Anastasia Lin (Theepochtimes.com)
Dream - Gara-gara lolos kontes kecantikan Miss World 2015 setelah mengangkat tema kebebasan hak asasi manusia, keluarga peserta wakil Kanada, Anastasia Lin, mendapat ancaman di Tiongkok.
Pasukan keamanan Tiongkok langsung bergerak cepat untuk membungkam Lin, yang baru saja memenangkan kontes tingkat nasional di Kanada pada 16 Mei lalu. Mereka mengancam ayah Lin yang tinggal di Tiongkok.
Jika Lin terus mengangkat masalah HAM, dia dan keluarganya di Tiongkok akan membayar dengan mahal.
Lin menerima panggilan telepon dari ayahnya di Changsha, Provinsi Hunan pada Rabu malam, 20 Mei. Ayah Lin mengatakan telah didatangi pasukan keamanan Tiongkok.
" Pada awalnya ayah saya sangat senang karena semua media Tiongkok melaporkan tentang kemenangan saya. Ayah bahkan meneruskan berita itu di kampung saya dan mereka benar-benar bangga," kata Lin yang lahir dan besar di Changsha, dilansir Theepochtimes.com, Senin 25 Mei 2015.
" Ayah bilang mendapat 100 sampai 200 pesan setiap hari mengucapkan selamat kepadanya."
Namun, lanjut Lin, setelah itu, ayahnya minta dirinya untuk tidak melanjutkan apa yang dilakukannya.
Keluarga dan teman-teman mengatakan kepada Lin bahwa berita tentang dia mulai menghilang dari media online Tiongkok. Salah satu berita tentang kampanye HAM yang diangkat Lin rupanya diblokir oleh sensor internet Negara Tirai Bambu itu.
" Ayah kemudian mengirim pesan mengatakan, pasukan keamanan mengancamnya dengan menakut-nakuti tentang Revolusi Budaya," kata Lin.
" Para tentara itu mengatakan kepada ayah bahwa jika keluarga saya akan menjadi bagian dari Revolusi Budaya, di mana ayah tidak mengenal anaknya dan anak akan menjerumuskan ayahnya."
Lin mengatakan, hal itu membuat ayahnya takut dan menyuruhnya berhenti melanjutkan memperebutkan gelar Miss World yang sudah di depan mata.
Meskipun takut dengan kenyataan itu, Lin mengatakan dia tidak terkejut. Seperti banyak aktivis HAM yang punya keluarga di Tiongkok, itu adalah risiko yang sudah siap ia hadapi.
" Saya tidak ingin menempatkan keluarga saya dalam bahaya. Tetapi justru karena mereka, karena situasi ini, saya harus terus melakukan apa yang saya lakukan. Jika tidak, semua yang saya lakukan sebelumnya adalah sia-sia."
Lahir di Tiongkok, mahasiswi 25 tahun University of Toronto jurusan Teater dengan minor ilmu sejarah dan politik ini adalah model dan aktris yang telah membangun karir film tentang HAM di negara asalnya, Tiongkok.
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal