IPB
Dream - Bakti kepada negeri bisa dilakukan dari manapun. Daerah pelosok bukan penghalang untuk berkiprah untuk kemajuan bangsa.
Semangat itulah yang ditunjukkan Alumni Institut Pertanian Bogor Angkatan ke-33. Meski di daerah pelosok, dedikasi mereka untuk Indonesia tidaklah bisa dianggap sepele.
Pengalaman tersebut diungkapkan tiga alumni IPB yaitu Sadikin, Kustini, dan Arum Rahayu lewat diskusi virtual Dialog 7. Mereka memberikan sumbangsih besar dari bidang masing-masing yang berbeda satu sama lain.
Sadikin merupakan alumni Agronomi Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian dan Peternakan IPB. Dia seorang agropreneur berbasis konservasi yang mengusung konsep " kafe di tengah kebun kopi" berlokasi di Aceh.
" Saya bukan owner tetapi farmer, petani kopi, yang kebetulan ada kafe di dalamnya. Rahasia di kafe saya itu ada tiga yaitu tidak ada rahasia itu rahasianya," ujar Sadikin.
Sadikin membuka Seladang Cafe setelah perenungan panjang tentang konsep kafe ngopi di kebun kopi selama 13 tahun. Dia membutuhkan waktu 3 tahun untuk berdiskusi bersama sang istri yang berprofesi sebagai pengacara.
Ide membuka kedai kopi di tengah kebun kopi juga sempat disampaikan kepada sang ibu. Tetapi, komentar yang diberikan ibu di luar dugaan.
" Tidak ada orang gila yang mau ngopi di kebun kopi," kata Sadikin menirukan ucapan ibunya.
Sadikin tetap pada pendirianya. Sejak 2013, dia berhasil merealisasikan mimpinya dengan mengubah kebun kopi menjadi Taman Kopi untuk mengembangkan kopi konservasi dan wisata kopi di Kabupaten Bener Meriah, Gayo, Aceh.
Lewat usaha itu, Sadikin ingin mengenalkan Kopi Gayo tidak hanya sekedar soal cita rasa dan varietas namun dari hulu ke hilir. Sejak kopi ditanam hingga terhidang serta membangun brand dengan mengungkap histori di balik kopi kepada para pecinta kopi.
Selain itu, dia juga memperkenalkan konsep yang ramah lingkungan. Sehingga usaha kopi itu bisa sekaligus untuk konservasi lingkungan.
Pada kesempatan yang sama, Kustini yang merupakan dokter hewan alumni Fakultas Kedokteran Hewan IPB membagikan pengalamannya. Dia mengawali karir bukan sebagai dokter hewan namun di laboratorium.
Meski begitu, Kustini tetap bekerja dengan penuh kesungguhan. Dia memegang prinsip yang diajarkan almarhum ayahnya untuk selalu jujur di manapun tempatnya.
" Saya tidak punya target dalam karir, mengalir saja dengan tetap memberikan yang terbaik. Bekerja dengan hati, dengan tulus. Biarkan Allah yang memberikan ganjarannya dan orang di sekitar saya yang menilai, baik itu atasan, maupun rekan-rekan seprofesi," kata dia.
Prinsip tersebut mengantarkan Kustini bersama timnya meraih penghargaan Abdi Baktitani 2021. Penghargaan tersebut diberikan pada unit pelayanan publik berprestasi, dalam hal ini UPTD RSH DKPP Provinsi Jawa Barat.
Sebagai pelayan masyarakat yang setiap hari bertemu dengan berbagai karakter orang, Kustini berpegang pada mottonya " Melayani dengan Sepenuh Hati dan Bekerja dengan Ikhlas" . Orang-orang yang datang ke RS Hewan tidak hanya mereka yang mampu namun banyak orang-orang tulus yang menyelamatkan hewan tak bertuan di jalanan dan tidak memiliki cukup uang untuk pengobatan.
Arum Rahayu juga menceritakan pengalamannya sebagai guru di SMPN Satu Atap-1 Danau Sembuluh Desa Paren Kecamatan Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Pertama kali dia berkenalan dengan kondisi Kalteng yaitu saat melakukan PKL (Praktik Kerja Lapang) ketika masih kuliah.
Setelah lulus dari IPB pada 2002, Arum kembali ke Kalimantan dan mengawali karir di sebuah perusahaan. Dia mendapat tawaran untuk mengajar di sekolah milik perusahaan hingga 2008.
Tahun 2008 Arum mengambil AKTA IV di Sekolah Tinggi di Sampit dan lulus tes CPNS pada 2009. Dia lalu ditempatkan di sebuah sekolah yang baru dirintis dan saat itu baru berjalan 6 bulan.
Pilihan Arum untuk mengabdi di pelosok Kalimantan, sempat tidak didukung orangtuanya. Tetapi berkat dorongan dari para kakaknya, pada akhirnya orangtua merestui pilihan hidup Arum.
Salah satu sumber kebahagiaan bagi Arum menjalani profesinya adalah ketika menyaksikan murid-muridnya berhasil 'menjadi orang'. Bahkan ada di antara mereka yang sekarang mejadi rekan sejawat Arum.
Tawaran untuk berkarir pada jabatan struktural ditolak secara halus. Saat ini Arum sudah merasakan hidup yang nyaman bersama keluarga dan memperoleh ketenangan batin dalam menjalani profesi sebagai guru.