Dream - " Peniti dr @mimishandmade, ga bikin rempong kcil gt bentuknya jd nyaman d bawa kmn2," kata si `Ratu Instagram` pemilik akun @riaricis1795. Begitu cara kerja dunia endorsement. Klien menggunakan jasa si selebriti instagram alias selebgram untuk menjual produk ditambah menyebut nama si peng-endorse.
Bayangkan efek domino pemasaran yang dilakukan Ria Ricis. Itu baru peniti. Sekali unggah, lebih dari 20 ribu `like` dan 300 komentar lebih. Untuk postingan lain, Ria Ricis bisa 'panen' like tembus 100 ribu, dengan komentar berasal dari lebih 500 akun pengikutnya. Tak heran, hingga detik ini pengikut alias followersnya mencapai 2,3 juta orang. Di instagram.
Sederet produk lain mengantre, demi dicuit Ricis. Kosmetik, hijab, outfit, sampai minyak wangi, semua rela berbaris antre demi bisa terpajang di lini masa Ria Ricis. Begitu kuatnya efek endorsement. Perusahaan mempercayai selebgram untuk memasarkan produknya, karena efeknya yang luar biasa.
Ria Ricis tidak sendiri. Berderet selebgram-selebgram Tanah Air yang menjadi pilihan perusahaan untuk menjual produk. Sebut saja Putri Hasanah, Ellend Muzakky, Indah Nada Puspita, maupun Iymel. Mereka bukan seleb ‘mainstream’, pemain sinetron, penyanyi, ataupun bintang iklan.
Mereka pengguna media sosial biasa, tapi mampu melihat dan memanfaatkan peluang dan kekuatan jejaring. Mereka sukses meraup untung dari media sosial.
Caranya cukup mudah. Seperti yang dilakukan Ria Ricis tadi. Instagram menjadi pilihan. Karena, aplikasi media sosial ini lebih dominan menawarkan layanan. Seperti berupa pemuatan unggahan video. Ini menyebabkan banyak penggunanya berkreasi melalui bentuk gambar bergerak dan mengunggahnya di aplikasi ini.
Luasnya sebaran informasi dan murahnya biaya menjadi keunggulan tersendiri yang ditawarkan media sosial. Ditambah peran selebgram yang cukup berpengaruh membuat banyak orang tertarik, untuk memanfaatkan media sosial demi meraup keuntungan.
Alhasil, banyak perusahaan mulai beralih dari iklan koran, radio, serta televisi ke media sosial. Perusahaan-perusahaan tersebut lantas mendekati sejumlah selebgram agar mau menggunakan produk mereka. Sebagai imbal balik, para selebgram diminta untuk membuat unggahan yang berkaitan dengan produk dari perusahaan tersebut. Bisa dibilang, kerjasama tersebut menjadi ajang promosi murah meriah.
***
Tidak semua selebgram layak diajak kerjasama. Pihak perusahaan memiliki kriteria tertentu bagi selebgram yang menjadi prospek kerjasama itu. Jika kriteria itu tidak terpenuhi, jangan harap perusahaan tertentu akan memakai jasa selebgram tersebut.
Hal ini dibenarkan Chief Marketing Officer (CMO) Wardah Cosmetics, Salman Subakat. Wardah merupakan salah satu perusahaan yang kerap menggunakan jasa selebgram untuk kepentingan promo produk. Mereka menetapkan kriteria tertentu sebelum memutuskan menjalin kerjasama dengan selebgram.
" (Kriteria) banyak melakukan kegiatan positif. Bukan semata-mata hanya milih followers tapi lebih bagaimana konsistensi dia bisa menginspirasi untuk banyak orang. Setiap selebgram punya cerita ibaratnya dari rekomendasi, dan cerita terbangunnya dari komunitas juga. Kenal dulu barulah dipilih,” ujar salah satu pewaris kerajaan Wardah ini kepada dream.co.id akhir pekan lalu.
Salman mengatakan posisi selebgram dalam sebuah kontrak kerjasama promo bukan semata sebagai mitra bisnis. Melainkan lebih mengutamakan jaringan persahabatan lantaran selebgram juga diposisikan sebagai representasi dari konsumen sesungguhnya. Ini dimaksudkan untuk menciptakan citra kedekatan antara produsen dengan konsumen dan tidak semata-mata urusan jual-beli.
" Aspeknya jauh lebih luas, seperti bisa melihat bagaimana kesehariannya. Sejauh ini bekerjasama dengan dasar saling percaya tidak ada sesuatu yang formal-formal banget," ungkap Salman.
Meski begitu, terang Salman, menjalin kerjasama dengan selebgram bukan merupakan pekerjaan ringan. Sebab, pihak Wardah selaku pengguna jasa terlebih dulu harus membuat penilaian terhadap calon mitra mereka. Kejujuran, keterbukaan dan keseriusan seorang seorang selebgram menjadi pertimbangan utama.
" Kita mengendorse selebgram yang bagus dan ini bukan pekerjaan yang ringan. Jadi, keseriusan mereka menggarap dan menyapa fansnya menjadi pertimbangan kita,” terang Salman.
Di samping itu, kata Salman, strategi menggunakan selebgram dalam promosi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan beriklan di sejumlah media. Salah satunya adalah adanya umpan balik dari konsumen langsung tanpa harus lama menunggu. Hal ini dapat memberi kesempatan bagi produsen seperti Wardah untuk melakukan perbaikan dengan cepat.
" Justru kita ingin sangat dekat dengan konsumen. Jadi apapun yang dapat menginspirasi konsumen pasti diajak kolaborasi, simpel banget,” ucap dia.
***
Sebagai pemain di industri kosmetik, Wardah lebih mengetengahkan konsep halal untuk setiap produknya. Ini membawa konsekuensi tertentu. Salah satunya, syarat seorang selebgram yang menjadi mitra haruslah berhijab.
Public Relation Manager Wardah Cosmetics Elsa Maharani mengatakan Wardah merupakan salah satu perusahaan yang kerap menggunakan jasa Selebgram untuk kepentingan promo produk. Mereka menetapkan kriteria tertentu sebelum memutuskan menjalin kerjasama dengan selebgram.
" Pastinya selebgram yang berhijab tentunya. Dia punya karakter sendiri, cara berpakaian, sikapnya dan dari sosial medianya ada yang berbeda dari sisi lainnya. Misalnya dari postingan foto," ujar Elsa saat ditemui di lokasi penyelenggaraan Jakarta Fashion Week 2016 pekan lalu.
Elsa menjelaskan banyaknya pengikut yang dimiliki seorang selebgram memang menjadi salah satu pertimbangan penting sebuah kerjasama. Tetapi, hal itu bukan menjadi patokan utama.
“ Sebenarnya follower penting, karena kalau kita kolaborasi dengan selebgram kita lihat juga followernya,” kata Elsa.
Meski demikian, Elsa menerangkan, hubungan kerjasama yang terjalin antara pihaknya dengan selegbram bersifat saling menguntungkan sekaligus saling membesarkan. Menurut dia, manfaat semacam ini tidak akan pernah didapat jika hanya mengandalkan iklan.
“ Sebenarnya, Wardah ingin maju bersama. Jadi, jika selebgramnya naik maka Wardahnya naik. Jadi, jika bekerjasama dengan selebgram ada sesuatu. Terus kita juga lihat naik atau tidak followernya atau likenya bagaimana,” ungkap Elsa.
Lebih lanjut, kata Elsa, pola interaksi antara Wardah dengan para selebgram bukan hanya bersifat komersial. Tetapi lebih dekat dalam jalinan pertemanan.
“ Jadi kita kalau dari Wardah kerjasama dengan Wardah tidak hanya kerja profesional saja tapi sudah seperti teman. Bagaimana caranya mereka bekerjasama dengan kita tidak sebatas kerjaan tapi menjaga hubungan baik dengan mereka,” ucap Elsa. (Ism)
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Ditagih Janji Rp200 Juta oleh Ibu Paruh Baya, Ivan Gunawan: 'Mohon Jangan Berharap Bantuan Saya'