Pakar Hidrologi UGM, Agus Maryono (Foto: Liputan6.com/Switzy Sabandar)
Dream - Pakar hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Agus Maryono menyarankan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memiliki alat pendeteksi banjir. Dia menyontohkan, alat pendeteksi dini banjir dapat ditempatkan di waduk.
Selain itu, masyarakat juga perlu diberi pemahaman mengenai tipologi daerah tempat tinggalnya. Warga yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) perlu kegiatan susur sungai.
" Setiap kelurahan atau dusun yang pernah terjadi banjir bandang harus waspada, bisa juga dilihat dari tanda-tanda pembendungan kayu lapuk bekas longsor," kata Agus, dilaporkan Liputan6.com, Jumat, 25 Januari 2019.
Di Indonesia, kata dia, hampir semua wilayah rentan banjir bandang. Terutama di pegunungan yang lapuk. Sebab, Indonesia dikelilingi 6.500 sungai besar dan sekitar setengah juta sungai sedang dan kecil.
" Banjir bandang sering terjadi di daerah tekuk lereng," ucap dia.
Agus menyebut, banjir bandang menyelinap dengan cepat. Waktunya berkisar antara 20 hingga 60 menit. Meski begitu, banjir bandang bisa diminimalisasi. Salah satunya membaca sejarah banjir di lokasi itu.
" Jika sebuah daerah pernah dilanda banjir bandang, tidak menutup kemungkinan banjir bandang bisa kembali suatu waktu," ujar dia.
(ism, Sumber: Liputan6.com/Switzy Sabandar)
Advertisement
Perlindungan Rambut Maksimal yang Ringan dan Praktis Lewat Ellips Hair Serum Ultra Treatment

Temukan Pengalaman Liburan Akhir Tahun yang Hangat di Archipelago Hotels

Kolaborasi Strategis KEC dan Archipelago Hadirkan Perusahaan Manajemen Hotel Baru di Madinah

Komunitas `Hutan Itu Indonesia` Ajak Anak Muda Jatuh Cinta Lagi pada Zamrud Khatulistiwa

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari
