Ilustrasi/ Foto: Shutterstock
Dream - Sosok ibu bagi Nabi Muhammad SAW begitu melekat dalam ingatan beliau, yaitu Siti Aminah, yang mengasuh Rasulullah hingga berusia 6 tahun. Sementara ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib tak pernah dilihatnya karena sudah meninggal sejak Rasulullah masih dalam kandungan.
Tak pernah bertemu langsung dengan ayahnya, dan hanya sebentar diasuh oleh sang ibu, Nabi Muhammad SAW punya caranya sendiri untuk berbakti. Dikutip dari Bincangsyariah.com, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berziarah ke lokasi makam ibunya.
Lalu beliau memperbaiki makam dan menangis karena teringat masa indah bersama sang ibunda tercinta. Melihat tangis Rasulullah SAW, para sahabat yang ikut bersamanya pun ikut menangis. Ketika ditanya sebab tangisnya, Rasul menjawab:
Artinya: Aku tersentuh oleh kasih sayang ibuku, maka aku menangis.
Dalam suatu riwayat lain dari Abdullah bin Mas’ud, diceritakan bahwa Rasulullah berjalan bersama para sahabat sehingga tiba di pemakaman. Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk duduk, lalu beliau menuju satu makam dan duduk. Di kuburan tersebut, Nabi Muhammad SAW berbisik, kemudian menangis hingga terdengar suara tangisannya.
Para sahabat pun ikut menangis mendengar tangisan Nabi. Beberapa saat kemudian, Nabi mendatangi para sahabat dan disambut oleh Umar bin Khattab seraya bertanya: “ Apa yang mengundang tangismu? Tangismu menjadikan kami menangis dan takut" .
Rasul SAW bertanya: “ Apakah tangisanku menakutkan kalian?” Umar pun menjawab, " benar wahai Nabi" .
Nabi pun menjawab:
Artinya: Kubur yang kalian lihat aku berbisik di sana adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahab. Aku meminta izin kepada Allah SWT untuk menziarahinya, dan aku diizinkan-Nya … (H.R Muslim).
Dari riwayat-riwayat di atas menandakan bahwa atas kecintaan Nabi Muhammad SAW kepada orangtuanya, membuat Nabi Muhammad SAW berziarah ke makam ibunya. Oleh karenanya, sepatutnya kita selaku umatnya mengikuti teladan baginda Nabi untuk selalu mendoakan orangtua.
Sumber: Bincang Syariah
Dream - Para orangtua biasanya sudah mempersiapkan nama ketika janin masih dalam kandungan. Pastinya, banyak hal yang jadi pertimbangan dalam memilih nama si kecil, salah satunya adalah makna yang baik dan untaian doa.
Bagi umat muslim, jika sudah diketahui janin dalam kandungan berjenis kelamin laki-laki sangat dianjurkan untuk memberinya nama sama seperti nama kakek buyutnya. Dikutip dari BincangMuslimah.com, hal ini merupakan tradisi Islam, di mana nama anak sering dibuat sama dengan nama kakek buyutnya atau generasi pendahulunya.
Salah satu contoh yang populer yaitu nama Imam Al-Ghazali yang sama dengan nama ayahnya juga, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali. Rasulullah sangat menganjurkan akan hal itu, sebagaimana hadits yang disampaikan lewat riwayat Shahih Muslim dan lainnya, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Artinya: “ Malam tadi aku dianugerahi seorang bayi laki-laki, segera aku namai ia dengan nama bapakku, yakni Ibrahim.” (HR. Muslim)
Dalam Islam memang sangat dianjurkan memberikan nama anak dengan nama kakek, tapi ada ketentuan yang harus diperhatikan. Pertama, jika sang ayah atau kakek adalah orang yang saleh.
Arti nama dari sang kakek juga bagus dan memiliki makna baik. Nama kakek/ buyut juga merupakan nama-nama yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah, maka pemberian nama tersebut termasuk kebaktian dan kebaikan.
Ibnul Qayyim berkata di dalam kitab Zadul Ma’ad, juz 2 halaman 312;
Artinya: “ Di saat para nabi adalah tokohnya manusia, akhlak mereka adalah akhlak terbaik, amalan mereka adalah amalan terbaik, maka nama mereka adalah nama terbaik. Andai tidak ada manfaat di balik penamaan dengan nama mereka, kecuali mengingatkan kepada sang nabi dan menjadikan hati dekat dengan nabi, maka cukuplah ini sebagai manfaat Ditambah lagi ada manfaat, yaitu menjaga nama para nabi dan mengingatnya selalu, agar tidak dilupakan, agar nama – nama dan sejarah mereka disebut di tengah masyarakat.”
Kedua, jika nama bapak atau kakek menunjukkan pada makna yang buruk, maka lebih utama ditinggalkan. Bahkan Rasulullah pun memerintahkan untuk mengganti nama-nama yang mempunyai makna yang buruk.
Bila nama yang buruk tersebut tetap dipaksakan kepada anak, maka anak boleh untuk menggantinya, karena nama yang baik termasuk hal yang harus orang tua berikan kepada sang anak.
Rasulullah Saw bersabda;
Artinya: “ dan dari Daud bin Umar, dari Abdullah bin Abi Zakaria, dari Abi Darda’ bahwa Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya pada hari kiamat kalian akan dipanggil dengan menggunakan nama-nama kalian. Oleh karena itu perbaguslah nama-nama kalian” (HR. Abu Dawud)
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN