Ilustrasi
Dream - Media sosial semakin banyak digunakan untuk penyebaran sentimen anti-Muslim dan anti-Semitisme, sekelompok Anggota Parlemen Inggris mengatakan dalam sebuah laporan.
Dalam laporannya pada Senin pekan lalu, para anggota parlemen Inggris menyerukan pemerintah dan anggota parlemen untuk memperlakukan orang-orang yang menyebarkan kebencian rasial secara online dengan cara yang sama seperti pelaku kejahatan seks.
Menurut laporan itu, umat Islam hampir tiga kali dan Yahudi delapan kali lebih mungkin menjadi korban kebencian agama dibandingkan dengan orang-orang Kristen.
Menariknya, tim penyelidik menemukan bahwa ada " variasi penting dalam jumlah tweet rasial setiap hari" untuk " Muslim" dan " Yahudi" masing-masing selama Juli dan Agustus.
Tren tersebut semakin meluas setelah Israel menyerang Jalur Gaza tahun lalu.
Menurut laporan, tweet yang berkaitan dengan Yahudi meningkat setelah konflik dimulai, dan puncaknya pada 13 Juli. Tweet rasial itu tidak mereda bahkan saat Israel menarik pasukannya dari Gaza.
" Tweets dalam kaitannya dengan umat Islam mengikuti waktu konflik yang sama, tetapi puncaknya hanya ada pada hari-hari tertentu. Ini tampaknya berhubungan dengan pesan dan panggilan untuk perdamaian saat Idul Fitri," kata laporan itu.
Laporan meminta pemerintah Inggris untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk memerangi " meningkatnya anti-Semitisme di Inggris" .
Orang-orang yang menyebarkan kebencian rasial online harus ditendang dari situs media sosial dan juga dilarang menggunakan identitas palsu, tambah laporan itu.
The Anadolu Agency berbicara dengan Akeela Ahmed, warga negara dan aktivis kesetaraan Muslim Inggris, tentang pengalamannya di Twitter setelah serangan di Paris.
" Muslim adalah target serangan kebencian di media sosial, terutama mereka yang mengenakan jilbab dan Twitter tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah serangan tersebut terhadap umat Islam."
Dia juga mengatakan pernah mengalami " pelecehan beberapa Islamofobia" dalam menanggapi salah satu tweet-nya oleh orang yang mengatakan, " Muslim harus diserang."
" Twitter tidak melakukan apa-apa ketika orang-orang biasa diserang secara online, tetapi akan bertindak cepat saat orang terkenal terlibat," Ahmed menduga.
Tingkat kebencian cyber terhadap Muslim di Inggris telah meningkat sangat tinggi, menurut Fiyaz Mughal, direktur " Tell Mama," sebuah proyek yang mencatat insiden anti-Muslim di Inggris.
(Sumber: World Bulletin)
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal