Shutterstock
Dream - Kesadaran masyarakat Indonesia untuk rutin berolahrga semakin meningkat terutama semenjak pandemi Covid- 19. Selain asupan makanan, olahraga menjadi salah satu kunci dalam menjaga daya tahan tubuh agar tetap fit dan sehat.
Olahraga juga semakin berkembang menjadi trend dan gaya hidup masyarakat perkotaan. Masyarakat semakin banyak mengeksplorasi diri untuk meningkatkan keseimbangan kesehatan dan performa dengan memilih teknik berolahraga yang sesuai kebutuhan.
Tak mengherankan jika kamu melihat sahabat atau teman kerja mengunggah konten berisi kecepatan berlari, kekuatan, ukuran sepeda di dalam media sosialnya. Mereka inilah yang marak saat ini disebut sebagai sport enthusiasts.
Sayangnya terkadang para sport enthusiast tidak mengetahui secara detail faktor risiko dari cabang olahraga yang ditekuninya. Contohnya dalam bersepeda tak banyak yang memperhatikan teknik yang benar dan terlalu memaksakan performa tanpa mengetahui efek sampingnya pada tubuh.
" Mungkin pernah dengar ada orang kolaps saat olahraga, biasanya terjadi karena sumbatan koroner dan kedua biasanya karena jantung bengkak. Dan dua hal ini tidak terjadi dalam semalam, ini sudah berproses dari lama. Kita udah bisa mencegah sebenarnya," jelas dr. Andhika Raspati, Dokter Timnas Balap Sepeda Indonesia pada acara Brand-Launch Welspro, Minggu 11 September 2022.
Penyebab Terjadi Cedera
Cedera yang tak diinginkan para sport enthuasiast sebenarnya tak melulu terjadi kurang pemanasan di awal. Umumnya hal ini terjadi karena seseorang olahraga di luar kapasitasnya.
" Di luar kapasitas ini mungkin karena awalnya merasa bisa saat muda terus sempat berhenti dan ingin lanjut olahraga lagi tapi karena faktor usia dan sempat pause ini munculah keluhan cedera," dr. Andreas Ricky, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi pada kesempatan yang sama.
Manusia semakin bertambah umur semakin berkurang performa sendi ataupun hal lain. Apalagi jika ada jeda tidak latihan. Dua minggu tidak latihan sebetulnya membuat masa otot semakin menurun.
Awali dengan Skrining
Kala memulai olahraga kembali, sebaiknya lakukan skrining kesehatan terlebih dahulu.
“ Kalo pertama skrining, saya concern jantung dulu, riwayat hipertensi, pompa jantung, lalu respirasi pernafasan dan saraf. Yang kadang usianya semakin dewasa kerap mengalami pengapuran dan pegal-pegal jadi harus skrining dulu,” tambah dr. Dika.
Cek Heart Rate
Saat berolahraga bagi pemula, tekanan detak jantung (heart rate) tentu menjadi hal yang harus diperhatikan karena menentukan kapasitas maksimum dalam diri. Cara menghitungnya pun cukup mudah.
“ Rumusnya 220 dikurang usia. Misal usia 40 tahun, nadi maksimal 180 per menit. Ambil 70 persen, 120 an kalau kita pakai,” tambah dr. Dika.
Namun dr. Dika menegaskan bahwa heart rate maksimum ini bukan standar paten seseorang. Beberapa pasiannya pernah melewati batas ini.
“ Tapi setelah saya aktif jadi dokter ternyata ini bisa melewati batas ini, ada yang 103 persen pun ada. Tapi kalau kita bicara safety, kalau udah lewatin batas harus hati hati apalagi awal mulai atau seseorang yang belum pernah check up, dikhawatirkan ada masalah jantung,” tambah dr. Dika.
Perlu Panduan dari Expert
Jika ragu dalam menjalani cara berolahraga yang tepat kamu sebetulnya bisa mendapatkan panduan dari para ahli. Apalagi untuk Sahabat Dream yang mengalami kondisi khusus seperti cedera atau penyakit lainnya.
Welspro, sebagai brand baru dari sebuah wellness clinic yang bergerak di bidang Sport Performance and Injury Management memfasilitasi pelayanan ini dengan menyediakan clien manager yang akan memberikan pendampingan secara khusus.
Klien datang mendapatkan general assessment diawal oleh dokter umum, dan kemudian dilanjutkan oleh tim dokter spesialis serta terapi penunjang.
Health evaluation and management hingga performance enhancement dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Orthopedi dan Traumatologi, Gizi Klinis, fisioterapi dan spesific coach sesuai dengan cabang olahraga.
Pemeriksaan yang diberikan juga didukung sejumlah piranti dengan teknologi canggih seperti Huber, Motion Analysis, footscan analysis, Cardiopulmonary Exercise Test (CPET), Virtual Games, Isokinetics, Body Composition dan lain sebagainya sehingga hasil pemeriksaan dan juga tindakan mendapatkan hasil yang akurat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR