Masker Medis/ Foto: Shutterstock
Dream - Masker saat ini jadi kebutuhan dasar saat kita beraktivitas di luar rumah. Tentunya demi melindungi diri dan orang lain dari penularan virus Covid-19. Ada masker kain dan masker sekali pakai atau masker grade medis.
Bila Sahabat Dream ingin membeli masker medis atau masker sekali pakai, cari yang memiliki keterangan BFE atau bacterial filtration efficiency. Dikutip dari bsn.go.id, BFE adalah efektivitas material masker medis dalam mencegah lewatnya bakteri aerosol serta dinyatakan dalam persentase dari jumlah yang tidak menembus material masker medis pada laju alir aerosol yang ditetapkan.
Persyaratan mutu masker medis juga dilihat dari differential pressure, yaitu menunjukkan tingkat permeabilitas udara dari masker. Diukur dengan menentukan perbedaan tekanan di masker dalam kondisi aliran udara, suhu dan kelembapan tertentu. Differential pressure merupakan indikator " kemampuan bernapas" dari masker.
“ Dengan kata lain, differential pressure adalah indikator seseorang nyaman bernapas atau tidak menggunakan masker juga dihitung dalam standar ini,” ujar Wahyu Purbowasito, Direktur Pengembangan Standar Agro, Kimia, Kesehatan, dan Halal BSN (Badan Standardisasi Nasional).
Terkait persyaratan mutunya, indikator untuk pengujian BFE adalah pada tipe I, ≥95%, pada tipe II ≥98%, tipe IIR ≥98% dengan tipe pengujian sesuai dengan SNI EN 14683 Annex B. Dengan demikian, masker medis memiliki daya filtrasi yang lebih tinggi dibanding masker kain.
Masker bedah atau biasa dikenal dengan masker medis, memiliki 3 lapisan. Masker ini bisa memfiltrasi bakteri dengan tingkat filtrasi tinggi. Sebelum beredar di masyarakat, masker bedah harus diuji sesuai SNI yang berlaku, baru mendapatkan izin edar.
Usahakan untuk mencari masker dengan angka BFE-nya minimal di atas 95. Hal yang juga sangat penting selalu gunakan masker dengan benar yaitu menutup hidung dan mulut saat berada di luar rumah atau bertemu orang.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Sudah memakai masker, tapi hanya dikalungkan di leher atau diturunkan. Mulut tertutup, tapi hidung dibiarkan terbuka. Mungkin Sahabat Dream pernah melakukannya saat mengenakan masker.
Hal ini sebenarnya berbahaya, terutama jika berada di kerumunan. Jangan kendor, tetaplah disiplin menggunakan masker dengan benar. Pastikan mulut dan hidung tertutup. Mengapa demikian?
" Virus SARS-CoV-2 hidup di saluran hidung. Saat orang yang terinfeksi mengembuskan napas, mereka melepaskan partikel virus dari hidungnya ke udara. Bahkan tindakan sederhana berupa napas dapat melepaskan partikel virus. Masker membantu menjaga partikel infeksi ini agar tidak terbawa udara dan menjangkau orang lain," ujar Elizabeth Hanes, seorang perawat senir, dikutip dari WebMD.
Mungkin orang-orang yang " setengah menutupi" hidung merasa sehat sehingga mereka menganggap partikel yang keluar dari hidung mereka sama sekali tidak berbahaya, padahal bisa saja sebaliknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa masker mengurangi volume kuman yang dihirup termasuk, melindungi pemakainya dari penyakit.
" Jadi, jika kita membiarkan hidung tidak tertutup, maka akan menghirup lebih banyak partikel dari udara di sekitar dan, menempatkan diri pada risiko lebih besar tertular Covid-19," ungkap Hanes.
Jadi pastikan gunakan masker dengan benar, dengan mulut serta hidung tertutup. Jangan sekali-kali turunkan masker jika berada di ruang publik yang ramai, karena akan sangat berisiko.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Memakai masker saat keluar rumah merupakan hal kini tak bisa ditawar. Bukan hanya untuk melindungi diri dari penularan virus Covid-19, tapi juga melindungi orang lain.
Sayangnya masih banyak orang yang malas atau bahkan menolak mengenakan masker dengan alasan bisa berdampak buruk pada pernapasan. Ada juga berpendapat memakai masker mengurangi pasokan oksigen dalam darah, menyebabkan " keracunan" karbondioksida dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Faktanya tak demikian. Simak saja penelitian tim dari McMaster University di Kanada. Mereka menguji 25 manula (rata-rata usia: 76,5) dengan oksimeter alat pengukur kadar oksigen dalam darah saat memakai masker, serta sebelum dan sesudah.
Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda hipoksia, atau berkurangnya level oksigen salam darah. Jadi, pakai masker tak mengurangi sedikit pun level oksigen dalam darah. Awalnya memang terasa sedikit tak nyaman atau sesak.
" Saya melihat masker seperti sabuk pengaman. Memang belum tentu nyaman, tapi melindungi," kata dr. Aaron Glatt, seorang spesialis penyakit menular, dikutip dari WebMD.
Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman memakai masker, tapi itu bukan alasan untuk tidak melakukannya. Secara keseluruhan hasil dari uji oksimeter adalah tidak ada penurunan yang mengkhawatirkan dalam saturasi oksigen darah. Rata-rata, saturasi oksigen adalah 96,1% sebelum bermasker, dan kemudian sedikit lebih tinggi saat mereka mengenakan masker dan setelahnya, masing-masing 96,5% dan 96,3%.
Penemuan ini dipublikasikan secara online sebagai surat penelitian dalam Journal of American Medical Association edisi 30 Oktober. Penelitian ini dilakukan pada mereka yang berusia lanjut yang mungkin akan lebih rentan terhadap penurunan kadar oksigen dari pemakaian masker.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN