Zulfin Dan Ibunya, Defianti (Dream.co.id/M Ilman Nafi'an)
Dream - Zulfin, bayi 8 bulan itu terlihat lucu dan menggemaskan. Sesekali, dia terbahak saat digoda sang ibu, Defianti.
Keceriaan terpancar dari wajahnya yang imut. Mengenakan kupluk bayi, sesekali ia menoleh ke arah sekitar.
Di balik keceriannya, tak ada yang menyangka jika bayi itu pernah mengalami kejadian mengerikan. Tergulung lumpur ketika likuifaksi melanda Desa Jono Oge di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Defianti menceritakan, pada 28 September 2018 jelang waktu Maghrib, gempa disertai likuifaksi menghancurkan seluruh bangunan di kampungnya.
Saat itu, suaminya yang tengah membereskan gabah hasil panen padi segera menyelamatkan Zulfin. Padahal, bayi itu sudah di tengah gulungan gelombang lumpur.
Di desa Jono Oge, mereka tak sendiri. Ada 13 kepala keluarga yang masih ada hubungan darah menjadi korban likuifaksi.
" Hanyut kita orang bareng lumpur," kata Defi, Senin 29 Oktober 2018.
Keluarga Defi mencoba menyelamatkan diri dari gelombang lumpur setinggi dua hingga tiga meter dengan merangkak. Beruntung, suaminya meraih seng bekas atap rumah yang hancur.
" Suami suruh kita orang semua naik ke atas seng. Ada lima orang naik. Ponakan, kakak ipar," ujar dia.
Malang tak bisa ditepis. Lima orang itu terpental dari atas seng dan tergulung lumpur. Defianti bersama bayi dan suaminya pun terpisah.
Beruntung, Zulfin tetap berada di dekapan bapaknya. Mereka menunggu sampai lumpur berhenti bergerak. Tiga menit lamanya.
Begitu gerakan lumpur berhenti, mereka sudah berada di jarak sangat jauh dari titik semula. Jika ditempuh dengan jalan kaki, bisa satu jam.
Ketika itu, kata Defi, Zulfin sama sekali tidak menangis. Padahal, bayi kesayangannya mengalami luka di kepala dan badannya.
" Zul ini sabar sekali. Tidak menangis, sabar sekali dia. Kepalanya merah semua darah," kata Defi sembari menyeka air matanya.
Setelah likuifaksi berakhir, Defi berhasil berkumpul dengan suami dan anaknya. Suaminya langsung membersihkan tubuh Zul yang penuh lumpur di air genangan sawah. Sementara ponakan dan kakak iparnya baru keesokan hari bertemu.
Puluhan kilometer mereka berjalan ke tempat yang lebih tinggi. Zul tetap diam. Tak pernah ada tangis meski kondisinya penuh luka.
Bahkan perut bayi itu tidak terisi makanan semalaman. Sekitar pukul 10.00 WITA keesokan hari, Zulfin baru mimum susu. Itupun susu yang tidak sesuai dengan usianya.
" Waktu istirahat di bawah pohon ada yang kasihan, kasih susu," ujar dia.
Kini, mereka tinggal di tenda pengungsian setelah satu pekan beristirahat beralaskan tanah dan beratapkan langit.
" Zul nangis kalau haus sama panas saja," kata dia.
Kesedihan yang dialami Defi semakin bertambah ketika ia harus keguguran anak keduanya yang baru berusia dua bulan di dalam kandungan. Ia keguguran pada Jumat, 26 Oktober 2018.
" Mungkin saya kecapaian, angkat air pakai ember besar. Kemudian jatuh di kamar mandi," ucap dia.
(Laporan jurnalis Dream, M Ilman Nafi'an dari Sulawesi Tengah)
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik