Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pandemi Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda bakal berakhir. Tentunya kita tak boleh lengah dalam melakukan tindakan pencegahan penularan, baik bagi diri sendiri maupun keluarga terdekat.
Terutama jika keluarga memiliki komorbid atau penyakit penyerta, antara lain hipertensi, kardiovaskular, diabetes, penyakit autoimun, ginjal, TBC dan tumor/ kanker. Rupanya ada jenis penyakit komorbid yang jika seseorang mengalami dan tertular Covid-19, maka gejalanya cenderung lebih berat dan risiko kematiannya sangat tinggi, yaitu kardiovaskular.
Kardiovaskuler merupakan penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut dr. Candra Wiguna, spesialis penyakit dalam, pasien covid-19 dengan komorbid tersebut memiliki risiko kematian tertinggi.
" Ini dianggap satu komorbid yang paling meningkatkan risiko kematian, dibandingkan dengan komorbid lainnya. Pada orang yang mengalami gangguan kardiovaskuler, risiko dia meninggal 10 kali lipat dibandingkan yang tidak mengalami kardivaskuler," kata dr. Chandra dalam acara bincang-bincang " Cegah Covid pada Orang dengan Komorbid" yang disiarkan langsung di YouTube channel BNPB, 5 November 2020.
Mereka yang memiliki penyakit komorbid daya tahan tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang normal. Saat ada paparan virus, cenderung mudah terinfeksi, yang pada gilirannya menyebabkan gejala jadi lebih berat, memicu penurunan fungsi organ, hingga kematian.
" Penyakit komorbid seperti hipertensi dan diabetes membuat daya tahan tubuh jadi lebih rendah, ada juga penyakit jantung dan pembuluh darah yang kemudian menyebabkan fungsi organ menurun. Hal-hal inilah yang meningkatkan derajat gejala dan meningkatkan risiko kematian," kata dr Chandra.
Untuk itu penting bagi mereka yang mengalami komorbid, terutama gangguan kardiovaskuler dan pembuluh darah untuk lebih ekstra dalam mencegah penularan Covid-19. Salah satunya dengan mengontrol dan menjaga kondisi komorbid yang dialami.
" Penyakit penyerta meningkatkan derajat gejala berat pada covid. Diharapkan pasien dengan komobid tetap berkonsultasi dengan dokter. Minum obat sampai mencapai target tensi yang normal, minum obat sampai level gula normal," pesan dr Chandra.
Lakukan juga konsultasi rutin, bisa melalui telemedicine yang kini mulai banyak tersedia di RS besar, bisa juga membuat perjanjian khusus. Tak perlu khawatir ke RS jika menerapkan protokol kesehatan ketat.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream – Dokter Spesialis Penyakit Dalam dokter Candra Wiguna mengatakan, pasien kormobid lebih rentang terhadap virus Covid-19.
Covid-19 ini memiliki spektrum gejala klinis yang sangat luas, mulai dari bergejala ringan hingga berat sampai menyebabkan kematian.
“ Pasien yang menderita Covid-19 yang bergejala berat hingga kematian, ternyata 90 persennya memilii suatu penyakit penyerta sebelumnya, itulah yang disebut kormobid,” jelasnya saat dialog di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta, Kamis 5 November 2020.
Setiap kormobid bisa menyebabkan gejala klinis menjadi lebih berat, karena beberapa hal seperti daya tahan tubuh, hipertensi, diabetes, dan kardiovaskular.
“ Seseorang yang sudah mengalami gangguan jantung atau paru, yang menyebabkan fungsinya menurun, hal inilah yang meningkatkan derajat beratnya sakit pada covid-19 dan meningkatkan angka kematian akibat covid-19,” lanjutnya.
Dokter Candra menjelaskan Gejala orang yang memiliki kormobid atau penyakit penyerta, maka akan lebih mengalami gejala yang berat dalam hal ini sesak napas yang menyebabkan kegagalan alat pernapasan.
Sedangkan yang tidak memiliki kormobid, gejala yang muncul akan lebih ringan.
Sementara itu, tim Pakar Satgas Covid-19 Bidang Perilaku sekaligus Kepala Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia Turro Wongkaren mengatakan orang dengan kormobid maupun tidak harus tetap melakukan disiplin protokol kesehatan 3 M dan menjaga iman, imun, serta aman.
“ Iman berkaitan dengan Yang Maha Esa, karena diharapkan kita mendapatkan ketenangan hati. Hati yang gembira itu obat. Kedua soal imun, berkaitan dnegan diri kita yang bisa dilakukan untuk membuat imunitas kita makin tinggi, misalnya tidur cukup, minum berbagai vitamin, dan beberapa mineral,” jeals Turro.
Ia juga mengatakan orang yang memiliki kormobid harus meningkatkan 3M. Karena kalau mereka imunnya rendah, mereka akan mudah terkena infeksi virus. Jika mereka sudah terkena maka akan mengalami kondisi yang lebih berat bahkan menyebabkan kematian.
Selain itu Turro juga menyatakan dari 3M itu hal yang paling susah diikuti adalah terkait menjaga jarak. Sebab hal ini menurutnya berhubungan dengan orang lain.
“ Tapi kalau jaga jarak, itu kan tergantung gak cuman dia, tapi juga orang lain. Apalagi kalau terkait pekerjaan dia, misalnya naik kendaraan umum, artinya satu sama lain harus mengerti. Ini gak Cuma satu orang, tapi setiap orang perlu memahami hal ini. Jadi menjaga jarak ini, dan menjauhi kerumunan ini yang gak cuman penting, tapi efektivitasnya paling tinggi,” tuturnya.
Kesulitan menjaga jarak ini memang sulit dilakukan di masyarakat karena berkaitan dengan perasaan orang lain.
“ Orang Indonesia itu kan suka menjaga perasaan, kita sangat jarang ada orang bilang ‘maaf ya, jangan deket-deket saya’ takutnya menyinggung kan. Padahal kalau di luar negeri hal itu sudah biasa,” jelasnya.
Dokter Candra juga mengatakan bagi orang yang memiliki kormobid, karena dia lebih rentan, dia harus mengusahakan bisa lebih mencegahnya. Kemudian orang tersebut juga dianjurkan bisa mengendalikan penyakit penyerta ini.
“ Dia juga dianjurkan untuk bisa mengendalikan penyakit penyerta ini, misalnya kalau dia memiliki penyakit hipertensi, ya diharapkan dia berkonsultasi dengan dokternya, dan mengendalikan tensinya,” jelas dokter Candra.
Tapi masyarakat saat ini ketakutan untuk datang ke rumah sakit karena menganggap tempat ini banyak virus. Padahal banyak terobosan medis seperti telemedicine untuk menanggapi hal tersebut untuk berkonsultasi. Sehingga orang-orang yang memiliki penyakit bawaan memang harus berusaha lebih keras untuk mencegah tertular virus.
Supaya kormobid terhindar dari Covid-19, Turro Wongkaren menjelaskan, orang kormobid bisa diidentifikasi dari usia. Usia 50 tahun ke atas lebih berhati-hati kalau hendak keluar rumah.
“ Usia 50 tahun ke atas perlu lebih berhati-hati untuk pergi keluar rumah,” katanya.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Si Romantis yang Gampang Luluh: 4 Zodiak Ini Paling Cepat Jatuh Cinta pada Pandangan Pertama
Lebih dari Sekadar Bermain, Permainan Tradisional Ajak Anak Latih Fokus dan Kesabaran
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Halte TJ Senen Sentral yang Terbakar, Berubah Jadi Halte Jaga Jakarta
Nyaman, Tangguh, dan Stylish: Alas Kaki yang Jadi Sahabat Profesional Modern
4 Komunitas Jalan Kaki di Indonesia, Perjalanan Jadi Pengalaman Menyenangkan
Mau Liburan? KAI Wisata Tebar Promo HUT ke-16, Ada Diskon Bagi yang Ultah Bulan September
Sosok Ferry Irwandi, CEO Malaka Project yang Mau Dilaporkan Jenderal TNI ke Polisi