cancer Observatory tahun 2020, kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua penyebab kematian akibat kanker dengan persentase mencapai 9,6 persen.
Salah satu penyebab tingginya angka kasus kematian akibat kanker payudara karena rendahnya kesadaran masyarakat akan deteksi dini dan pemeriksaan kanker payudara secara klinis.
Menurut riset Kemenkes di tahun 2016, tingkat masyarakat memeriksa payudara sendiri atau dikenal dengan sebutan SADARI hanya 46,3 persen. Sementara Periksa Payudara Klinis atau SADANIS baru mencapai 4,4 persen.
“ Kurangnya kesadaran memeriksa payudara sendiri inilah yang menjadi penyebab terlambatnya penanganan, 70 persen pasien baru periksa secara klinis saat stadium 3,” Dr. Walta Gautama, Sp.B(K)Onk, sebagai Ahli Bedah Onkologi dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia pada peluncuran Charm Extra Maxi Pink Ribbon.
Dr Walta menambahkan deteksi dini kanker payudara akan memberikan peluang sembuh lebih besar karena mendapat lebih banyak pilihan perawatan. Kesempatan untuk bertahan hidup mencapai 95 persen apabila terdeteksi pada stadium pertama.
Tindakan Periksa Payudara Sendiri (SADARI) dapat dilakukan setiap perempuan agar bisa mengetahui sejak dini apabila terjadi perubahan pada payudaranya.
“ SADARI ini sendiri bisa dilakukan secara teratur setiap bulannya. Dilakukan pada hari ke 7- 10 setelah hari pertama menstruasi, atau tanggal tertentu untuk yang sudah
menopause,” tambah dr. Walta.
Dengan gerakan sederhana, Sadari bisa mendeteksi apabila terjadi perubahan pada payudara seperti benjolan atau keluar cairan tidak wajar pada puting.
Sama halnya dengan SADARI, periksa payudara secara klinis atau SADANIS juga dilakukan untuk mendeteksi kanker payudara sejak dini.
Dokter akan memeriksa dan melakukan pemeriksaan pada payudara sesuai dengan sistematika pemeriksaan secara medis melalui USG atau mamografi.
Pemeriksaan ini akan lebih akurat karena mendeteksi benjolan sangat kecil yang bisa jadi tidak terdeteksi saat pemeriksaan manual sendiri.
Mendukung perempuan Indonesia menyadari pentingnya deteksi dini payudara, PT Uni-Charm Indonesia Tbk ikut andil melakukan sosialisasi SADARI dan SADANIS.
Charm juga meluncurkan Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Edition dan menyumbangkan sebagian dari penjualan produk ini untuk mendukung YKPI.
“ Dengan total pengguna Charm Extra Maxi kurang lebih sebesar 28 juta pengguna di seluruh Indonesia, diharapkan pesan yang terdapat pada Charm Extra Maxi Pink Ribbon Special Edition mengenai pentingnya SADARI dapat tersampaikan dengan baik,” jelas Yuji Ishii, Presiden Direktur PT. Uni-Charm Indonesia Tbk pada kesempatan yang sama.
Guna menyosialisasikan SADARI, Yuji menambahkan, bagian belakang kemasan Charm Extra Maxi juga memberikan gambar dalam bentuk ilustrasi. Dengan kampanye ini diharapkan mendorong konsumen melakukan pemeriksaan payudara sendiri dengan mudah di rumah meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19.
Produk dengan desain Pink Ribbon Special Edition ini akan tersedia mulai bulan Oktober 2021 di beberapa toko.
Advertisement
5 Tips Memilih Sabun Wajah untuk Pria, Jangan Sampai Salah
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi
Anak SMA Perlihatkan Bekal Steak Wagyu yang Disiapkan Ibu, Netizen: MBG Auto Minder
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas 2025: Panggung Inspiratif Penuh Haru dan Inovasi Pelaku Usaha Lokal
Hypophrenia, Kondisi saat Seseorang Mendadak Sedih Tanpa Alasan
Belajar Ilmu Perencanaan Keuangan dengan Komunitas Cerita Uang
Anak Muda Perlu Waspada, Varises Bukan Sekadar Masalah Penampilan Menurut Indonesian Vein Center
Futuristik Abis! Penampakan Riyadh Metro di Arab Saudi yang Telan Biaya Rp364 Triliun
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi