Kondisi Paru-paru Yang Rusak Penuh Lubang Akibat Infeksi Virus Corona. (Foto: Laura Brown/Rumah Sakit Northwestern Memorial)
Dream - Akibat menderita Covid-19 yang cukup parah, paru-paru gadis di Chicago, Amerika Serikat, terlihat penuh dengan lubang.
Untuk menyelamatkan nyawanya, dokter harus melakukan transplantasi paru-paru untuk gadis berusia sekitar 20 tahunan itu.
Ini kasus pertama di AS. Hanya beberapa penyintas Covid-19 di China dan Eropa, yang menerima transplantasi paru-paru.
Selama hampir dua bulan, gadis yang tak disebutkan namanya hanya mengandalkan ventilator dan mesin jantung-paru sebelum menjalani operasi transplantasi pada hari Jumat pekan lalu di Rumah Sakit Northwestern Memorial.
Dokter Ankit Bharat, yang melakukan operasi, mengatakan prosedur 10 jam itu cukup menantang karena virus telah meninggalkan banyak lubang pada paru-paru yang hampir menyatu ke dinding dadanya.
Gadis tersebut masih membutuhkan ventilator dan mesin jantung-paru seiring pemulihannya. Dokter mengatakan mengatakan peluangnya untuk hidup normal sangat baik.
" Kami mengantisipasi bahwa ia akan pulih sepenuhnya," kata Dr. Rade Tomic, direktur medis program transplantasi paru-paru rumah sakit.
Menurut dokter Bharat, pasien tersebut berasal dari North Carolina dan baru saja pindah ke Chicago untuk tinggal bersama pasangannya.
Dia sebelumnya dinyatakan cukup sehat tetapi kondisinya makin memburuk setelah dirawat di rumah sakit pada akhir April.
Dokter menunggu enam minggu, berharap sistem imun tubuhnya mengalahkan virus sebelum mempertimbangkan untuk melakukan transplantasi.
Donor paru-paru biasanya jarang dan pasien sering menunggu berminggu-minggu untuk transplantasi.
Namun gadis itu menjadi prioritas setelah kondisinya makin parah. Jantung, ginjal, dan hatinya mulai gagal berfungsi.
Paru-paru hanya menyumbang 7% dari hampir 40.000 transplantasi organ di AS tahun lalu.
Sumber: USA Today
Dream - Pria berkebangsaan China meninggal dunia di Singapura dua minggu setelah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19. Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan, pria 41 tahun tersebut mengalami komplikasi akibat infeksi virus corona.
Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan kematian pria itu pada Sabtu 6 Juni 2020. Pria yang merupakan pasien kasus 11.714 itu meninggal pada Kamis 4 Juni 2020. Dia menjadi pasien yang wafat gara-gara komplikasi akibat Covid-19.
Pria itu sudah dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19 pada 17 Mei silam. Namun pada 4 Juni, pria yang tak disebutkan identitasnya itu pingsan dan dinyatakan meninggal akibat tromboemboli atau pembekuan darah yang masif di paru-paru akibat infeksi Covid-19.
Emboli paru adalah penyumbatan di salah satu arteri di paru-paru. Dalam kebanyakan kasus, emboli paru disebabkan oleh pembekuan darah yang berjalan ke paru-paru dari vena di kaki atau dari bagian tubuh lain.
Pada 20 Mei 2020, Singapura mengeluarkan peringatan pada dokter tentang risiko tersebut. Menurut Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, dokter telah disarankan " waspada" untuk gejala kardiovaskular pada pasien Covid-19, dan untuk memberikan panduan tentang evaluasi dan penanganan pasien.
Gan Kim Yong menambahkan, hampir satu banding seribu pasien mengalami kondisi cardiovascular, seperti serangan jantung dan pembekuan darah.
Sengan mengutip data internasional, Gan Kim Yong menambahkan bahwa pasien Covid-19 yang dirawat di unit perawatan intensif berisiko lebih tinggi, " karena mereka tidak dapat bergerak untuk waktu yang lama dan mungkin memiliki beberapa penyakit penyerta."
Dalam kondisi itu, tambah Gan Kim Yong, dokter di Singapura diimbau, " mengambil tindakan pencegahan ekstra seperti memantau [kecenderungan pembekuan darah] dengan teliti."
Dalam beberapa kasus, antikoagulan atau pengencer darah digunakan untuk mencegah pembekuan darah. " Namun, penggunaan anti-koagulan harus dipertimbangkan terhadap risiko perdarahan, dan dokter kami akan memutuskan berdasarkan kasus per kasus," tambah Gan.
Karena Covid-19 adalah penyakit baru, lanjut Gan Kim Yong, Singapura belajar lebih banyak seiring berjalannya waktu. Kementerian Kesehatan akan terus memantau bukti yang muncul, dan bekerja dengan para ahli klinis untuk memastikan perawatan dan hasil terbaik untuk pasien Covid-19.
Sumber: The Asian Parent