Polusi Udara di Jakarta Menurun Usai Mati Listrik, Ini Penjelasan Ahli

Reporter : Maulana Kautsar
Senin, 5 Agustus 2019 18:00
Polusi Udara di Jakarta Menurun Usai Mati Listrik, Ini Penjelasan Ahli
Kualitas kemarau disinyalir mendukung kualitas udara.

Dream - Listrik yang padam di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Minggu, 4 Agustus 2019, diklaim membuat kualitas udara di Jakarta membaik.

Menurut pantauan data AirVisual, kualitas udara Jakarta dan sekitarnya sempat menyentuh angka 79 US Air Quality Index (AQI) dengan parameter PM 2.5 sebesar 25 µg/m³. Catatan kualitas udara itu terjadi pada pukul 08.00 WIB.

Tapi, jelang pukul 09.00 WIB, kualitas udara mencapai 106 AQI dengan parameter PM2.5 sebesar 37,5 µg/m³. Puncaknya, indeks AQI Jakarta mencapai 158 pada pukul 12.00 WIB. Paramater PM2.5 udara jakarta mencapai 70 µg/m³.

Menurut laman yang sama, ada tiga lokasi dengan AQI tinggi di Jakarta, diantaranya Rawamangun, Jakarta Timur dengan 165 AQI, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)-Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta dengan 153 AQI, serta Pejaten Barat dengan 152 AQI.

Pemadaman listrik lebih dari lima jam tampaknya tak berdampak banyak.

Musim kemarau disinyalir masih mendukung kualitas udara yang buruk. Plh Deputi Bidang Klimatologi, BMKG, Nasrullah mengatakan musim kemarau mengurangi penyucian endapan polutan, atau rain washing.

1 dari 6 halaman

Meningkat...

      View this post on Instagram

Pemantauan konsentrasi partikulat polutan PM10 oleh BMKG sepanjang bulan Juni hingga Juli menunjukkan peningkatan konsentrasi sering melampaui nilai ambang batasnya (NAB) sejak tanggal 20 Juni hingga sekarang. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas konsentrasi partikel polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara yang kita hirup. NAB harian PM10 adalah 150 µg/m3 dan 50 µg/m3 untuk tahunan. . . Pada jam-jam tertentu, konsentrasi partikel polusi udara terukur di BMKG dapat melonjak sesuai dengan kadar polutan yang ada di udara. Nilai kadar atau konsentrasinya bahkan melewati 180 µg/m3 yaitu terjadi pada tanggal 20, 24, 25, 27, dan 28 Juni 2019, serta 14 dan 25 Juli 2019. Berdasarkan data deret rata - rata harian debu partikulat PM10, secara umum periode 10 hari (dasarian) terakhir bulan Juni menunjukkan konsentrasi debu polutan yang lebih tinggi daripada kondisi bulan Juli kali ini. . . Meningkatnya konsentrasi PM10 secara umum terjadi pada pagi hari sekitar pukul 07.00 - 09.00 WIB. Pada waktu-waktu ini konsentrasi debu polutan dimungkinkan meningkat drastis dikarenakan beban tinggi transportasi berkaitan dengan waktu berangkat kerja, sekaligus secara meteorologis bersamaan dengan waktu dimana dapat terjadi peristiwa inversi suhu pada atmosfer perkotaan. . . Selain itu, data BMKG menunjukkan kualitas udara memang biasanya memburuk saat musim kemarau. Hal ini dikarenakan ketiadaan hujan dapat mengurangi pengendapan (pencucian) polutan di udara oleh proses rain washing. Pada hari-hari yang sudah lama tidak terjadi hujan, udara yang stagnan, cuaca cerah, adanya lapisan inversi suhu, atau kecepatan angin yang rendah memungkinkan polusi udara tetap mengapung di udara suatu wilayah dan mengakibatkan peningkatan konsentrasi polutan yang tinggi. Penampakannya dapat dilihat dari kondisi udara yang kabur hasil reaksi kimia antara udara dengan kontaminan. Terlebih lagi pada saat ini masih terus berlangsung pekerjaan konstruksi pembangunan tol atas, jalur LRT, dan pengerjaan trotoar. Hal ini tentu akan menghasilkan debu partikel polutan dan menurunkan kualitas udara pada saat-saat tertentu. . . Lanjut dikomentar...

A post shared by BMKG (@infobmkg) on

Dengan kondisi udara yang stagnan lapisan inversi suhu atau kecepatan angin yang rendah memungkinan polusi udara tetap di udara.

Nasrullah menyebut, konsenstrasi partikulat polutan PM10 mengalami peningkatan pada Juli, Juli, dan Agustus 2019. Bahkan, data pada Juni hingga Juli, PM 10 meningkat dan melampaui nilai ambang batas (NAB). NAB harian PM10 yaitu 150 µg/m³dan 50 µg/m³ untuk tahunan.

" Nilai kadar atau konsentrasinya bahkan melewati 180 µg/m³ yaitu pada tanggal 20,24,25,27, dan 28 Juni 2019 serta 14 dan 25 Juli 2019," kata Nasrullah di Instagram resmi BMKG.

2 dari 6 halaman

Kebakaran Saat Mati Listrik, Pasutri Tewas Berpelukan

Dream - Peristiwa kebakaran terjadi saat pemadaman listrik di wilayah Banten, Jabodetabek dan Jawa Barat. Salah satu penyebab kebakaran yaitu tidak berhati-hati ketika menyimpan lilin untuk penerangan.

Salah satu peristiwa kebakaran terjadi di Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara. Di lokasi ini, ada tiga ruko yang hangus terbakar.

Kanit Reskrim Polsek Penjaringan, Kompol Mustakim mengatakan, dalam kebakaran itu satu keluarga yakni Tony, Jeny Ruslan, Erica Wisely, dan Kent Wisely tewas terbakar.

" Iya, itu korban satu keluarga. Keempat korban meninggal dunia dibawa ke RSCM untuk dilakukan visum," ujar Mustakim, Senin, 5 Agustus 2019.

Saat kebakaran terjadi, Tony, sang kepala keluarga, sudah berada di luar ruko dan meminta bantuan warga untuk memadamkan api.

Tony kemudian mendengar teriakan istrinya, Jeny. Tanpa pikir panjang, Tony langsung masuk ke dalam ruko berniat untuk menyelamatkan keluarganya.

Nahas, api semakin membesar. Warga tak sempat menyelamatkan keluarga itu hingga akhirnya mereka ditemukan tewas terbakar dengan posisi berpelukan.

3 dari 6 halaman

Kisah Heroik Pengasuh Jadi Tameng Hidup Dua Anak Kecil dari Kebakaran

Dream - Sebuah kisah heroik diperlihatkan oleh seorang pengasuh anak di Malaysia ketika terjadi kebakaran di rumahnya sendiri.

Pengasuh itu meninggal setelah mencoba menyelamatkan dua anak perempuan ketika rumahnya tiba-tiba terbakar.

Insiden memilukan itu terjadi di Batu Pahat, Johor, pada tanggal 29 Juli 2019, sekitar jam 8.30 pagi waktu setempat.

Wanita bernama Xu telah bekerja sebagai pengasuh anak selama 24 tahun. Dia sendiri memiliki lima orang anak.

4 dari 6 halaman

Ditinggal Sebentar Untuk Beli Sarapan

Anaknya yang berusia 31 tahun mengatakan hari itu ibunya sedang menjaga dua anak perempuan berusia dua tahun.

Kebetulan salah satu dari dua anak perempuan itu adalah cucu Xu sendiri.

Dia mengatakan, saat kejadian, kedua anak itu sedang tidur di kamar. Sementara ibunya keluar sebentar untuk membeli sarapan.

Ketika sampai di rumah, dia melihat api sudah membakar ruang keluarga dengan hebatnya. Anak Xu itu berusaha masuk rumah untuk menyelamatkan kedua anak perempuan yang sedang tidur di kamar.

5 dari 6 halaman

Nekat Menerobos Kobaran Api

Namun, karena api sudah terlalu besar, dia terpaksa kembali keluar. Saat itulah ibunya datang dan langsung panik melihat rumahnya terbakar.

Xu khawatir karena anak-anak yang dijaganya masih ada di dalam rumah. Dan dia sendiri bingung harus melakukan apa. Namun, akhirnya Xu nekat ingin masuk dan menyelamatkan kedua anak perempuan tersebut.

Wanita 59 tahun itu langsung mengambil handuk kecil. Setelah membasahi dan melilitkannya di kepala, Xu menerobos kobaran api yang membakar rumahnya.

Sementara itu anaknya berusaha masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang. Saat itulah dia melihat ibunya hanya duduk diam di lantai sambil mendekap kedua anak perempuan tersebut.

Khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan, dia langsung menyeret keluar Xu yang terus memeluk dua anak perempuan itu.

 

6 dari 6 halaman

Sang Ibu Mendekap Dua Anak Perempuan

Sayangnya, tindakan anak Xu sedikit terlambat. Ibunya mengalami luka bakar hingga 80 persen di wajah, tangan, kaki, dada dan punggung.

Salah satu anak perempuan tersebut tidak menderita luka sedikit pun. Namun anak perempuan yang satunya mengalami luka bakar ringan di kaki.

Xu dikirim ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Namun sayang, dia meninggal dunia pada jam 5.00 waktu setempat keesokan paginya.

Anak Xu mengatakan ibunya sebenarnya akan segera pensiun, dan menjaga anak di saat kebakaran itu adalah tugas terakhirnya.

" Penyesalan terbesar Ibu mungkin karena dia tidak bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan cucunya yang selamat," kata anak Xu.

Sumber: World of Buzz

Beri Komentar