Anjuran Rasulullah Memberi Nama Anak Lelaki Sama dengan Nama Kakek Buyut

Reporter : Mutia Nugraheni
Sabtu, 4 Maret 2023 06:01
Anjuran Rasulullah Memberi Nama Anak Lelaki Sama dengan Nama Kakek Buyut
Salah satu contoh yang populer yaitu nama Imam Al-Ghazali yang sama dengan nama ayahnya juga, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

Dream - Para orangtua biasanya sudah mempersiapkan nama ketika janin masih dalam kandungan. Pastinya, banyak hal yang jadi pertimbangan dalam memilih nama si kecil, salah satunya adalah makna yang baik dan untaian doa.

Bagi umat muslim, jika sudah diketahui janin dalam kandungan berjenis kelamin laki-laki sangat dianjurkan untuk memberinya nama sama seperti nama kakek buyutnya. Dikutip dari BincangMuslimah.com, hal ini merupakan tradisi Islam, di mana nama anak sering dibuat sama dengan nama kakek buyutnya atau generasi pendahulunya.

Salah satu contoh yang populer yaitu nama Imam Al-Ghazali yang sama dengan nama ayahnya juga, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Rasulullah sangat menganjurkan akan hal itu, sebagaimana hadits yang disampaikan lewat riwayat Shahih Muslim dan lainnya, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

HR Muslim


Artinya: “ Malam tadi aku dianugerahi seorang bayi laki-laki, segera aku namai ia dengan nama bapakku, yakni Ibrahim.” (HR. Muslim)

 

1 dari 4 halaman

Dua Ketentuan Saat Memberi Nama Anak Seperti Nama Kakek

Dalam Islam memang sangat dianjurkan memberikan nama anak dengan nama kakek, tapi ada ketentuan yang harus diperhatikan. Pertama, jika sang ayah atau kakek adalah orang yang saleh.

Arti nama dari sang kakek juga bagus dan memiliki makna baik. Nama kakek/ buyut juga merupakan nama-nama yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah, maka pemberian nama tersebut termasuk kebaktian dan kebaikan.

Ibnul Qayyim berkata di dalam kitab Zadul Ma’ad, juz 2 halaman 312;

Ibnul Qayim

Artinya: “ Di saat para nabi adalah tokohnya manusia, akhlak mereka adalah akhlak terbaik, amalan mereka adalah amalan terbaik, maka nama mereka adalah nama terbaik. Andai tidak ada manfaat di balik penamaan dengan nama mereka, kecuali mengingatkan kepada sang nabi dan menjadikan hati dekat dengan nabi, maka cukuplah ini sebagai manfaat Ditambah lagi ada manfaat, yaitu menjaga nama para nabi dan mengingatnya selalu, agar tidak dilupakan, agar nama – nama dan sejarah mereka disebut di tengah masyarakat.”

2 dari 4 halaman

Kedua, jika nama bapak atau kakek menunjukkan pada makna yang buruk, maka lebih utama ditinggalkan. Bahkan Rasulullah pun memerintahkan untuk mengganti nama-nama yang mempunyai makna yang buruk.

Bila nama yang buruk tersebut tetap dipaksakan kepada anak, maka anak boleh untuk menggantinya, karena nama yang baik termasuk hal yang harus orang tua berikan kepada sang anak.

Rasulullah Saw bersabda;

 

HR Dawud

Artinya: “ dan dari Daud bin Umar, dari Abdullah bin Abi Zakaria, dari Abi Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya pada hari kiamat kalian akan dipanggil dengan menggunakan nama-nama kalian. Oleh karena itu perbaguslah nama-nama kalian” (HR. Abu Dawud)

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

3 dari 4 halaman

Gus Baha Ingatkan Memuliakan Anak Adalah Adab Para Nabi

Dream - Pola pengasuhan anak yang diterapkan orangtua memang berbeda-beda. Ada yang lembut, keras, penuh disiplin atau perpaduan di antara hal tersebut. Satu hal yang harus selalu diingat, buah hati merupakan amanah dari Alalh SWT yang harus dijaga dan diasuh dengan baik.

Kelak, para orangtua akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Dalam hal mengasuh anak, KH. Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha mengingatkan kebiasaan para Nabi, yaitu memuliakannya.

Gus Baha

(Gus Baha)

Dikutip dari tulisan Rifqi Fairuz di Islami.co, memuliakan artinya hubungan antara orangtua dan anak itu saling menghormati, sehingga hubungan antara orang tua dan anak itu senang dan nyaman di antara kedua belah pihak. Al-Quran sudah mengabadikan perihal memuliakan anak ini dalam surat Maryam ayat 12-13:

Surat Maryam ayat 12-13

Artinya: " Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak, dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa" .

 

4 dari 4 halaman

Surat Maryam

Gus Baha menekankan redaksi kata hanan di ayat tersebut. Beliau menjelaskan bahwa arti kata hanan di sini adalah bermakna sifat aris, sifat senang dan menciptakan suasana nyaman. Hal itulah yang harus dijadikan landasan hubungan anak dan orangtua.

Mengapa memuliakan anak menjadi penting? Jangan sampai karena orangtua terlampau keras, sehingga anak jadi kecewa dengan sistem Islam yang diterapkan keluarganya sendiri. Sebab anak adalah harapan orangtua untuk melanjutkan kalimat tauhid ke generasi dan keturunan selanjutnya di masa depan.

Gus Baha mengutip doa Nabi Zakaria ketika memohon kepada Allah supaya dikaruniai keturunan sebagaimana tertera di surat Maryam ayat 4:

Surat Maryam Ayat 4

Artinya: " Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridai.”

Ayat tersebut merupakan doa Nabi Zakaria yang meyakini bahwa anak merupakan pewaris kalimat tauhid dan ajaran Islam di masa mendatang. Lebih lanjut, Gus Baha menyebutkan bahwa amal saleh yang dilakukan anak sendiri jauh lebih memberi pahala bagi kita, dibandingkan amal saleh dari santri atau murid.

“ Jadi, di antara adabnya para nabi itu adalah memuliakan anak. Karena anak itu yang kelak lebih panjang waktunya untuk membawa kalimat tauhid," ujarnya.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More