Vaksin Anak/ Foto: Shutterstock
Dream - Vaksinasi sangat penting bagi kesehatan anak. Memberikannya vaksin merupakan ikhtiar agar anak terhindar dari penyakit menular dan berbahaya di kemudian hari. Bila pun tertular, kondisinya tidak parah.
Sejak bayi hingga anak remaja, ada vaksinasi penting yang mereka butuhkan. Ada beberapa vaksin yang bisa diperoleh gratis di Puskesmas seperti, BCG, Hepatitis B, Polio, DPT dan Campak.
Untuk vaksin lainnya memang harus mengeluarkan biaya tambahan, dan bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik vaksinasi. Bila ayah bunda ingin mengurangi biaya vaksin, ada cara yang bisa dilakukan yaitu dengan vaksin simultan. Apa itu?
" Pemberian beberapa jenis vaksin berbeda yang diberikan bersamaan di suatu waktu yang sama, pada lokasi penyuntikan yang berbeda," ungkap dr. Kanya Ayu, spesialis anak, dalam akun Instagramnya @momdoc.id.
Untuk biayanya, lebih hemat karena orangtua hanya perlu membayar vaksin yang diberikan, sementara jasa konsultasi dokter cukup satu kali saja. Bila dijeda cukup panjang dan bolak-balik, biaya konsultasi pun harus berkali-kali.
" Bayar vaksinnya sih sama aja sejumlah vaksin yang diberikan, tapi paling nggak bisa menghemat biaya konsul nya kaaaann," tulis dr. Kanya.
Imunisasi simultan ini bisa dua jenis bersamaan, tiga, atah bahkan empat jenis. Untuk pemberian dan jenis vaksin, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter, karena memang juga melihat kondisi kesehatan anak.
Lihat postingan ini di Instagram
Dream - Vaksinasi pada sejak pandemi di 2020 ditetapkan, mengalami penurunan drastis. Hal ini membuat sejumlah penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan efektif melalui vaksin, mengalami peningkatan, salah satunya campak.
Untuk di Indonesia, kasus campak pada anak masih sangat tinggi, dari data Kementerian Kesehatan kenaikannya pada 2022 sebanyak 15 kali lipat. Secara global, dari data WHO (Badan Kesehatan Dunia) cakupan vaksinasi campak (MCV) juga menurun drastis. Hal tersebut, dikutip dari Liputan6.com, membuat 40 juta anak di seluruh dunia tidak mendapat dosis pertama atau kedua MCV.
Dampaknya adalah, anak-anak tersebut sangat rentan terhadap ancaman campak yang terus meningkat. Campak sendiri merupakan penyakit infeksi virus akut serius yang sangat menular.
Dikutip dari IDAI.or.id, campak disebabkan oleh paramyxovirus dan ditularkan terutama melalui udara (airborne). Attack rate penularannya lebih dari 90% dari individu yang terinfeksi sejak 4 hari sebelum sampai 4 jam setelah munculnya ruam. Masa inkubasi penyakit ini terjadi pada 7-18 hari.
Gejalanya ditandai dengan suhu badan yang tinggi, biasanya >38 derajat cecius, selama 3 hari atau lebih dan akan berakhir setelah 4-7 hari. Demam tinggi terjadi setelah 10-12 hari setelah tertular. Terdapat pula batuk, pilek, mata merah atau mata berair (3C: cough, coryza, conjunctivitis).
Tanda khasnya (patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam. Campak dapat menjadi masalah serius untuk semua kelompok umur.
Anak berusia di bawah 5 tahun dan dewasa lebih dari 20 tahun lebih sering mengalami komplikasi. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, serta diare (1 dari 10 anak).
Beberapa dapat mengalami komplikasi berat berupa pneumonia (1 dari 20 anak) yang merupakan penyebab kematian tersering pada campak, dan ensefalitis (1 dari 1000 anak) yang dapat berakhir dengan kematian. Setiap 1000 anak yang menderita campak, 1 atau 2 di antaranya meninggal dunia.
Demi mengurangi risiko penularan dan tingkat keparahan jika terkena, penting bagi para orangtua untuk melihat kembali status vaksin anak. Bila belum mendapat vaksin campak, segera ke fasilitas kesehatan terdekat, bisa puskesmas atau rumah sakit, agar anak mendapat vaksin campak dengan lengkap.