Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Kanker payudara adalah tipe kanker yang paling umum didiagnosis pada wanita di seluruh dunia. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 2,1 juta kanker payudara di dunia pada 2018 lalu.
" Saat saya di RS. Dharmais, itu ada 1200 kasus kanker payudara pertahun, 65-70% nya kasus advance atau stadium 3 & 4," ujar dr Walta Gautama, selaku dokter onkologi, di acara Peluncuran Obat Biosimilar Trastuzumab Pertama di Dunia oleh Mylan dan PT. Indofarma, di The Ritz-Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada Selasa 18 Februari 2020.
Terdapat beberapa jenis kanker payudara, salah satunya adalah HER-2 Positive. Dari total keseluruhannya, ada sekitar 20-25% atau sekitar 100 orang mengidap kanker jenis ini.
" Sebenarnya di sel normal juga ada HER-2, tapi kalau pada orang kanker payudara HER-2, itu overekspresi sebanyak 10 - 100%," ungkap dr. Gautama.
Pada sel normal, ada terdapat 25.000 - 50.000 HER-2, tetapi pada orang yang mengidap kanker payudara HER-2 positif, jumlahnya bisa meningkat sampai 2.000.000.
" Kanker payudara yang disebabkan HER-2 itu lebih agresif, galak dan mudah menyebar," ujar dr. Gautama.
Kanker Payudara HER-2 Positive dapat dicegah dengan menggunakan anti HER-2 yang dikenal dengan Trastuzumab.
" Untuk menggunakan anti HER-2, itu harus pada sel-sel yang juga punya HER-2, karena fungsi sari Trastuzumab adalah untuk memblock sel HER-2," kata dr. Gautama
Pengobatan dengan Trastuzumab harus dibarengi dengan kemoterapi sebanyak 6-8 kali. Setelah itu baru kembali menggunakan Trastuzumab.
" Biaya Trastuzumab sendiri itu memang cukup mahal 21 juta rupiah untuk sekali pengobatan, setahun bisa 18 kali," ucap dr. Gautama.
Target dari terapi Trastuzumab tersebut yaitu menambah waktu hidup pasien sebanyak 8,5 bulan. " Dengan harga pengobatan yang relatif mahal tersebut, dari sini kita hitung, worth it nggak mengeluarkan uang sekitar 300 juta pertahun tapi cuma nambah hidup 8,5 bulan saja," kata dr. Gautama.
Ilmuwan pengobtan kemudian menciptakan Biosimilars, merupakan obat yang mirip dengan Trastuzumab. Manfaatnya pun sama dengan harga yang lebih terjangkau.
" Harus diketahui kalau Trastuzumab Biosimilars itu bukan obat KW ya, itu obat yang mirip dan sudah diapproved oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai substutusi dari Trastuzumab," ucap dr. Gautama.
Efek samping penggunaannya pun sama dengan trastuzumab, karena itu merupakan obat yang zat dan kandungannya sangat mirip.
" Syarat diapproved itu karena baik dari kegunaan dan efek sampungnya harus hampir sama atau bisa ditoleransi, kalau lebih bikin tambah buruk gimana caranya mau dijadikan pilihan," ujar dr. Gautama.
Mylan dan PT. Indofarma pun resmi meluncurkan Trastuzumab Biosimilars pertama di dunia, dengan nama Hertraz yang saat ini akan mulai dipasarkan untuk wilayah Jawa, Sumatera dan Bali. Diharapkan dengan adanya Trastuzumab Biosimilars, harga pengobatan kanker payudara bisa lebih menjangkau segala kalangan.
(Laporan: Raissa Anjanique Nathania/ Cindy Azari)
Dream - Tidak dapat disangkal bahwa mewarnai rambut sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Apalagi jika kamu termasuk orang yang cepat bosan dengan penampilan.
Mereka bisa bereksperimen dengan semua jenis warna yang akan memberi tampilan yang sama sekali baru. Tetapi penelitian terbaru menemukan fakta cukup menakutkan.
Disebutkan bahwa wanita yang menggunakan pewarna rambut permanen atau pelurus rambut kimia meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Penemuan ini berdasarkan pada survei pada sekitar 50 ribu perempuan kulit putih dan Afrika-Amerika.
Selama delapan tahun para peneliti di National Institutes of Health memantau kebiasaan mereka mewarnai atau meluruskan rambut.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang menggunakan pewarna rambut permanen secara teratur, sembilan persen lebih mungkin untuk mengalami kanker payudara, dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Sementara mereka yang melakukan pelurusan rambut berbahan kimia setiap lima hingga delapan minggu kali mengalami peningkatan risiko kanker payudara sebanyak 30 persen.
Menurut peneliti bahan kimia yang digunakan dalam pewarna rambut dapat meresap melalui kulit kepala. Sedangkan asap kimianya juga bisa terhirup saat mewarnai rambut.
Produk pewarna rambut mengandung lebih dari 5.000 bahan kimia, beberapa di antaranya diduga bersifat karsinogenik pada hewan, lapor National Cancer Institute.
Para wanita yang berpartisipasi dalam penelitian ditanya tentang penggunaan pewarna rambut dan pelurus rambut kimia.
Para peneliti kemudian mengamati siapa dari mereka yang menderita kanker payudara setelah menggunakan pewarna dan pelurus rambut.
Wanita Afrika-Amerika yang menggunakan pewarna permanen setiap lima hingga delapan minggu sekali memiliki 60 persen peningkatan risiko kanker payudara.
Sedangkan delapan persen di antaranya dimiliki wanita kulit putih.
Ini mungkin karena produk rambut yang digunakan orang Afrika-Amerika memiliki bahan kimia yang berbeda atau karena mereka lebih cenderung menggunakan pewarna warna gelap - yang memiliki konsentrasi bahan kimia yang lebih tinggi.
Campuran bahan kimia yang diterapkan pada rambut, terbuat dari formulasi di mana karsinogen formaldehida adalah bahan aktifnya.
Di sisi lain, para peneliti menemukan sedikit atau tidak ada peningkatan risiko kanker payudara untuk penggunaan pewarna semi permanen atau sementara.
Penelitian ini tidak menyebutkan bahwa penggunaan pewarna rambut bisa memicu kanker payudara.
Peneliti hanya mengatakan bahwa pewarna rambut permanen dan pelurus rambut kimia meningkatkan risiko kanker payudara.
(Sumber: World of Buzz)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN