Pandemi Covid-19 Buat Para Ibu Makin Kreatif Membuat Konten

Reporter : Nur Ulfa
Jumat, 10 Juni 2022 14:12
Pandemi Covid-19 Buat Para Ibu Makin Kreatif Membuat Konten
Dalam sehari, para ibu bisa menggunakan sosial media selama 3 jam atau lebih.

Dream - Pandemi Covid-19 terjadi sejak Maret 2020 dan hingga kini statusnya belum dicabut oleh WHO. Selama kasus Covid-19 sedang tinggi kita memang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.

Termasuk para anak-anak yang bersekolah secara online.  Awalnya kondisi pandemi membuat banyak orang terkaget karena harus melakukan adaptasi dengan cepat. Terutama para ibu yang harus menjaga kesehatan keluarga dan mendampingi anak-anaknya bersekolah.

Kondisi mendesak tersebut rupanya memiliki dampak positif. Para ibu jadi makin kreatif, terutama dalam hal membuat konten. Fakta ini didapatkan berdasarkan Digital Mum Survey 2022 oleh theAsianparent Indonesia terhadap 1.000 responden.

" Kita berbicara soal ibu-ibu biasa (ibu rumah tangga) mereka sangat aktif partisipasi dengan komunitas kita. Di dalam digital terdapat banyak insight menarik, ibu-ibu senang  menjadi konten kreator," kata Maju Widjaja - Head of Business UnitvMarket Research theAsianparent Indonesia, beberapa waktu lalu.


1 dari 4 halaman

Covid-19 Melandai, Banyak Konten Travel

Covid-19 Melandai, Banyak Konten Travel © Dream

hp

Biasanya konten yang dibuat antara lain sharing soal menu masakan, belanja online, review produk hingga yang terbaru saat ini adalah traveling.

" Kenapa konten traveling banyak dibuat? karena saat ini kasus covid menurun dan banyak yang mulai berani untuk liburan bareng keluarga," ungkapnya.

Maju Widjaja juga menjelaskan bahwa sosial media yang banyak digunakan ibu-ibu di Indonesia saat ini adalah Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube dan Twitter.

" Kita melihat selain sosmed itu mereka juga mengecek pinterest dan linkedin. Kenapa linkedin? kesempatan kerja terbuka dan mereka aktif mencari kerja," imbuhnya.


2 dari 4 halaman

Habiskan Waktu 3 Jam Per Hari di Sosial Media

Habiskan Waktu 3 Jam Per Hari di Sosial Media © Dream

parenting

Para ibu yang aktif menjadi konten kreator mulai dari usia 20 tahun hingga 45 tahun. Biasanya dalam sehari mereka aktif menggunakan sosial  media selama 3 jam.

" Kenapa sosial media sangat penting? karena bisa berkonekasi secara emosional," ujar Maju.

Munculnya para ibu-ibu yang menjadi konten kreator faktor utamanya adalah karena selama pandemi lebih banyak di rumah dan ingin mencari kegiatan positif.
Bahkan dari situ juga mereka mampu menghasilkan uang.

" Sosial media masih menjadi platform penting untuk media pemasaran," ungkapnya.

3 dari 4 halaman

Anak di Bawah 13 Tahun Tak Boleh Punya Media Sosial, Ini Alasannya

Anak di Bawah 13 Tahun Tak Boleh Punya Media Sosial, Ini Alasannya © Dream

Dream - Media sosial jadi hal yang tak bisa dipisahkan dengan remaja. Banyak anak yang menyalurkan hobi, bakat dan kreativitasnya lewat media sosial, bahkan mereka juga bisa mendapatkan uang.

Bagi orangtua, memberi izin anak memiliki media sosial, sebenarnya harus dengan banyak pertimbangan. Terutama pada anak-anak yang masih berusia di bawah 13 tahun. Sebagian besar media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, TikTok mengharuskan penggunanya berusia minimal 13 tahun.

Beberapa pihak bahkan mendesak Facebook untuk tak memperbolehkan penggunanya berusia di bawah 18 tahun. Jika memang anak ingin memiliki media sosial dan masih di bawah 13 tahun, sebaiknya kontrol tetap di orangtua.

Media sosial hanya bisa diakses dengan didampingi dan itu pun hanya ada di ponsel orangtua. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan. Mengapa? Yuk, cari tahu jawabannya.

 

4 dari 4 halaman

Batas privasi

Batas privasi © Dream

Anak di bawah 13 tahun belum sepenuhnya paham soal privasi. Mereka bisa saja live Instagram dari dalam kamar pribadi atau menunjukkan secara detail alamat rumah yang bisa membahayakannya.

Menunjukkan sekolah di mana dan detail informasi pribadi di media sosial yang tentunya sangat berbahaya. Untuk itu, tidak bijak jika membiarkan anak menggunakan media sosial tanpa dipantau, termasuk ketika mereka sudah 13 tahun.

 Risiko tinggi mengalami kecemasan

Bullying, dan false reality bisa membuat anak mudah cemas, bahkan depresi. Anak-anak masih belum memilikikepercayaan diri yang kuat, dan inilah alasan utama mengapa anak-anak tidak boleh diizinkan menggunakan media sosial.

Dalam periode ini, anak-anak harus dibimbing untuk mengembangkan keterampilan yang mereka kuasai. Fokuskan pada hal tersebut karena tekanan dari media sosial, sangat tinggi.

Anak-anak adalah 'harta' di mata para penipu dan pencuri identitas. Ini karena anak-anak tidak mengambil pinjaman, memiliki kartu kredit, atau membayar tagihan. Nilai kredit mereka bersih dan pencuri dapat memanfaatkannya.

Para pencuri identitas banyak yang secara khusus menargetkan anak-anak pengguna media sosial. Pengetahuan soal keamanan internet mereka sangat minim dan sangat mudah ditipu. Jadi ayah ibu, cobalah lebih bijak.

Sumber: Brightside

 

Beri Komentar