Dua Anggota Banser Dipersekusi Di Jakarta Selatan (Foto: Twitter)
Dream - Akun Instagram @m.bahrunnajach membagikan video penangkapan pria yang diduga pelaku persekusi anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser).
Penangkapan terjadi di Pasir Putih, Depok, Jawa barat. Kapolres Jakarta Selatan, Bastoni Purnama membenarkan penangkapan itu. Meski begitu, dia belum merinci kronologis penangkapan dan waktunya.
" Iya betul," kata Bastoni, Kamis, 12 Desember 2019.
Rencananya, kata Bastoni, polisi masih menambahi melakukan olah TKP dan mencari alat bukti.
" Nanti akan kami rilis," ujar dia.
Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli berterima kasih atas penangkapan pelaku tersebut.
" Saya ingin mengucapkan terima kasih ke aparat kepolisian pelaku persekusi terhadap dua anggota Banser itu merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah hal-hal yang tidak kita inginkan," kata Gun Romli, di Facebook pribadinya, Kamis, 12 Desember 2019.
Dalam video penangkapan, tampak beberapa polisi berpakaian mengamankan Hendra.
Polisi mengamankan Hendra dari rumahnya ke mobil untuk dibawa ke kantor polisi.
Dream - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas, mengapresiasi ketenangan Eko, anggota Badan Ansor Serba Guna (Banser) yang mendapat persekusi di Jakarta Selatan.
" Sikap sahabat Eko patut dipuji. Tenang, sabar, dan tidak terpancing provokasi berupa olokan, cacian, paksaan dan tindakan yang mengesankan diri paling tahu Islam," ujar Robikin dalam keterangan tertulisnya, Rabu 11 Desember 2019.
Dengan bersikap tenang, kata dia, membuktikan bahwa Eko memiliki kedalaman ilmu pemahaman yang lebih baik.
" Respons kader Banser tersebut justru membuktikan kedalaman kualitas pemahaman keagamaan warga nahdliyyin dan keluhuran akhlaknya. Sesuatu sebagaimana diajarkan oleh agama," kata dia.
Robikin mengatakan, Islam melarang pengafiran orang lain, apalagi sesama Muslim.
" Mudahnya menjatuhkan vonis kafir ini boleh jadi disebabkan karena ideologi takfiri yang belakangan berkembang di Indonesia," ujar dia.
Dream - Anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) mengalami persekusi pada Selasa, 10 Desember 2019. Peristiwa itu beredar di dunia Twitter.
Islam yang benar tidak mudah mengkafirkan. Peristiwa ini terjadi di Pd. Pinang, Jaksel. Eko adalah Kader Banser kota Depok yang membanggakan, tdk emosional & menjawab dengan akhlaq terpuji. Sementara yg memaksa takbir ini, justru mencoreng wajah Islam dengan paksaan dan makian. pic.twitter.com/Mig1Co6LzE
— Nahdlatul Ulama (@nahdlatululama)December 10, 2019
Koordinator Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid membagikan video tersebut ke akun Twitternya @AlissaWahid.
" Orang-orang ini tidak hanya mengganggu kelompok warga negara yg bukan muslim. Kelompok muslim seperti Banser NU pun diganggunya. Sejatinya, yang mereka perjuangkan bukan kebenaran, tapi kepentingan dirinya sendiri, dengan atas namakan agama," tulis Alissa.
Orang-orang ini tidak hanya mengganggu kelompok warga negara yg bukan muslim. Kelompok muslim spt Banser NU pun diganggunya. Sejatinya, yg mereka perjuangkan bukan kebenaran, tapi kepentingan dirinya sendiri, dengan atasnamakan agama.
— Alissa Wahid (@AlissaWahid)December 10, 2019
Dalam video yang beredar, dua anggota Banser dipaksa untuk menunjukkan keislamannya. Dua anggota Banser dimintai kartu identitas dan dipaksa mengucap takbir.
" Lu takbir dulu kalau muslim," kata pria yang mempersekusi.
Dilaporkan NU Online, peristiwa itu terjadi di Jalan Ciputat Raya, Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Korban persekusi yaitu berasal dari Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Banser salah satu kecamatan di Depok, Jawa Barat.
Banser Jakarta Selatan melaporkan aksi persekusi ini ke kepolisian. " Jangan ambil tindakan sendiri-sendiri," kata Kepala Satuan Koordinator Cabang Banser, Jakarta Selata, Yaya Khoirudin.
Dream - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengatakan jenggot, cadar dan celana cingkrang hanya masalah kecil dalam kehidupan keagamaan di Indonesia.
" Soal jenggot atau cingkrang itu masalah kecil lah," ujar Said di gedung PBNU, Jakarta, Selasa 12 November 2019.
Said menegaskan masalah besar yang tengah dihadapi di Indonesia adalah radikalisme dan bagaimana mengatasinya.
" Yang masalah besar adalah bagaimana menyelesaikan deredikalisme," ucap dia.
Ulama asal Cirebon itu mengingatkan Indonesia jangan sampai seperti negara-negara di Timur Tengah yang hancur karena adanya radikalisme.
" Irak sudah 1,5 juta nyawa menghilang, Afghanistan 40 tahun perang saudara, Suriah sudah 500 ribu (orang tewas), Mesir belum selesai, Libya masih ribut," kata dia.
Said berharap seluruh rakyat Indonesia terus memupuk rasa persatuan dan kesatuan sehingga perpecahan tidak terjadi. Dia juga mendorong agar masyarakat kembali menggalakkan gotong royong.
" Jangan sampai seperti itu, maka yang penting kita mensosialisasikan gotong royong, persaudaraan sebangsa setanah air, kita ini bersaudara," kata dia.
Dream - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (PAN-RB) menggandeng kepolisian untuk mengawasi media sosial para pelamar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Upaya ini dilakukan untuk menghindari CPNS yang terindikasi radikalisme
" Kami sudah minta kepolisian sebetulnya, ya untuk mengeluarkan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) itu kalau bisa sudah mempertimbangkan aspek itu," ujar Sekretaris Kementerian PAN-RB, Dwi Wahyu Atmaji, di Jakarta, Selasa 12 November 2019.
Wahyu menambahkan, cara lain untuk menghindari CPNS yang terindikasi radikal yakni dengan menyisipkan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) di Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).
Pada SKB ini, kata dia, ada tahap wawancara. Sehingga mampu meminimalisir CPNS yang terindikasi radikal.
" Kami harapkan masing-masing instansi juga melakukan penelusuran rekam jejak para calon (CPNS) dengan berbagai cara," kata Wahyu.
Meski demikian, Wahyu mengaku belum memiliki data mengenai seberapa banyak CPNS yang sudah terindikasi radikal. " Belum punya datanya. Setahu saya belum ada," kata dia.