Masker (Foto: Shutterstock)
Dream - Banyak orang memborong masker dan hand sanitizer, setelah pemerintah mengumumkan ditemukannya kasus corona positif di Indonesia. Harganya menjulang dan barangnya pun langka di pasaran.
Hal ini membuat beberapa orang membuat sendiri masker, baik dari tisu basah maupun kain. Cara ini mungkin yang paling bisa dilakukan tapi sebenarnya malah tidak efektif sebagai perlindungan.
" Saya tidak yakin bahwa membuat masker sendiri di rumah adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan. Secara paradoks tidak melindungi dan justru meningkatkan risiko infeksi jika orang menyentuh wajah mereka dan memiliki perlindungan yang salah," ujar Amesh A. Adalja, M.D., senior di Johns Hopkins Center for Health Security.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bahkan tidak merekomendasikan penggunaan masker di luar kebutuhan (dalam kasus ini merupakan petugas kesehatan). Hal ini karena COVID-19 merupakan virus yang menyerang pernapasan yang menular dari orang ke orang dengan jarak 6 kaki atau sekitar 2-3 meter.
Terlebih, masker berbahan tisu atau kain bukan jenis yang terbukti efektif. Adapun jenis masker yang efektif mengurangi paparan partikel droplet yaitu disebut dengan masker/respirator N-95.
Tanpa masker yang benar-benar pas, tertutup rapat, bahkan dengan N-95, terlebih buatan sendiri justru meningkatkan risiko infeksi. Intinya, jangan pernah membuat sendiri masker.
Banyak juga video viral yang memberi tahu cara membuat hand santizer atau cairan antiseptik buatan.CDC menyarankan menggunakan hand sanitizer yang mengandung minimal 60% alkohol (etanol/etil-alkohol) jika tidak ada sabun.
Resep populer yang menyebar online termasuk kombinasi alkohol, minyak esensial, dan gel lidah buaya. " Sebaiknya Anda tidak berharap metode ini efektif dan aman," ujar Birnur Aral, PhD, direktur Health, Beauty and Environmental Sciences di Good Housekeeping Institute.
Misalnya, resep populer yang viral menyarankan menggunakan 2/3 cangkir 99% alkohol (isopropil-alkohol) atau etanol (etil-alkohol atau alkohol) sebagai bahan aktif antimikroba yang menghasilkan 66% bahan aktif.
" Bedanya produk yang lulus aturan FDA memiliki keefektifan dan keamanan yang teruji," ujar Aral.
Aturannya menentukan tingkat minimum isopropyl-alkohol yaitu 70% di hasil akhirnya atau minimum 60% etil-alkohol. Jadi, jika menggunakan isopropil-alkohol sebagaimana dianjurkan dalam resep, yaitu 2/3 cangkir, hadil akhirnya harus mencapai target minimum, yaitu 70%, catat Aral. Begitupun jika etanol yang ingin digunakan maka harus mencapai tingkat minimumnya sebagaimana disarankan oleh FDA, yaitu 60%.
Beberapa racikan menambahkan minyak tertentu, namun jumlahnya tidak cukup untuk membunuh virus. Untuk orang awam penakaran yang tepat agar bahan bekerja efektif sangat sulit dilakukan.
Justru ada cara yang jauh lebih mudah dari hal itu, yaitu cuci tangan dengan sabun. Daripada membuat masker atau hand sanitizer sendiri, lebih baik cuci tangan sesering mungkin.
Laporan Fitri Syarifah/ Sumber: Liputan6.com
Dream - Sejak munculnya virus corona di Wuhan, China, banyak penelitian dilakukan untuk mencari cara mengatasi. Para peneliti di berbagai bidang mulai mengembangkan obat, vaksin, hingga ramuan rempah untuk menangkalnya.
Salah satunya adalah Profesor Chairul Anwar Nidom, dari Universitas Airlangga. Ia sempat mengungkap kalau rempah-rempah khas Indonesia seperti jahe, temulawak, kunyit, mampu menangkal virus corona.
Faktanya hal tersebut belum terbukti secara klinis. Hal ini diungkapkan oleh Syahrizal Syarif, pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia. Syahrizal mengungkap kalau tidak tepat jika rempah disebut sebagai penangkal Virus Corona.
" Obat herbal banyak manfaatnya bagi tubuh, tapi sampai sekarang tidak ada uji klinis. Kalau sudah uji klinis namanya fitofarmaka. Belum terbukti menangkal COVID-19," kata Syahrizal saat ditemui di Gedung Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Komplek Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 3 Maret 2020.
Syarizal melanjutkan, temulawak, jahe, dan kunyit dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan mengonsumsi rempah tersebut, imunitas akan meningkat dan tubuh menjadi bugar.
" Memang, yang sering terjadi adalah klaim manfaat temulawak, jahe, dan herbal lain secara berlebihan. Namanya juga mungkin untuk mempromosikannya, ya. Manfaatnya meningkatkan daya tahan dan kebugaran tubuh. Sekali lagi, hal itu bukan mencegah Virus Corona secara langsung lho," tegasnya.
Ia menekankan kalau klaim soal rempah yang bisa menangkal corona dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk pembuktian. Sayangnya, hingga saat ini belum ada bukti medis yang bisa dipertanggungjawabkan.
" Untuk kekebalan sih oke, tapi jangan punya pandangan bahwa rempah-rempah bisa mencegah masuknya virus, khususnya Virus Corona. Enggak ada bukti," kata Syahrizal.
Ia pun kembali mengingatkan untuk menjaga tubuh tetap fit dan istirahat yang cukup. Hal tersebut sangat berpengaruh pada kekebalan tubuh.
" Untuk mencegah Virus Corona, kita bisa cuci tangan. Kalaupun kita batuk pilek, biasa ya obatnya yang biasa diminum enggak masalah. Yang penting jaga kebersihan dan kesehatan tubuh," pesan Syahrizal.
Laporan Fitri Haryanti/ Sumber: Liputan6.com
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN