Ilustrasi Pasien Sakit Paru-paru (Foto: Shutterstock.com)
Dream - Meski sudah banyak orang tidak menyarankan kebiasaan merokok, namun tetap saja jumlah perokok tak berkurang. Padahal mereka mengetahui jika rokok bisa memperburuk kondisi paru-paru.
Perokok bisa mengalami penurunan fungsi paru 3 kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok.
Orang yang tidak merokok akan mengalami penurunan kapasitas paru sebesar 10-30ml per tahun. Sedangkan orang yang merokok akan mengalami penurunan sebesar 50-80ml per tahun.
Jika kebiasaan merokok dihentikan setelah usia 45, efeknya terhadap kesehatan tubuh jangka panjang akan lebih ringan daripada tetap merokok.
Selain penurunan fungsi paru, merokok juga bisa memicu penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK. Penyakit ini berkaitan dengan proses zat oksidatif dan bisa dicegah maupun diobati.
Namun penyakit yang bergejala sesak napas ini, diprediksi sebagai penyebab terbesar ketiga pada kematian. Penanganannya pun menghabiskan dana yang besar, sekitar US$ 5 miliar atau sekitar Rp71 triliun.
Aktivitas pengidap PPOK pun akan terbatas, sedangkan dibutuhkan obat-obatan agar paru-paru bisa berfungsi optimal.
" Jika sudah begini, nggak bisa disembuhkan. Cuma stop merokok aja supaya penyakitnya nggak makin parah," ujar Budhi Antariksa, Dokter Spesialis Paru dalam webinar Kalbe Farma 'Pejuang Penyakit Paru di Tengah Pandemi Covid-19', Rabu lalu.
Pengidap PPOK bisa menghabiskan Rp600 ribu sampai Rp1 juta per bulan untuk pengobatan rutin. " Kalau terjadi serangan sesak, bisa dirawat dengan biaya yang sangat besar" .
Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, prevalensi PPOK paling tinggi berada di Kalimantan. Namun, yang paling tinggi biasanya adalah ibukota karena lebih banyak polusinya.
Belum lagi, angka harapan hidup orang Indonesia meningkat. " Orang PPOK umumnya ditemukan pada usia lanjut. Jadi kalau angka harapan hidup meningkat, angka kesakitan PPOK juga meningkat," jelasnya.
Terdapat beberapa penyebab PPOK yang dapat dicegah, yaitu merokok, pekerjaan dengan debu atau bahan kimia, second hand smoker, polusi di dalam maupun luar ruangan serta pengaruh genetik.
" Balita di bawah 10 tahun jika sering radang paru juga bisa memiliki risiko besar untuk terkena PPOK di usia tua. Orang yang sering mengalami infeksi saluran napas berulang juga berpotensi terkena PPOK" .
Budhi menyarankan untuk mengurangi asupan karbohidrat untuk mencegah PPOK. " Dianjurkan untuk mengurangi karbohidrat daripada zat lemak. Tapi, ini masih dalam penelitian," ujarnya.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Diterpa Isu Cerai, Ini Perjalanan Cinta Raisa dan Hamish Daud
AMSI Ungkap Ancaman Besar Artificial Intelligence Pada Eksistensi Media