Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Pendidikan Islam di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan yang tak akan ditemukan di banyak negara lain. Pesantren menjadi salah satunya.
Untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat, pesantren mulai berbenah. Tanpa meninggalkan kekhasannya, di beberapa pesantren mulai berdiri perguruan tinggi ala pesantren atau disebut ma'had aly. Santri yang belajar di ma'had aly disebut mahasantri.
Ketua Asosiasi Ma'had Aly (Amaly), Abdul Jalal, mengatakan saat ini perguruan tinggi ala pesantren ini tersebar di 26 daerah di seluruh Indonesia.
" Kekhasan ma'had aly ini sebagai perguruan tinggi ala pesantren. Oleh karena itu, ini perguruan tinggi tapi harus ada di dalam pesantren dan diselenggarakan oleh pesantren. Jadi nanti enggak ada Ma'had Aly negeri, itu enggak ada," kata Jalal di Ace BSD, Serpong, Banten, Selasa 21 November 2017.
Metode belajar di ma'had aly pun memiliki perbedaan dengan perguruan tinggi Islam negeri. Di ma'had aly, para mahasiswa diajarkan materi sorongan, bandongan, bahsul masa'il, tahfiz, hingga riyadallah.
Lembaga pendidikan tinggi pesantren ini sudah memilik program kurikulum kitab kuning dan program Strata-2.
" Kostumnya ya santri, pakai sarung, pakai peci, baju koko, songkok, pakai bakiak," ucap dia.
Jalal mengatakan, untuk masuk ke ma'had aly, calon mahasantri diwajibkan memiliki hafalan Alquran. Minimal satu juz.
Tujuan utama dari ma'had aly, tambah Jalal, mencetak ulama atau orang yang mampu menyampaikan dan mengamalkan ajaran Islam. Selain itu, mahasantri juga akan mendapat ijazah bergelar Sarjana Agama atau Magister Agama.
Salah satu ma'had aly berada di Pesantren Kebon Jambu Babakan, Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Di sana terdapat program khusus untuk mencetak ulama wanita.
Mudir (Rektor) Ma'had Aly Kebon Jambu, Marziky Wahid, mengatakan, program tersebut dibuat karena saat ini jumlah Muslimah yang menjadi alim ulama terbilang langka. Sehingga, perlu ada dorongan agar Muslimah tergerak ikut menyiarkan ajaran Islam.
" Dalam kenyataannya seperti kita ketahui itu kan sangat langka sekali ulama perempuan. Di MUI misalnya, selalu didominasi oleh laki-laki, enggak pernah ketuanya perempuan. Bahkan masuk dalam kepengurusan harian pun jarang sekali, paling kalau pun masuk ada di urutan buncit," kata Marziky.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati