Resort Wear Tobatenun/ Foto: Dream.co.id/Dinda Permata Sari
Dream - Seiring perkembangan zaman, banyak sekali tren fashion dengan berbagai mode dan teknik pembuatannya. Di tengah kecanggihan dalam dunia fashion, cara-cara tradisional untuk membuat sebuah bahan pakaian sudah mulai ditinggalkan.
Misalnya pada teknik penggunaan pewarna alami yang mulai ditinggalkan oleh penenun. Padahal hal tersebut sangat ramah lingkungan dan merupakan kekayaan budaya yang harus kita jaga.
Melihat hal itu, Tobatenun turut berkontribusi dalam dunia sustainable fashion, dengan menggunakan pewarna alami dalam proses produksinya. Hasilnya, koleksi kain dan busana yang begitu cantik, bernuansa etnik dengan gaya kekinian.
Rumah Pewarnaan Alam Jabu Borna, Tobatenun menghadirkan koleksi teranyar bertajuk ‘Terbit’. Adapun tema ini diusung sebab dianggap penuh dengan positivisme dan juga optimisme kebanyakan orang di pagi hari.
“ Karena kalau kita bangun pagi banyak optimisme dan positivisme karena setelah bangun tuh banyak rencana-rencana, jadi karena ini satu eksplorasi yang baru,” kata Melvi Tampubolon, Partner & COO Tobatenun di Alun-Alun Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 9 Agustus 2023.
Terdapat 12 outfit pada koleksi Resort Wear Toba Tenun berupa atasan, outer, celana dan yang lainnya, hadir dalam perpaduan warna krem, biru, dan putih. Karena proses pewarnaan dilakukan secara alami, warna yang dihasilkan pun cenderung alami dan eksotis, bukan yang mencolok. Melvi menyampaikan bahwa hal itu merupakan identitas penggunanya yang memiliki nilai-nilai cinta lingkungan.
“ Kemudian kalau misalnya peduli sama lingkungan itu bisa menunjukkan identitas kita, kita pakai warna-warna yang gak ngejreng-ngejreng gitu kan yang seperti ini,” ujarnya.
Koleksinya yang terbuat dari bahan kain linen crepe, 100% katun itu diklaim breathable dan dapat menyerap warna lebih cepat. Menurut Melvi, pewarnaan alam yang tidak menggunakan bahan kimia juga lebih aman dan nyaman di kulit penggunanya.
“ Sebenarnya kalau pewarnaan alam itu ya, satu kan gak pake bahan kimia jadi maksudnya kita kan sudah terekspos banyak sekali bahan kimia dari semua produk yang kita pakai di badan dan di muka, jadi ini sebenarnya juga nyaman dan aman buat kulit itu bagusnya,” ungkapnya.
Tak hanya dalam segi kenyamanan, koleksi ini juga memaksimalkan pemanfaatan hasil kerajinan tangan para pengrajin-pengrajin tenun. Salah satunya adalah dengan menggunakan potongan kain tenun menjadi salah satu aksen yang ditonjolkan.
“ Proses kain tenun ini proses nya tuh juga sama lamanya, jadi karena proses yang lama itu kita mau pemanfaatannya itu sampai helai terkecil gitu, gak ada yang kalau bisa jangan sampai terbuang gitu lah,” ungkap Melvi.
Melvi menjelaskan, koleksi ini sebaiknya tidak dicuci menggunakan mesin cuci dan detergen pada umumnya. Untuk mencuci hanya perlu dicelup ke air dan menggunakan sabun atau shampo bayi agar bersih.
Setelah itu, kain jangan dijemur di bawah terik matahari secara langsung. Harus terdapat bayang-bayang atau keteduhan di atasnya.
“ Untuk semua yang kain-kain yang sustainable atau kain-kain yang memakai pewarnaan alam tidak disarankan di-laundry, elup aja, kemudian dijemurnya tidak langsung di bawah matahari, jadi ada shadingnya gitu,” pesan Melvi.
Meskipun berpotensi terjadinya penurunan tingkat warna saat pertama kali mencuci, namun jika dirawat dengan benar koleksinya yang terbuat dari pewarnaan alam akan lebih bertahan lama.
Dengan koleksi sustainable fashion terbarunya ini, Melvi berharap ada banyak orang yang juga ingin menggunakan pakaian yang ramah lingkungan. Terlebih lagi, koleksi terbarunya itu relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan kain tenun.
“ Harapan untuk koleksi terbaru semoga dengan kita meluncurkan suatu koleksi ini lebih banyak lagi yang mau mencoba memakai koleksi yang ramah lingkungan, karena terus terang koleksi inj lebih terjangkau daripada koleksi kain tenun,” katanya.