Kasus Anak Belanja Jutaan di E-Commerce Bikin Stres Orangtua, Psikolog: HP Bukan Mainan

Reporter : Mutia Nugraheni
Sabtu, 28 Januari 2023 12:20
Kasus Anak Belanja Jutaan di E-Commerce Bikin Stres Orangtua, Psikolog: HP Bukan Mainan
"Saya menyaksikan kejadian yang sungguh menyayat hati, saat melihat seorang anak yang masih bocah, menangis tersedu-sedu minta maaf sama orangtuanya".

Dream - Banyak sekali kasus anak bermain-main ponsel orangtua kemudian membuka aplikasi belanja atau pemesanan makanan. Si anak kemudian membeli barang atau pesan makanan yang harganya mencapat jutaan tanpa sepengetahuan orangtua.

Seperti dalam kasus yang viral baru-baru ini, yaitu seorang anak menangis hebat minta maaf pada orangtua karena membeli barang di e-commerce sampai Rp2 juta. Kedua orangtuanya memarahi si anak habis-habisan.

Bila ditelaah lebih dalam, bukankah ponsel orangtua bukan mainan anak? Anak pun seharusnya dalam pengawasan orangtua. Roslina Verauli, psikolog keluarga, menjelaskan fenomena ini dalam akun Instagramnya @verauli.id.

" Saya menyaksikan kejadian yang sungguh menyayat hati, saat melihat seorang anak yang masih bocah, menangis tersedu-sedu minta maaf sama orangtuanya, karena secara gak sengaja berbelanja online hingga jutaan rupiah," kata Vera dalam video yang diunggahnya di Instagram.

1 dari 4 halaman

Introspeksi

Menurutnya, orangtua sebaiknya tidak buru-buru memarahi apalagi sampai memberikan syok terapi. Penting untuk orangtua melakukan introspeksi. Lihat lebih dalam, apakah selama ini pengawasan pada anak sudah cukup, apakah sudah memberi batasan yang sehat terkait penggunaan ponsel pada anak.

" HP itu bukan mainan anak, apalagi bila handphone milik orangtua. Sebelum buru-buru menyalahkan anak dan memarahi mereka orangtua perlu melakukan introspeksi 'kok bisa' anak dibiarkan terjebak dalam ruang yang gak cocok buat usia tanpa pengawasan memadai," ungkap Vera.

Ia juga mengingatkan ayah bunda untuk banyak belajar dalam mengasuh anak. Terutama dalam hal pengawasan.

" Saatnya kita mulai belajar jadi orangtua yang lebih bjak mengasuh, memperlakukan anak. Agar anak tidak terjebak pada ulah atau aksi yang merugikan diri mereka dan sekitarnya," pesan Vera.

 

2 dari 4 halaman

Lihat Penjelasan Detailnya

3 dari 4 halaman

Bukan Dibilang 'Cengeng', Psikolog Ingatkan Validasi Emosi Anak

Dream - Rasa empati, peduli dengan orang lain dan sekitar, tak mau merugikan dan menyakiti orang lain bukan muncul dalam sekejap. Empati perlu diasah sejak dini, dengan menormalkan anak merasakan berbagai emosi.

Seringkali kita sebagai orangtua saat anak sedang bahagia mendapat nilai bagus, hadiah atau karena hal lain, memberinya senyuman, tepuk tangan atau pelukan. Sementara ketika anak bersedih, marah, kecewa, kita memintanya segera menghentikan tangisan.

Tak hanya itu kadang juga terlontar kata-kata yang melabelinya seperti " cengeng" , " manja" , " nakal" dan sebagainya. Hal ini seakan anak tak boleh merasakan emosi negatif sebagai manusia biasa, padahal hal itu sangat normal.

Samanta Elsener, seorang psikolog lewat akun Instagramnya @samanta.elsener mengungkap kalau mengakui emosi anak lalui memvalidasinya memang bukan hal mudah. Orangtua perlu belajar dan latihan. Hal ini sangat penting untuk perkembangan emosi anak dan mengasah empatinya agar juga bisa mengenali emosi orang lain dan bagaimana menyikapinya.

" Emang paling susah belajar mengenali emosi anak, terus divalidasi pula. Kenapa harus divalidasi bukannya nanti makin jadi nangisnya? Makin susah disuruh berhenti nangis. Lha, emang kenapa sih kalau anak nangis? Boleh donk anak nangis. Itu bentuk ekspresi emosi anak lho. Kalau divalidasi anak jadi tahu orang tuanya paham perasaan dia dan bisa berempati ke anak," ungkap Samantha.

 

4 dari 4 halaman

Kalimat Validasi Emosi

Menyuruh anak berhenti menangis sambil meneriaki, mengancam atau menakut-nakuti justru akan membuat emosi anak tak sehat. Merasa tak didengarkan dan membuat jarak dengan orangtua

" Kalau disuruh berhenti nangis apalagi pakai jerit teriak dan mengancam, anak makin merasa terancam dan makin jauh dari orangtua," tulis Samantha.

Ia pun membagikan cara bagi orangtua untuk melakukan validasi pada anak yang sedang memiliki emosi negatif. Kalimat-kalimat berikut bisa digunakan. Seperti " kelihatannya kamu sedih banget dengan apa yang baru saja terjadi" .

Kalimat lainnya " mama perhatikan kamu merasa excited dan nervous juga secara bersamaan" , " kamu terlihat lagi kesal/ kecewa, mama ada di sini sama kamu" .

Lihat video menarik yang dibuat oleh Samantha.

 

Beri Komentar