Bayi Sering Gumoh Setelah Menyusui, Redakan dengan Cara Ini

Reporter : Mutia Nugraheni
Kamis, 30 Maret 2023 07:48
Bayi Sering Gumoh Setelah Menyusui, Redakan dengan Cara Ini
Berhenti panik saat melihat bayi gumoh.

Dream - Banyak orang berpikir jika menyusui adalah hal yang mudah. Faktanya tak demikian, ibu seringkali kesakitan dan saat bayi sudah minum cukup banyak, kadang yang terjadi malah ia memuntahkannya.

Kondisi tersebut sering disebut gumoh dan normal terjadi. Ada beberapa kondisi yang jadi pemicu si kecil mengalami gumoh. Apa saja?

1. Menyusu Terlalu Berlebihan
Faktor paling umum yang membuat bayi gumoh disebabkan karena terlalu banyak susu yang diminum. Padahal, bayi baru lahir biasa menyusu setiap dua hingga tiga jam dengan takaran sekitar satu hingga dua ons setiap menyusu, dan akan terus meningkat seiring bertambahnya usia bayi.

" Bayi akan terus menyusu sampai muntah. Jadi seorang ibu harus berhati-hati agar tidak memberi terlalu banyak susu dan atur jumlah yang tepat sesuai usia dan ukuran perut bayi," kata Danelle Fisher, MD, FAAP seorang dokter anak.

2. Adanya Refluks atau Gas
Esofagus yang merupakan saluran pembawa makanan dan cairan menuju perut pada bayi masih sangat longgar dan cenderung belum berfungsi maksimal. Menurut HealthyChildren.org. karena perut bayi kecil dan tidak bisa menampung banyak, udara dapat mengisinya dengan cepat dan menyebabkan gas atau gumoh. Jadi, wajar saja apabila makan berlebihan pasti akan muntah.

 

1 dari 5 halaman

Cara Agar Bayi Tidak Gumoh Setelah Menyusu

Gumoh memang cukup normal dialami bayi. Bila sering terjadi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mecegahnya. Catat ya, Ayah Bunda.

1. Ketika menyusu, usahakan kepala bayi berada lebih tinggi daripada tubuhnya

2. Pastikan susu yang masuk tidak berlebihan. Apabila menyusui menggunakan botol, gunakanlah dot bayi prematur karena alirannya lebih lambat sehingga bayi bisa mengatur kecepatannya sendiri.

3. Jika bayi diberi ASI, ambil posisi menyusui sambil berbaring dengan posisi 45 derajat, kemudian dekap bayi untuk menyusu. Cara ini bisa membatasi efek gravitasi sehingga bayi akan menyusu dengan keras dan memperlambat aliran ASI.

4. Pastikan tubuh bayi tegak selama 15 hingga 20 menit setelah menyusu untuk menjaga ASI tetap di perut

5. Serdawakan bayi sebelum menidurkannya

Beberapa gumoh pada bayi merupakan hal yang normal jika gumoh berwarna sama dengan ASI atau susu formula. Bila didapati tanda-tanda seperti muntah yang terlalu banyak, gumoh berwarna seperti semburat kekuningan atau kehijauan bisa jadi tanda bahaya. Selain itu, jika bayi mengalami muntah banyak dan tidak buang air kecil serta buang air besar, maka perlu dikonsultasikan ke dokter.

 

Laporan Hany Puspita Sari/ Sumber: PopSugar

2 dari 5 halaman

Bayi Jarang Sekali Menangis, Normalkah?

Dream - Menangis adalah cara komunikasi bayi yang bisa langsung membuat orang di sekitarnya melihat. Terutama ketika bayi merasa sangat tidak nyaman. Seperti merasa dingin, kegerahan, popoknya gatal, lapar atau butuh pelukan hangat.

Kita terbiasa mendengar bayi kerap menangis untuk bisa tahu kebutuhannya. Lalu bagaimana jika si kecil jarang sekali menangis? Hal ini juga kadang menimbulkan kekhawatiran, karena pada beberapa kondisi bisa jadi tanda masalah kesehatan serius.

Dikutip dari KlikDokter, ada beberapa hal yang mempengaruhi sering atau jarangnya bayi menangis. Berikut daftarnya.

1. Usia yang Masih Sangat Muda
Usia bayi yang masih sangat muda menjadi salah satu faktor kenapa bayi jarang menangis. Pada dua minggu pertama kehidupannya, bayi memang akan lebih banyak tidur, sehingga cenderung jarang menangis. Seiring waktu, bayi akan bertambah jam bangunnya dan lebih sadar dengan kondisi diri maupun sekitarnya. Saat itu, bayi akan lebih sering menangis.

 

3 dari 5 halaman

2. Temperamen Bayi

Setiap bayi tidak ada yang sama temperamennya. Bahkan, di antara bayi yang bersaudara atau kembar, sangat mungkin ditemukan jenis temperamen yang betul-betul berbeda.

Ada bayi yang memiliki temperamen cenderung easy (mudah). Bayi dengan temperamen ini akan lebih tenang, kalem, dan tidak mudah terusik kenyamanannya. Pemilik temperamen ini mungkin lebih jarang menangis.

© Dream

Sedangkan, bayi yang memiliki temperamen difficult (sulit) cenderung lebih mudah menangis atau merengek ketika menemukan hal-hal yang tidak sesuai keinginannya.

Bayi dengan temperamen slow to warm up (pemanasan perlahan) lebih tenang dibandingkan bayi temperamen difficult. Namun, ia memang membutuhkan waktu lebih untuk beradaptasi dibandingkan bayi temperamen easy. Banyak sekali hal-hal yang memengaruhi temperamen anak, misalnya genetik, lingkungan sekitar, cara pengasuhan, dan lain-lain.

 

4 dari 5 halaman

3. Pengasuhan yang Tepat

Ketika bayi diasuh secara telaten, ia akan mudah terbebas dari rasa kurang nyaman akibat berbagai macam hal. Contohnya ketika haus atau kelaparan, saat diasuh dengan baik, ia akan segera disusui atau disuapi makanan sehingga tidak merengek atau menangis.

Contoh lain, saat ibu atau ayah sigap mengenali tanda popok perlu diganti, bayi tidak perlu merengek karena tidak nyaman akibat popok kotor. Dengan kepekaan yang tinggi akan kebutuhan si kecil, wajar bila bayi jarang menangis.

Orangtua tidak perlu khawatir ketika merasa belum sepenuhnya mampu atau berhasil mengasuh bayi dengan maksimal. Semuanya dilakukan bertahap dengan proses panjang.

 

5 dari 5 halaman

4. Gangguan Pengembangan Paru

Penyebab bayi jarang menangis ini berlaku ketika baru dilahirkan. Gangguan pengembangan paru ketika baru lahir dapat menyebabkan bayi tidak menangis ketika dilahirkan. Menangis sangat penting untuk membantu bayi mengeluarkan cairan ketuban dari paru sekaligus mengembangkan paru-parunya.

Kondisi tersebut lebih sering terjadi pada bayi prematur, yaitu bayi yang lahir sebelum usia kandungannya cukup. Pada bayi prematur, perkembangan jaringan parunya bisa saja belum sempurna saat lahir. Akibatnya bayi tidak menangis ketika baru lahir.

 5. Autisme

Jarang menangis bisa menjadi salah satu tanda awal autisme pada anak-anak. Penelitian menyebutkan, kecurigaan autisme bisa dilihat dari ciri tangisan bayi berusia 1 bulan. Bayi dengan autisme dinilai memiliki karakteristik tangisan yang unik dan berbeda dari bayi pada umumnya.

Jangan sampai orangtua menebak-nebak atau mendiagnosis sendiri kondisi bayi berdasarkan informasi yang terbatas. Banyak pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum mendiagnosis apakah anak mengalami autisme. Bila benar-benar memiliki kecurigaan, jangan ragu untuk memeriksakan si kecil ke dokter anak.

Penjelasan selengkapnya baca di sini.

Beri Komentar