Pasangan Posesif Ciptakan Malapetaka Pernikahan

Para istri atau suami akan memantau akun jejaring sosial pasangan mereka, termasuk jejak online yang menunjukkan tanda-tanda perselingkuhan.

Dream - Perasaan curiga dalam hubungan perkawinan adalah sebuah fenomena yang telah ada selama berabad-abad.

Memata-matai pasangan adalah akibat tak terelakkan dari rasa curiga. Dan saat ini aksi memata-matai ini telah bersentuhan dengan teknologi tinggi.

Para istri atau suami akan memantau akun jejaring sosial pasangan mereka, termasuk jejak online yang menunjukkan tanda-tanda perselingkuhan.

Menurut laporan harian Al-Riyadh dikutip Dream.co.id, Senin 2 Februari 2014, perilaku semacam itu sering dianggap sebagai tanda terlalu posesif terhadap pasangan.

Para istri cenderung menjadi posesif dan ingin mengendalikan suami-suami mereka. Biasanya para istri seperti ini merasa terganggu dengan sikap suami yang tidak bisa lepas dari bayang-bayang saudara atau orang tuanya sendiri.

Mereka mungkin bahkan mencegah suami untuk mengunjungi dan membantu keluarganya. Tentu, perilaku seperti menjadi beban bagi hubungan mereka sendiri dan keluarga suami mereka.

Umi Muhammad, 60 tahun, teringat saat anaknya sendiri menjauh darinya karena pengaruh istrinya.

" Seperti semua ibu lainnya, saya senang putra sulung saya menikah, tapi dia banyak berubah setelah setahun menikah. Dia memutuskan untuk pindah ke tempat yang jauh dari rumah kami. Dia tidak lagi mengunjungi kami kecuali pada acara-acara tertentu. Di masa lalu, anak saya selalu berada di sekitar kita kecuali ketika saatnya untuk pergi tidur," katanya.

Umi Muhammad menduga perubahan perilaku anaknya itu karena menantu perempuannya tidak bisa berbaur dengan keluarga suaminya.

Cerita Jawaher Al-Shali lain lagi. Dia punya kakak laki-laki yang menikahi anak saudara jauhnya. Meski pun keluarga Jawaher memperlakukan iparnya itu dengan baik, tapi sikapnya justru lain.

" Dia sering bertengkar dengan ibu dan kakak perempuan saya. Ini bahkan terjadi meski dia tidak tinggal satu rumah dengan kami," kata Jawaher.

" Dia sepertinya mau menguasai kakak laki-laki saya dan menjauhkannya dari orangtua dan saudara-saudara lain. Namun usahanya itu gagal dan akhirnya kakak saya menceraikannya setelah menikah 1 tahun," imbuhnya.

Nuwayyir Al-Rouqi punya kisah menarik. Setelah suaminya meninggal, Al-Rouqi membesarkan anak semata wayangnya. Dia sengaja tidak menikah lagi agar bisa memberikan kasih sayang yang melimpah kepada anaknya. Selain itu, dia takut jika ayah tiri akan memperlakukan anaknya dengan buruk.

Namun Al-Rouqi merasa anaknya itu berubah sikapnya setelah menikah.

" Saya telah memberi semua waktu dan kasih sayang. Meskipun pendapatan saya terbatas, saya tidak mencari pekerjaan lain agar bisa selalu berada dekat dengan anak saya. Ia adalah segalanya bagi saya dan ketika ia tumbuh dewasa, saya percaya istrinya, yang dia nikahi tiga tahun lalu, akan seperti anak perempuan saya sendiri," ujarnya.

Namun, menantunya itu seperti ingin menguasai dan menjauhkannya sang anak dari Al-Rouqi. " Dia mendapatkan apa yang dia inginkan dan anak saya tidak lagi peduli kepada saya. Saya sekarang hidup sendirian."

Sementara itu kehidupan Alyaa Al-Shammari jauh lebih baik. Hubungan Al-Shammari dengan menantu perempuan dan keluarganya sudah sangat baik.

Dia tahu banyaknya masalah yang timbul antara keluarga setelah menikah adalah sesuatu yang rumit. Tapi menyalahkan pada satu pihak adalah tindakan yang tidak adil.

" Saya mengunjungi keluarga menantu dan kadang mengundang mereka juga. Kami bahkan bertukar hadiah pada acara-acara tertentu. Baik menantu perempuan dan keluarga suami harus selalu mendekatkan diri pada Allah SWT," katanya.