Ilustras/ Foto: Shutterstock
Dream - Anak-anak, terutama usia sekolah dasar (SD) seringkali mengalami sakit. Biasanya mereka tertular dari teman-temannya di sekolah, daya tahan tubuhnya tidak baik atau ketika asupannya tidak optimal.
Saat anak sakit, orangtua kerap khawatir. Terutama jika anak mengalami demam tinggi hingga lemas. Dalam kondisi anak sakit, berobat ke dokter jadi hal yang langsung ingin dilakukan segera. Ada satu yang tak boleh dilupakan, yaitu berdoa pada Allah SWT memohon kesembuhan anak.
Perlu diingat, penyakit adalah ujian dari Allah SWT. Dikutip dari NU Online, Nabi Muhammad bersabda, sakit dapat membersihkan dosa dan kesalahan;
© NU Online
Artinya: “ Tidak ada seorang muslim yang ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, melainkan dihapuskan oleh Allah ta'ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR Muslim).
Untuk itu ajarkan pada anak, saat sakit perbanyak mengingat Allah dengan melakukan zikir, karena Allah yang menurunkan dan menyembuhkan segala penyakit. Di antara dzikir yang dapat diamalkan saat seorang hamba sakit adalah membaca kalimat:
© NU Online
Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzhalimin
Artinya, “ Tiada Tuhan selain Engkau, Allah. Mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Doa tersebut adalah doa yang dibaca terus menerus oleh Nabi Yunus saat berada di perut ikan paus. Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin Al-Malibari dalam kitabnya Irsyadul Ibad mengutip hadits Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda:
© NU Online
Artinya: “ Siapa saja seorang muslim yang berdoa ketika sakitnya kalimat ”Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzhalimin” sebanyak 40 kali, lalu meninggal disebabkan sakitnya itu, maka baginya ganjaran mati sahid. Sekiranya dia sehat, sungguh diampuni baginya segala dosanya.” (HR Al-Hakim).
Selengkapnya baca di sini.
Dream - Akhlak merupakan dasar penting bagi kehidupan seorang muslim dan muslimah. Dikutip dari alirsyad.com, Akhlak menurut Imam Ghazali, adalah sesuatu yang mengakar kuat dalam jiwa seseorang dan mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa harus dipikir terlebih dahulu.
Jika perbuatan yang dilakukan baik maka disebut akhlak mulia (akhlak mahmudah). Tetapi, jika perbuatan yang dilakukan jelek maka disebut akhlak tercela (akhlak madzmumah).
Akhlak seorang anak sangat ditentukan dari lingkungan kehidupannya sehari-hari. Dasar utamanya adalah pendidikan dari orangtua. Tak hanya itu, ada juga faktor lain yang juga sangat mempengaruhi pembentukan akhlak anak.
Dikutip dari BincangSyariah.com, Syeikh Musthafa al-Adawy dalam kitab Fiqh Tarbiyat al-Abna mengatakan bahwa terdapat 8 hal yang dapat mempengaruhi perkembangan akhlak seorang anak. Ayah dan bunda penting untuk selalu mengingatkan dan membimbing anak agar memiliki akhlak yang baik sesuai tuntunan Islam.
Pertama, saudara-saudara kandung dan kerabat- kerabatnya di rumah. Kedua, teman-teman di lingkungan sosial tempatnya tinggal. Seperti di sekolah, perpustakaan dan tempat belajar ngaji.
Ketiga, para pengajar, guru, pendidik, penjaga, pelatih yang mengajari anak-anak. Keempat, segala hal yang dia lihat, dengar dan baca yang berada di lingkungan tempat tinggalnya.
Kelima, keadaan negara di mana sang anak tinggal. Seperti akhlak, kebiasaan, sopan-santun, pemandangan dan situasi masyarakatnya. Keenam, tempat-tempat yang sering dikunjungi anak-anak untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, seperti masjid, mal, atau tempat lain.
Ketujuh, para tamu dan pengunjung yang datang ke rumah. Kedelapan, perjalanan, kunjungan dan tamasya yang anak-anak pernah lakukan.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Dream - Nilai-nilai Islam harus senantiasa jadi panduan dan pedoman dalam tiap aspek kehidupan. Termasuk dalam berkeluarga dan mengasuh putra putri tercinta. Hadirnya buah hati dalam sebuah keluarga, merupakan amanah.
Tak hanya itu, anak juga bisa jadi penenang dan penyejuk hati serta perhiasan orangtuanya. Dalam al-Quran Allah menjelaskannya dalam QS. al-Kahfi[18] ayat 46:
© Bincang Muslimah
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. ( QS. al-Kahfi[18] ayat 46)
Dikutip dari Bincang Muslimah, menurut al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi harta merupakan sebuah perhiasan meskipun tidak mempunyai anak, dan bukan sebaliknya. Beliau menjelaskan orang yang mempunyai anak sedang ia tidak mempunyai harta maka orang itu berada dalam kesengsaraan dan kemelaratan.
Maka, diantara keduanya haruslah seimbang agar jauh dari kemelaratan. Pendapat al-Maraghi ini menunjukkan bahwasanya orangtua dilarang menelantarkan anak dan wajib memenuhi kebutuhan anak.
Sementara menurut Hamka dalam Tafsir al-Azhar ini merupakan ayat rayuan yang sangat indah. Allah SWT memberi peringatan bahwa harta dan anak itu memanglah perhiasan yang sangat indah. Namun sayang, perhiasan indah itu hanyalah bersifat sementara karena memiliki batasan waktunya.
Dalam tafsir Kemenag (Dapartemen Agama RI, al-Quran dan Tafsirnya: 2006), ayat ini mengabarkan kepada kita semua bahwasanya anak merupakan perhiasan yang harus dijadikan jalan bagi orangtua untuk melakukan amal saleh yang akan mengantarkan kepada ridho Allah SWT.
Jika orangtua memperlakukan anak dengan cara yang tidak baik dan tidak mengundang pahala serta ridho Allah SWT maka kehadiran anak akan berubah menjadi sebuah cobaan.
Allah telah menjelaskan yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini ialah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat memperhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Sebaliknya, juga dapat menjadikan seseorang takabur dan merendahkan orang lain.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.