Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Tidak semua orang mudah menemukan pasangan hidup yang tepat. Ada yang langsung menemukan pasangan yang cocok untuk dinikahi. Beberapa lainnya harus terlebih dahulu melalui proses patah hati.
Di Indonesia, urusan menikah semakin pelik karena tak hanya melibatkan sepasang kekasih. Keputusan menikah dengan pria atau perempuan pilihan juga harus melibatkan keluarga dan lingkungan sekitar.
Psikolog Klinis, Pingkan Rumondor membenarkan fenomena tersebut di masyarakat Tanah Air.
Banyak pasangan muda yang cenderung mematuhi batas cinta konvensional menurut masyarakat tanpa aktif mengeksplorasi. Mereka secara tidak langsung memutuskan pilihannya sendiri tanpa memiliki keberanian untuk mengungkapkan keinginan.
" Salah satu masalah di hubungan percintaan adalah sama-sama tertarik tapi terkendala beda suku, status sosial atau perbedaan usia terlalu jauh. Kalau respon lingkungan kurang baik, orang bisa tertekan dan menyerah. Padahal, latar belakangnya sama belum tentu baik," katanya dalam peluncuran kampanye CloseUp #SpeakUpForLove di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Kamis 5 Maret 2020.
Foto: CloseUp #SpeakUpForLove/Dream.co.id-Cynthia Male
Berdasarkan penelitian CloseUp yang melibatkan 500 orang, sebesar 50 persen responden tidak merasa memiliki kebebasan dalam mencintai maupun memilih pasangan.
" Banyak pasangan menjalani hubungan tidak konvensional, merasa tertekan dan kehilangan suara. Sebanyak 43 persen merahasiakan hubungan karena tidak direstui, 31 persen merasa bersalah terhadap keluarga, 58 persen merasa dijudge, 44 persen terpaksa mengakhiri hubungan," ungkap Head of Marketing Oral Care Unilever Indonesia, Fiona Anjani.
Fenomena ini disebut sliding, dimana seseorang lebih mengikuti kata orang dan mengesampingkan pendapat sendiri.
Orang yang mengalami fenomena ini juga rentan perbedaan, mulai dari suku maupun latar belakang.
Akhirnya, orang yang mengalami fenomena ini tidak bahagia dengan hubungannya serta rentan selingkuh.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pingkan menyarankan setiap pasangan untuk menerapkan konsep deciding yang lebih mendengarkan diri sendiri.
Mencocokkan visi misi diri dengan pasangan daripada memerdulikan pandangan orang lain agar hubungannya lebih bahagia serta tidak rentan perselingkuhan.
" Komunikasi dengan diri sendiri. Apa nilai saya dan pasangan, apa kecocokannya, pandangan hidupnya. Yakin atau nggak. Hubungan yang bahagia akan memiliki efek positif sekali untuk pasangan serta buah hati di masa depan," imbuh Pingkan.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah