Dream - Media sosial cukup efektif untuk digunakan oleh para dokter untuk memberikan edukasi seputar kesehatan. Masyarakat bisa dengan mudah mendapat informasi kredibel dari dokter secara langsung.
Penggunaan media sosial ini juga dimanfaatkan sebagai iklan beragam produk oleh para dokter yang memiliki banyak follower atau biasa disebut dokter influencer.
Biasanya para dokter bekerja sama dengan brand untuk mempromosikan produk tertentu. Rupanya hal ini tidak dibenarkan dalam etika kedokteran. Majelis Kehormatan Etik Dokter (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengingatkan bahwa ada hal-hal yang tak boleh dilakukan seorang dokter di media sosial. Salah satunya mempromosikan produk.
“Etik itu berkembang sesuai dengan peradaban manusia, jadi kalau dulu suatu tindakan dikatakan tidak pantas, bisa saja sekarang menjadi pantas. Seperti halnya di World Medical Association (WMA) dokter itu boleh promosi, asal yang disampaikan itu adalah hal faktual dan akurat,” kata Ketua MKEK IDI, Dr. Djoko Widyarto, MH. Kes, usai seminar etik “Dilema Terapi Kedokteran dengan pendekatan Penelitian Berbasis Pelayanan” di Jakarta, beberapa waktu lalu.
“Nah kita belum (tak boleh promosi), kita masih tabu nih. Nanti kita lihat perkembangannya. Ini salah satu contoh bahwa etik itu tak selalu diam, tapi berkembang," ujar Dr. Djoko.
Menurut Djoko, kode etik kedokteran di Indonesia memang berbeda dengan kode etik di Amerika. “Memang di Amerika sendiri pendapat-pendapat etik itu berbeda dengan kita. Kalau kode etik kita itu bukunya baku, kalau mereka itu ada yang namanya opini-opini, ada sesuatu yang belum diatur dalam itu (kode etik) maka dia buat opini jadi seperti living document yang di-update terus," ungkapnya.
Djoko mengingatkan para dokter influencer yang suka mempromosikan produk di media sosial, misalnya produk kecantikan, hal ini tidak diperkenankan. Larangannya tercantum dalam fatwa etik dokter dalam bermedia sosial.
“Mereka banyak yang tidak menyadari bahwa itu tidak dibolehkan, MKEK sendiri sudah mengeluarkan dua fatwa soal itu. Kalo di internasional beriklan masih dimungkinkan. Kita (di Indonesia) masih belum diperbolehkan,” kata Dr. Djoko.
Secara aturan etika, dokter tidak diperbolehkan untuk beriklan, terutama jika iklan tersebut berkaitan dengan klaim penyembuhan, kecantikan dan kebugaran.
Dalam aturan, dokter di Indonesia masih diperbolehkan untuk terlibat dalam iklan layanan masyarakat (ILM). Iklan layanan masyarakat tidak mempromosikan produk melainkan promosi perubahan perilaku hidup sehat.
" Kalau Iklan layanan masyarakat itu dibolehkan untuk dokter yang mengubah perilaku hidup sehat masyarakat,” ujar Djoko.
" Kalau Iklan layanan masyarakat itu dibolehkan untuk dokter yang mengubah perilaku hidup sehat masyarakat,” ujarnya.
Dokter yang menggunakan media sosial juga wajib untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan pasien, serta membedakan akun pribadinya dan yang digunakan untuk kepentingan umum.
“Kita sudah mewanti-wanti akun yang digunakan untuk bersosial media dengan umum dipisah, dan tidak disatukan. Dokter itu juga harus merahasiakan kesehatan pasien, itu kewajiban,” ujar Djoko tegas.
Menurut Djoko, bila ada dokter yang melanggar ketentuan kode etik kedokteran maka dapat dilaporkan kepada IDI. Laporan ini bisa dilakukan oleh masyarakat biasa yang mendapati seorang dokter tengah mempromosikan produk dengan klaim penyembuhan, kecantikan dan kebugaran tanpa melepas titelnya sebagai dokter di media sosial.
Untuk pelaporan dapat dilakukan dengan membawa serta bukti yang ada. Hal ini sudah diatur di fatwa etik dokter dalam bermedia sosial yang dikeluarkan dalam Surat Keputusan Nomor 029/PB/K/MKEK/04/2021 tertanggal 30 April 2021.
Langkah ini dilakukan IDI untuk menjaga integritas profesi medis dan mencegah adanya praktik yang tidak etis dalam promosi produk di media sosial.
Sumber: Liputan6.com
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya