Menggambar. (Source: Shutterstock)
Dream - Melukis atau membuat karya seni seringkali hanya dianggap sebagai sarana untuk berekspresi maupun berkarya. Lebih dari itu, membuat karya seni memiliki segudang manfaat terutama untuk orang yang membuatnya.
Founder & CEO Ganara Art, Tita Djumaryo menjelaskan menggambar menggunakan spidol dan kertas sering dijadikan alat bantu terapis untuk membantu anak agar lebih mudah berekspresi. Untuk bisa melakukannya, seorang anak tak perlu membuat gambar yang rumit.
" Bikin aja garis meliuk-liuk, garis lurus, atau apapun sambil tutup mata. Jadi, dipegang spidolnya sambil tutup mata. Terus, gambar aja garis lurus atau bentuk abstrak. Setiap ada titik bersinggungan, isi ruang kosongnya," tuturnya dalam acara Wardah Colorfit Beauty Moves You Art Journey di Ganara Art at Space8, Jakarta Selatan, Rabu 28 Desember 2022.
Foto: Cynthia Amanda Male
Selain mempermudah seseorang dalam berekspresi, menggambar juga bisa menenangkan perasaan.
" Coba tarik napas setiap sebelum menorehkan garis supaya bisa jadi momen relaksasi juga" .
Kamu bisa bebas memilih warna dan alat tulis favoritmu agar lebih nyaman saat menggambar. Nyalakan pengharum ruangan dan ciptakan suasana yang nyaman saat menggambar untuk bisa menenangkan diri secara maksimal.
Dream - Perasaan dan mental memang bukan hal yang kasat mata karena itu sering kali diabaikan oleh orang sekitar. Padahal, kesehatan mental menjadi sumber kesehatan dari diri manusia.
Seseorang yang mengalami tekanan secara mental akan merasakan kelelahan yang teramat besar hingga dirundung stres terus menerus. Kondisi psikologis yang terganggu ini pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan raga.
Sayangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya aspek kesehatan mental masih minim.
Merujuk data Kemenkes pada tahun 2021, tercatat 20 persen dari total penduduk Indonesia mengalami potensi masalah kesehatan mental.
“ Diperlukan upaya dari kita sebagai individu sekaligus bagian dari suatu komunitas sosial untuk memperdalam nilai dan komitmen terhadap kesehatan mental,” jelas Shirley Lesmana, Chief Marketing Officer Traveloka pada keterangan tertulis yang diterima Dream.
WHO juga melaporkan separuh dari gangguan mental bermula pada umur 14. Namun, banyak kasus yang terjadi tidak terdeteksi dan tanpa tindakan.
Berbagai faktor ditengarai sebagai pemicu masalah keseimbangan kesehatan mental ini; di antaranya tekanan dalam pekerjaan, masalah keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial.
Organisasi kesehatan di bawah naungan PBB itu mencatat hampir satu miliar penduduk dunia mengalami gangguan kesehatan mental pada 2019. Angka ini meningkat secara signifikan pada masa pandemi Covid-19.
“ Masalah kesehatan jiwa merupakan masalah yang sangat kompleks dan dilematis dikarenakan stigma yang terlanjur melekat akibat kurangnya pemahaman akan isu ini,” jelas dr. Fransisca, Ketua dan Founder AKAR pada keterangan yang sama.
Di Indonesia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2021 menemukan bahwa mayoritas remaja dan dewasa muda berusia 16 -24 tahun memasuki periode kritis kesehatan mental.
Lebih lanjut penelitian tersebut menemukan bahwa hampir 96 persen remaja dan dewasa muda mengalami gejala kecemasan (anxiety) dan 88 persen di antaranya mengalami gejala depresi.
Menjaga kesehatan mental remaja dan dewasa muda membawa manfaat tidak hanya untuk kesehatan mereka, namun juga untuk ekonomi dan masyarakat.
“ Keberadaan dewasa muda yang sehat akan membawa kontribusi yang besar terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia, keluarga, komunitas dan masyarakat secara umum,” tambah Shirley.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental mendorong Traveloka turut berkontribusi aktif untuk memberikan solusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.
“ Semangat merayakan hidup ‘Life, Your Way’, Traveloka mengajak masyarakat, terutama generasi milenial dan generasi Z, untuk tidak lupa menyempatkan diri berhenti sejenak dan beristirahat di tengah-tengah padatnya aktivitas hidup mereka. Tekanan dalam pekerjaan serta tuntutan untuk selalu menunjukkan performa terbaik pada akhirnya menimbulkan burn out atau kondisi di mana seseorang merasa lelah secara fisik, mental, dan emosional,” tambah Shirley.
Traveloka akan berkolaborasi dengan AKAR Indonesia dalam bentuk donasi untuk mendukung terlaksananya kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan empowerment kepada remaja Indonesia melalui program Youth Akar Indonesia.
Kolaborasi antara Traveloka dengan AKAR dalam menyikapi masalah kesehatan mental merupakan salah satu contoh kepedulian sektor swasta terhadap isu-isu sosial di masyarakat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN