Prihatin, Ini Cerita Ketua KPU Kenang Petugas KPPS Meninggal di Kelurahan

Reporter : Maulana Kautsar
Minggu, 5 Mei 2019 18:00
Prihatin, Ini Cerita Ketua KPU Kenang Petugas KPPS Meninggal di Kelurahan
Kerja KPPS dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Dream - Ketua KPU RI, Arief Budiman sedih. Ratusan anggota kelompok panitia pemungutan suara (KPPS) meninggal dunia.

Arief mengatakan, kematian petugas KPPS itu terjadi karena tugas yang diemban begitu berat. Bahkan, tugas menjadi anggota KPPS menguras tenaga.

" Saya pernah ikut petugas Pantarlih (panitia daftar pemilih) yang harus data pemilih. Mereka sebenarnya yang paling menentukan Pemilu aman, sukses, dan lancar. Pekerjaan mereka tidak sehari tapi rangkaian panjang," kata Arief, dilaporkan Liputan6.com, Jumat, 3 Mei 2019.

Menurut Arief jam kerja KPPS dimulai sejak pagi hari hingga pagi di hari berikutnya. Hal ini terbukti saat Arief mendengar pengakuan dari keluarga mendiang Ketua KPPS, Tutung Suryadi. 

Dari cerita keluarga, Arief mengatakan, Tutung kerja berat jauh sebelum 17 April 2019. Tutung harus melaporkan sebaran C6 yang menjadi surat pemberitahuan kepada pemilih di kediaman warga.

Tutung meninggal di lokasi tempatnya bekerja. Dia menutup mata di kantor kelurahan.

" Itu saya pikir negara patut berterima kasih dan memberikan penghargaan kepada mereka," kata dia.

Sebaran KPPS tiap daerah berjumlah beda. Wilayah semisal DKI Jakarta, punya TPS lebih banyak. Di satu kecamatan, jumlahnya bisa lebih dari 1.000 titik.

1 dari 1 halaman

Sudah 409 petuga Pemilu yang Wafat

Kondisi itulah yang menghadapkan petugas KPPS dengan kebutuhan energi, fisik, dan mental.

" Kita semua harus menguatkan. Supaya mereka bisa semuanya bertugas dengan baik tuntas sampai akhir," kata dia.

Berdasarkan data KPU, anggota KPPS yang meninggal sebanyak 409 jiwa. Arief mengatakan, rencananya ahli waris anggota KPPS yang meninggal akan diberikan santunan.

" Segera diberikan, kalau bisa jauh sebelum tanggal 22 Mei," kata dia.

Tetapi, Arief ingin memastikan terlebih dahulu apakah korban yang meninggal benar-benar penyelenggara pemilu. Verifikasi itu dilakukan dengan mengecek Surat Keputusan (SK) dari KPU.

" Kami betul-betul tidak ingin ada kesalahan yang justru menimbulkan problem belakangan hari," ucap dia.

(Sah, Sumber: Liputan6.com/Muhammad Radityo Priyasmoro)

Beri Komentar