BMKG Sebut Ada Potensi Tsunami 8 Meter di Cilegon Banten

Reporter : Alfi Salima Puteri
Rabu, 1 Desember 2021 17:07
BMKG Sebut Ada Potensi Tsunami 8 Meter di Cilegon Banten
Bulan-bulan Desember 2021 hingga Januari-Maret 2022 akan terjadi peningkatan pembentukan badai badai tropis.

Dream - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkap sejumlah potensi bencana alam di tengah cuaca buruk yang melanda Indonesia

Salah satu potensi bencana alam yang terjadi di Indonesia wilayah Cilegon, Banten. Wilayah tersebut berpotensi terjadi gelombang tsunami hingga 8 meter.

" Kami berikan informasi zona yang rawan tsunami misalnya di Cilegon Banten itu juga tempat wisata di Selat Sunda dapat berpotensi skenario terburuk mengalami tsunami dengan ketinggian hingga 8 meter," kata Dwikorita dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR dikutip dari laman Merdeka.com, Rabu 1 Desember 2021.

 

1 dari 5 halaman

Ia menjelaskan tren pembentukan badai tropis semakin meningkat hampir setiap Minggu. Menurutnya, badai tropis kembali muncul di sebelah Barat Bengkulu yang bergerak relatif ke arah Tenggara.

Tsunami

" Dan masih mengantre ada dua calon badai tropis di sebelah Utara Indonesia," ungkapnya.

Dwikorita memprediksi bulan-bulan Desember 2021 hingga Januari-Maret 2022 akan terjadi peningkatan pembentukan badai badai tropis. Hal ini dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap keselamatan transportasi dan masyarakat terutama pada saat Nataru.

" Semoga saja selama Nataru nanti semuanya dapat berjalan dengan lancar dan selamat" .

Sumber: Merdeka.com

2 dari 5 halaman

Tsunami 28 Meter Berpotensi Terjadi di Pacitan, Waktu Tiba Cuma 29 Menit

Dream - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat di Pacitan, Jawa Timur soal potensi ancaman tsunami dahsyat daerahnya. Potensi ini muncul dari hasil penelitian dampak pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.

Dari hasil penelitian diketahui potensi tsunami besar di Pantai Pacitan ini akan terjadi dengan ketinggian air mencapai 28 meter dan estimasi waktu tiba sekitar 29 menit.

Potensi tinggi gelombang di darat diperkirakan mencapai 15-16 meter. Sedangkan potensi jarak genangan mencapai 4-6 kilometer dari bibir pantai.

Mengantisipasi potensi dampak tsunami tersebut, BKMG bersama Kementerian Sosial menggelar simulasi gempa bumi dan tsunami. Simulasi ini diharapkan membuat masyarakat pesisir pantai Pacitan menerima pelatihanan tentang langkah-langkah evakuasi mandiri saat mendapatkan peringatan dini Tsunami maksimum lima menit setelag gempa.

" Untuk masyarakat yang berada di pantai, tidak perlu menunggu perintah, aba-aba, atau sirine, segera lari karena waktu yang dimiliki hanya sekitar 29 menit, sedangkan jarak tempat yang aman yang lebih tinggi cukup jauh," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dikutip dari keterangan tertulis BMKG.

3 dari 5 halaman

Dwikorita mengatakan simulasi dijalankan sebagai langkah antisipatif. Potensi risiko tsunami ini bisa terjadi, bisa juga tidak. Namun masyarakat maupun pemerintah daerah tetap diingatkan untuk selalu siap dengan kondisi terburuk.

" Jika masyarakat terlatik maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi," kata dia.

Selanjutnya, Dwikorita menegaskan tidak ada satupun alat di dunia yang dapat memprediksi kapan terjadinya gempa dan tsunami, bahkan dengan data yang lengkap. Seluruhnya sebatas kajian didasarkan sejarah terjadinya gempa.

Dia juga merekomendasikan agar pemda menyiapkan jalur-jalur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu zona merah ke zona hijau. Karena luasnya zona bahaya, pemda perlu lebih cermat dan tepat memperhitungkan jumlah dan lokasi jalur evakuasi yang diperlukan.

" Saya rasa perlu juga disiapkan semacam Tempat Evakuasi Sementara (TES) ataupun Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sebagai tempat penampungan khusus bagi warga yang mengungsi dengan ketersediaan stok logistik yang memadai," kata Dwikorita, di laman BMKG.

4 dari 5 halaman

Wilayah-Wilayah Indonesia yang Potensial Dilanda Tsunami Nontektonik

Dream - Indonesia menghadapi potensi ancaman tsunami nontektonik. Oleh karena itulah, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika, (BMKG), tengah menyiapkan sistem deteksi dan peringatan dini tsunami nontektonik.

" Sistem peringatan dini yang terbangun dan beroperasi saat ini masih terbatas untuk Peringatan Dini Tsunami Tektonik yang dibangkitkan oleh gempa bumi saja," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Dwikorita mencontohkan tsunami Pandeglang, Banten, pada 2018 sebagai tsunami nontektonik. Tsunami ini terjadi bukan disebabkan gempa bumi.

" Terjadi akibat longsor lereng gunung ke laut, yang dipicu erupsi Gunung Api Anak Krakatau, bukan karena gempa bumi," ucap dia.

Contoh terbaru, tambah Dwikorita, longsor lereng pantai akibat gempa magnitudo 6,1 di Pulau Seram, Maluku Tengah, pada 16 Juni 2021. Longsor ini menyebabkan kenaikan muka air laut setinggi 50 cm.

" Umumnya gempa bumi dengan magnitudo 6,1 di laut dekat pantai belum mampu membangkitkan tsunami namun ternyata mampu mengakibatkan longsor pantai ke laut pada lereng pantai dengan bathimetri curam, dan akhirnya memicu tsunami kecil," kata dia.

5 dari 5 halaman

Dwikorita menyebut potensi tsunami nontektonik bisa terjadi di beberapa kawasan, seperti Selat Sunda, Kota Palu Sulawesi Tengah, Pulau Seram Maluku Tengah, juga beberapa wilayah di Indonesia tengan dan timur.

Wilayah-wilayah tersebut banyak memiliki gunung api laut, palung laut atau patahan darat yang melampar sampai ke laut, sehingga berpotensi mengakibatkan Tsunami Nontektonik atau Atypical. Waktu datang gelombang tsunami dua hingga tiga menit yang merupakan tsunami cepat, mendahului berbunyinya sirine peringatan dini.

Sejarah mencatat, bencana alam tsunami nontektonik yang menelan korban jiwa sangat besar pernah terjadi sekitar 8 kali. Kejadian tersebut yaitu Tsunami Gunung Gamkonora pada 1673, Tsunami Gunung Gamalama pada 1763, Tsunami Gunung Gamalama pada 1840, Tsunami Gunung Awu pada 1856, Tsunami Gunung Ruang pada 1871, Tsunami Gunung Krakatau pada 1883, Tsunami Gunung Rokatenda pada 1928, dan Tsunami Waiteba NTT akibat longsor tebing pantai pada 1979.

Sampai saat ini belum ada negara yang memiliki sistem Peringatan Dini Tsunami non-tektonik yang andal, cepat, tepat dan akurat. Teknologi dan pemodelan tsunami yang ada kebanyakan berdasarkan perhitungan/analisis terhadap aktivitas tektonik atau kegempaan ( Earthquacke Centris), dikutip dari Merdeka.com.

Beri Komentar