Joker (Foto: Instagram Joker Movie)
Dream - Film Joker sedang tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Dalam film tersebut, karakter Joker digambarkan menderita gangguan yang sering membuatnya tertawa, meski dalam keadaan sedih.
Kondisi tersebut dalam dunia medis dikenal dengan pseudobulbar affect (PBA). PBA, seperti dikutip dari rilis Alodokter, merupakan gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu oleh sebab apa pun.
Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan. Ada gejala khas yang sering dialami oleh penderita PBA.
Antara lain tiba-tiba menangis atau tertawa. Tertawa keras saat merasa sedih atau tertekan, namun menangis saat merasa gembira. Lalu tawa atau tangisan berlangsung lebih lama dari orang normal.
Ekspresi wajah yang tidak sesuai dengan emosi lalu bisa tiba-tiba berubah frustasi atau marah-marah. Gejala-gejala tersebut biasanya muncul tiba-tiba dan tanpa disadari. Gejala pseudobulbar affect sering disalahartikan dengan gangguan mental, seperti depresi dan bipolar.
Hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun, para ahli meyakini bahwa PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi. Ada beberapa penyakit dan gangguan pada otak dan sistem saraf berikut juga bisa menyebabkan PBA.
Penyakit tersebut antara lain Alzheimer, Parkinson, Wilson, Multiple sclerosis, Amytrophic lateral sclerosis (ALS), Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), epilepsi, tumor otak, strok, cedera otak.
Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA.
Tidak ada obat khusus yang efektif untuk mengatasi pseudobulbar affect. Meski demikian, golongan obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, diketahui mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA.
Selain dengan obat-obatan, ada beberapa hal yang dilakukan untuk mengendalikan gejala PBA. Yaitu mengubah posisi duduk dan berdiri, membuat tubuh rileks dan membicarakannya dengan orang terdekat.
Walaupun tidak berbahaya, sebisa mungkin kenali tandanya dan lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalaminya atau ada keluarga yang menunjukkan gejala-gejala seperti yang sudah dipaparkan di atas.
Dream - Nuansa kelam nan dramatis begitu kental dalam film Joker yang kini sedang tayang di bioskop. Joaquin Rafael Phoenix, tampaknya sangat sukses memerankan musuh bebuyutan Batman itu.
Di sisi lain, beberapa pihak mengkritik suasana adaptasi lepas dari karakter DC itu yang dianggap menimbulkan masalah kejiwaan, terutama bagi mereka yang sudah memilikinya.
Dokter spesialis kejiwaan, Agung Frijanto mengatakan bahwa bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jiwa, paparan audiovisual seperti film Joker bisa memicu timbulnya kondisi yang telah dimiliki sebelumnya.
" Jadi paparan audiovisual, terutama pada anak-anak, bisa membuat imajinasi yang berkembang. Ketakutan, cemas, mengubah perilaku dia juga," kata Agung seperti dikutip dari Liputan6.com.
Menurutnya, beberapa adegan di film tersebut terdapat banyak kekerasan, kriminal, atau pemberitaan-pemberitaan tertentu. Hal ini punya bisa jadi potensi munculnya masalah kesehatan jiwa seperti depresi atau kecemasan.
Maka dari itu, Agung merekomendasikan bagi mereka yang merasa mengalami masalah kesehatan mental saat menonton film semacam itu, untuk memeriksakan kondisi kejiwaannya ke dokter. Saran lain adalah dengan terlebih dulu membaca resensi atau ulasan tentang film tersebut.
" Kalau baca resensi film, kalau memang dia tipe orang yang pencemas, sebaiknya (pilih) film yang lebih menghibur. Jangan memaksakan diri untuk itu. Jadi dia harus betul-betul menyesuaikan tayangan dan hiburan yang sesuai dengan kebutuhan dia," kata dokter yang menjabat sebagai sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia ini.
Joker yang telah tayang sejak awal Oktober di Indonesia banyak mendapatkan perhatian, khususnya terkait masalah kesehatan mental di dunia.
Dalam film itu, karakter badut musuh Batman yang diperankan oleh Joaquin Phoenix tersebut memang mengalami beberapa gangguan kejiwaan seperti halusinasi, serta masalah tawa patologis. Selain itu, diperlihatkan bahwa lingkungan sosial yang buruk membentuknya menjadi sosok badut jahat yang kita kenal selama ini sebagai Joker.
Laporan Giovani Dio Prasasti/ Sumber: Liputan6.com