Foto: Shutterstock
Dream - Polusi yang kita temukan di kehidupan sehari-hari ternyata tak hanya membahayakan organ tubuh. Para peneliti meyakini polutan juga menjadi salah satu pemicu munculnya stres.
Datangnya stres tak hanya menimpa kalangan pekerja kantor yang sudah berusia dewasa.
Sejumlah penelitian menunjukan jika polusi dapat meningkatkan gejala kegelisahan kecemasan serta depresi pada anak 12 tahun.
Pada kalangan remaja dan dewasa, polusi dapat menyebabkan mereka rentan terhadap gangguan kecemasan bahkan sampai kecenderungan melakukan perbuatan bunuh diri.
Gejala stres akibat polusi bisa dikenali dari tanda-tanda berupa kesulitan mengingat, susah berkonsentrasi, berpikirab negatif, suasana hati yang cenderung tidak stabil, atau mudah tersinggung.
Gejala fisik orang yang mengalami stres terlihat dari tubuh yang merasa kewalahan, depresi, sakit, nyeri, diare, demam, detak jantung cepat, sering flu, makan lebih banyak atau sedikit, atau suka menunda pekerjaan serta merasa gugup.
" Nafas terasa sesak, kepala pusing dan merasa kurang nyaman merupakan tanda stres karena polusi," jelas Veronica Adesla, Psikolog Klinis di Hotel Morrissey, Jakarta Pusat, Selasa, 10 Desember 2019.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mengatasi stres ako akibat polusi, seperti menjalani gaya hidup sehat, mencukupi waktu tidur, berolahraga, meditasi serta mandi air hangat 1-2 jam sebelum tidur selama 5-10 menit.
" Bisa diatasi dengan cara memiliki manajemen stres yang sehat dan menemukan hal yang bisa membuat kita tenang seperti mandi air hangat 1-2 jam sebelum tidur," tutupnya.
Dream - Polusi udara sudah jadi bagian dari masyarakat perkotaan dan mereka yang tinggal di kawasan industri. Asap kendaraan dan asap pabrik jadi 'makanan' sehari-hari.
Kondisi tersebut sebenarnya bisa berujung fatal, terutama untuk anak. Sebuah penelitian dari Cincinnati Children's Hospital, Ohio, Amerika Serikat menunjukkan kalau anak-anak yang lebih sering terpapar polusi udara lebih rentan mengalami kecemasan, stres hingga melakukan bunuh diri.
Hasil penelitian itu kemudian diterbitkan oleh Environmental Health Perspectives yang menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup di lingkungan kurang beruntung akan lebih rentan terpapar berbagai penyakit.
" Studi ini adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara tingkat polusi udara luar ruangan harian dan peningkatan gejala gangguan kejiwaan, seperti kecemasan dan bunuh diri, pada anak-anak," ujar penulis Dr. Cole Brokamp, salah satu peneliti.
Meski demikian, ia mengakui kalau penelitian tersebut masih perlu pendalaman lebih lanjut mengenai polusi udara dapat mempengaruhi gejala anak melakukan bunuh diri.
" Fakta bahwa anak-anak yang tinggal di lingkungan yang miskin mengalami efek kesehatan yang lebih besar dari polusi udara dapat berarti bahwa pencemar dan stresor lingkungan dapat memiliki efek sinergis pada keparahan dan frekuensi gejala kejiwaan," ucap dia.
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Hasil Foto Paspor Shandy Aulia Pakai Makeup Artist Dikritik, Pihak Imigrasi Beri Penjelasan
Zaskia Mecca Kritik Acara Tanya Jawab di Kajian, Seperti Membuka Aib