Duta Besar RI Untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie Bersama Murid-murid Indonesia Peraih Medali Olimpiade Informatika Dunia Atau IOI. (Foto: Kedubes RI Azerbaijan)
Dream - Para siswa Indonesia tak henti-hentinya membuat bangga. Prestasi terbaik kali ini diukir dalam ajang Olimpiade Informatika Internasional ke-31 atau 31th International Olympiad in Informatics (IOI) yang digelar pada 4-11 Agustus 2019 di Baku, Azerbaijan.
Siswa yang mengharumkan nama bangsa itu Abdul Malik Nurokhman (SMA Semesta Semarang) memperoleh medali emas, R Fausta Anugrah Dianparama (SMAN 1 Yogyakarta) dan Vincent Ling (SMA Pribadi Bandung) mendapat medali perak, sementara Moses Mayer (SMA Jakarta Intercultural School) mendapatkan perunggu.
" Kemenangan ini merupakan bukti, Indonesia memiliki para pemuda yang pintar dan luar biasa berprestasi, membuktikanIndonesia bangsa yang besar. Tidak kalah dengan negara lain," ujar Duta Besar RI untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie dalam keterangan tertulisnya, Senin 12 Agustus 2019.
Terkait prestasi ini Komite IOI Indonesia, Yugo Kartono Isal menambahkan, ajang ini telah dimulai sejak 1993. Terakhir kali Indonesia meraih emas yakni 11 tahun lalu. Tepatnya, Indonesia sudah memperoleh emas pada 1997, 2008 dan 2019.
" Prestasi Indonesia di Baku kali ini merupakan prestasi terbaik yang pernah dicapai selama ini. Mengingat soal-soal yang diujikan memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi," ucap dia.
Tahun ini, IOI diikuti oleh 380 peserta dari 88 negara. Setiap negara berhak mengirimkan empat peserta.
Dream - Prestasi membanggakan ditorehkan oleh anak bangsa di dunia internasional. Kali ini giliran dua siswi SMA Negeri 2 Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri, yang membuat harum nama Indonesia.
Kedua gadis cantik itu meraih medali emas dalam ajang Gold Medals pada ajang World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan. Dikutip dari laman kaltengpos.co, mereka menyabet gelar juara karena penelitian yang membuat juri memukau.
Aysa dan Anggina mampu menemukan obat kanker payudara dengan ramuan dayak, yakni akar bajakah yang tumbuh di wilayah Kalteng.
" Akar bajakah tunggal ini ada di tanah Kalteng, bisa menyembuhkan kanker payudara yang tidak diketahui banyak mayarakat secara luas," ujar Aysa, dikutip dari kaltengpos.com, Senin 12 Agustus 2019.
Aysa menambahkan, akar bajakah yang ditelitinya dengan Anggina itu memiliki kandungan saponin, alkoloid, steroid, terpenoid, flavonoid, tanin, dan phenolic, yang dapat menyembuhkan tumor ganas.
Kandungan tersebut juga sudah dibuktikan dari hasil laboratorium di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin. " Kandungan dalam akar bajakah tersebut membuktikan bahwa akar bajakah ini dapat menyembuhkan kanker payudara," kata dia.
Mereka menemukan akar bajakah ketika ada nenek teman Aysa yang pernah sakit kanker payudara dan sembuh. Usut punya usut, nenek tersebut rutin mengonsumsi akar bajakah.
Aysa dan teman-temannya yang tergabung dalam ekstrakulier IPA ini kemudian mencari tahu kandungan akar bajakah dan mengajukan ke laboratorium ULM Banjarmasih untuk mengetahui khasiatnya, dengan cara dibentuk seperti serbuk teh.
" Orang-orang pedalaman ini meyakinkan bahwa akar bajakah bisa menyembuhkan kanker payudara, banyak orang-orang terdahulu membuktikan," ucap dia.
Para siswa itu mengemas produk teh dan bisa dikonsumsi dengan menuangkan pada air 500 mililiter. Produk teh dari akar bajakah mereka buat secara manual dengan bantuan sinar matahari untuk proses pengeringan, selanjutnya ditumbuk manual atau diblender.
" Kami menggunakan alat manual karena belum memiliki alat," ucap gadis kelahiran 2002 itu.
Tak hanya meneliti isi kandungan akar bajakah saja, para siswa berprestasi ini menguji cobanya ke tikus putih yang terkena tumor. Hasilnya, selama dua minggu sel tumor yang ada di tikus tersebut hilang.
" Bahkan tikus tersebut dapat bertumbuh besar dan berkembang biak, sel tumor yang sebelumnya positif menjadi nol sentimeter," kata Anggina.
Sebelum meraih medali emas di Korea Selatan, Aysa dan Anggina terlebih dulu mengikuti lomba tingkat nasional pada ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Bandung. Pemenang dari kejuaraan ini berhak mewakili Indonesia di World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan.
Kedua siswi cantik ini berharap, penelitiannya ini dapat dikembangkan dan bisa menjadi obat bagi penderita kanker payudara.
" Kami inginnya penemuan ini dikembangkan dan bisa diketahui masyarakat luas," ujar Anggina.
(Sumber: kaltengpos.co)
Advertisement
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Trik Wajah Glowing dengan Bahan yang Ada di Dapur