Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Siapa sangka hipertensi bisa menyerang para kaum milenial yang berusia 22 hingga 40 tahun? Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh dari dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dr Badai Bhatara Tiksnadi mengatakan, dua diantara penyebab hipertensi di kalangan milenial dipicu stres akibat beban pekerjaan serta kurangnya bergerak.
" Gaya hidup yang tidak aktif. Menggunakan whatsApp bisa lebih dari setengah jam hingga satu jam, stres karena tuntutan pekerjaan. Beban pekerjaan yang terus bertamabh jadi bagian dari hidup sehari-hari," ujarnya dalam konfrensi virtual OMRON Virtual Media Briefing bersama YJI dan PERKI, baru-baru ini
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan, 34 persen dari orang dewasa muda di Indonesia, berusia 18 tahun ke atas, mengalami hipertensi. Angka ini naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2013 yakni 14,5 persen.
Selain tuntutan pekerjaan, pandemi Covid-19 yang melanda Tanah Air menjadi salah satu faktor para milenial (kelahiran tahun 1980-1996) mengalami stres dan menempatkan diri pada risiko terkena hipertensi.
Lebih lanjut dr Badai menjelaskan, sebuah studi menunjukkan sekitar 92 persen milenial bepikir Covid-19 dapat mengganggu kesehatan mental mereka.
Tak hanya pandemi, mengkonsumi makanan tinggi garam, gorengan, jeroan, konsumsi minuman beralkohol, kegemukan, dan merokok juga bisa meningkatkan risiko kaum milenial terkena hipertensi.
" Makan (tinggi garam, gorengan, jeroan) ini kalau sudah ada, sulit ditolak. Saat makan pasti tidak menyesal, makanya hindari. Makanan ini banyak di populasi kita, apalagi gorengan, jeroan," tuturnya.
Pernyataan serupa juga diutarakan Esti Nurjadin, Ketua Yayasan Jantung Indonesia (YJI). Menurutnya, kenaikan angka penderita hipertensi di kalangan milenial disebabkan gaya hidup dengan level stres tinggi, konsumsi minuman beralkohol, merokok, konsumsi garam, gula, dan lemak secara berlebih, serta kurang bergerak.
" Selain strest pekerjaan, mereka (kaum milenial) berada dalam usia sudah berkeluarga dan memiliki anak. Jadi bekerja juga harus menjadi guru di rumah. Stres juga bertamabah adanya Covid-19, tidak bisa bersosialisasi seperti sebelumnya," tutur Esti.
dr. Badai pun mengingatkan apabila kaum milenial terlanjut menerapkan gaya hidup tak sehat namun ingin berubah, akan berdampak positif.
" Kalau berhenti setelah rutin merokok selama 10-15 tahun, tidak akan bisa hilang efeknya. Tetapi kalau perubahan dilakukan lebih awal, kerusakan tidak seberat yang lebih lama. Jadi jangan pernah menunda tobatnya," tutur Badai mengingatkan.
Hipertensi bisa disebut the silent killer karena menyerang tanpa keluhan dan bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke. Penyakit ini terjadi saat tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg.
" Hipertensi berat akan bergejala ketika sudah menyerang jantung dan ginjal. Akan merasakan pusing, sesak, berdebar, buang air kecil menjadi sedikit, hingga nyeri di dada," jelas dr. Badai.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia