Relief Batu Di Yaz?l?kaya Berusia 3.200 Tahun. (Foto: Luwian Studies)
Dream - Relief atau ukiran batu berusia kira-kira tiga ribu tahun yang terpahat pada batu-batu kapur di cagar alam Yazilikaya, Turki, mengungkap fakta mencengangkan.
Ukiran batu yang ditemukan hampir 200 tahun yang lalu oleh arkeolog Prancis, Charles Texles, pada 1835 itu ternyata adalah sebuah kalender kuno dan peta kosmos.
Selain kalender kuno dan peta kosmos, ukiran batu di Yazilikaya tersebut juga mengandung detail tentang akhirat bangsa Het.
Yazilikaya adalah sebutan untuk tempat suci bagi penduduk Hattusa, ibu kota Kekaisaran Het yang kekuasaannya meliputi Turki, Suriah, Lebanon, hingga Irak.
Kini wilayah Yazilikaya yang berjarak 100 mil (sekitar 161 kilometer) dari Ankara itu menjadi cagar alam yang menyimpan peninggalan bersejarah bangsa Het yang kebanyakan adalah ukiran dan pahatan batu.

Ukiran tersebut menggambarkan lebih dari 90 figur, termasuk binatang, monster, dan dewa. Ukiran itu dipahat di atas batu kapur yang berada di dua ruangan yang berhadapan dengan sebuah kuil.
Para ahli mengatakan ukiran batu ini berasal dari abad ke-13 SM. Tetapi butuh hampir dua abad untuk menguraikan artinya.
Menurut para ahli, relief mengungkapkan adanya kosmos atau alam semesta yang terdiri dari Bumi, langit, dan akhirat.
Uniknya, bangsa Het percaya akhirat itu berada di bawah Bumi. Kepecayaan tentang akhirat di bawah tanah ini mirip dengan milik bangsa Yunani.
Di salah satu dinding kuil, terukir gambar dewi matahari Hebat dan dewa badai Teshub, dua dewa tertinggi bangsa Het.

Sedangkan di dinding timur dan barat ruangan, tampak dewa-dewa yang lebih rendah tingkatnya berbaris menghadap pasangan dewa tertinggi itu.
Penggambaran tersebut membingungkan para ahli. Bahkan hingga tahun 2011, para arkeolog tidak yakin mengapa reliefnya dibuat sedemikian rupa.
Tetapi sebuah studi baru di Journal of Skyscrap Acraehology mengklaim bahwa tempat suci itu adalah representasi simbolis dari kosmos dan keyakinan bangsa Het tentangnya.

" Relief tersebut juga menggambarkan terjadinya siang dan malam, fase bulan dan musim, serta 'proses siklus pembaruan dan kelahiran kembali'," tulis Eberhard Zangger, penulis utama penelitian.
Zangger, Presiden Yayasan Studi Luwian di Zurich, Swiss, yang bekerja dengan Rita Gautschy, arkeolog Basel, mengatakan masing-masing dari 90 figur di dalam relief itu memiliki peran masing-masing dalam sistem kalender bangsa Het.
" Kami menduga bahwa Yazilikaya secara keseluruhan menggambarkan kosmos secara simbolis, termasuk tingkat statisnya (Bumi, langit, akhirat).
" Relief tersebut juga menggambarkan proses siklus pembaruan dan kelahiran kembali (siang/malam, fase bulan, musim panas/musim dingin)," tulis Zangger di jurnalnya.
Bangsa Het tinggal di tempat yang sekarang disebut Turki modern dan mendirikan kerajaan mereka pada akhir abad ke-17 SM, diyakini sekitar tahun 1680 dan 1650 SM.
Mereka menguasai sebagian besar wilayah Timur Tengah dan Mesopotamia Atas pada pertengahan 1300-an SM. Mereka akhirnya ditaklukkan oleh bangsa Asyur pada 1180 SM.
Sumber: DailyStar
Advertisement


IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Kenalan dengan CX ID, Komunitas Customer Experience di Indonesia

Ranking FIFA Terbaru, Indonesia Turun ke Peringkat 122 Dunia

Warung Ayam yang Didatangi Menkeu Purbaya Makin Laris, Antreannya Panjang Banget