Rashida Tlaib (Al Jazeera)
Dream - Seorang wanita Muslim, Rashida Tlaib, 42 tahun, bakal mengulang sejarah di parlemen Amerika Serikat. Sebentar lagi, wanita keturunan Palestina akan menjadi Muslimah yang duduk di kursi parlemen AS.
Tlaib yang merupakan anggota Partai Demokrat memenangkan pemilihan kandidat parlemen di Michigan pada Selasa lalu. Dia meraih suara sebanyak 33,6 persen, mengalahkan rival sesama partainya, Brenda Jones yang mendapat suara 28,5 persen, dan Bill Wild dengan 14,5 persen suara, dikutip dari Al Jazeera.
Tidak ada calon dari Partai Republik maupun pihak ketiga dalam pemilihan tersebut. Artinya, Tlaib bakal menjadi kandidat legislatif pada pemilihan November nanti.
Nantinya, Tlaib bertugas mulai Januari 2019 hingga dua tahun ke depan. Sembari menunggu masa tugas resminya, Tlaib akan menjalankan dua bulan sisa masa jabatan John Conyers yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
" Terima kasih banyak telah membuat momen luar biasa bisa terjadi. Saya kehilangan kata-kata. Saya tidak sabar untuk melayani Anda pada Kongres," tulis Tlaid di akun Twitternya.
© Dream
Sebelum Tlaib, Keith Ellison, anggota Partai Demokrat dari Minnesota menjadi Muslimah pertama yang duduk di parlemen AS pada 2006 lalu. Sebelumnya, dia menjabat sebagai jaksa agung di negara asalnya.
Kemudian, Andre Carson, anggota Partai Demokrat dari Indiana merupakan Muslim kedua yang menjadi anggota parlemen AS. Dia menang pada pemilihan 2008.
Terpilihnya Tlaib membawa harapan baru bagi kaum wanita, terutama dari kelompok minoritas di AS. Kontributor Al Jazeera di Washington DC, Kimberly Halkett, menyatakan Tlaib berhasil memecahkan rekor wanita yang menang pada pemilihan pertama ini.
" Akan ada 11 orang yang akan jadi gubernur pada November dan setidaknya ada 182 wanita menjalankan House of Representative (DPR AS)," ucap Halkett.
© Dream
Saat diwawancarai ABC News, Tlaib menyatakan langkahnya untuk mengikuti pemilihan legislatif bukan didasari niat untuk mencetak sejarah. Dia ingin melawan ketidakadilan yang banyak dialami umat Islam di AS.
" Saya tidak ikut pemilihan karena akan jadi bersejarah. Saya ikut pemilihan karena ketidakadilan dan karena anak laki-laki saya, yang selalu mempertanyakan identitas (Muslim) mereka," kata Tlaib.
Dia menegaskan pemerintah boleh saja melarang Muslim masuk ke AS, terutama warga Palestina. Tetapi, kata dia, pemerintah tidak bisa mencegah hasil pemilihan umum.
" Menunjukkan pada semua orang ini bisa terjadi, dan jadi kemenangan bagi keluarga saya," kata Tlaib.
Advertisement

Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget