Sperma Tertua Didunia (Foto: Merdeka.com)
Dream - Tim paleontologi menemukan sel sperma hewan yang diduga yang tertua di dunia. Para ahli menemukannya di Myanmmar.
Sperma tertua yang diperkirakan berusia 100 juta tahun, ditemukan membeku dalam hewan krustasea kecil yang terjebak di getah pohon di Myanmar. Tak hanya tertua, sel sperma tersebut juga berukuran besar.
Tim ahli yang dipimpin oleh Wang He dari Chinese Academy of Science, Nanjing, mengatakan, sampel sprema tertua sebelum penemuan tersebut berusia 17 juta tahun.
Sperma tersebut ditemukan dalam Ostracod, sejenis krustasea yang telah hidup sekitar 500 juta tahun yang lalu dan masih dapat ditemukan di banyak samudera saat ini. Penemuan ini dikemukan dalam jurnal Royal Society's Proceedings.
Sperma yang ditemukan berada di tubuh Ostracod betina. Kemungkinan sperma itu membeku menjadi amber (damar) sebelum terjadi pembuahan oleh si pejantan.
Dalam penemuannya, penelitian mengatakan sel sperma tersebut berukuran raksaksa. Berukuran 4,6 kali lebih besar dibandingkan Ostracod jantan.
Penemuan fosil cangkang Ostracod sudah banyak dilakukan, tetapi menemukan spesimen dengan sperma di dalamnya merupakan hal yang langka.
" Ini setara dengan sekitar 7,3 meter (24 kaki) pada manusia 1,7 meter, sehingga membutuhkan banyak energi untuk memproduksinya," Renate Matzke-Karasz dar Ludwig Maximilian University of Munich, salah satu penulis studi tersebut, dikutip dari Merdeka.com, Kamis 17 September 2020.
Ostracod juga merupakan spesies baru yang oleh para ilmuwan dinamai " Myanmarcypris hui" .
Selama periode Cretaceous (sekitar 145 hingga 66 juta tahun yang lalu), Ostracod yang dimaksud kemungkinan hidup di perairan pesisir Myanmar, mereka terjebak dalam gumpalan getah pohon.
Kebanyakan pria di dunia hewan (termasuk manusia) umumnya menghasilkan puluhan juta sel sperma kecil. Akan tetapi bagi Ostracod, kualitas melebihi kuantitas.
Dikutip dari Merdeka.com, dilansir dari AFP, ada beberapa teori yang saling bertentangan tentang nilai evolusi sperma raksasa.
" Misalnya, percobaan menunjukkan bahwa dalam satu kelompok, tingkat persaingan yang tinggi antar laki-laki dapat menyebabkan kehidupan sperma lebih lama, sementara di kelompok lain, tingkat persaingan yang rendah juga menyebabkan kehidupan sperma yang lebih lama," kata Matzke-Karasz.
Penemuan ini menunjukkan bahwa reproduksi dengan sperma raksasa bukanlah pemborosan evolusioner di ambang kepunahan, tetapi keuntungan jangka panjang yang serius bagi kelangsungan hidup suatu spesies.
(Sah, Sumber: merdeka.com)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN