Kondisi Darurat Jika Harus Berikan Obat Tablet Demam untuk Anak

Reporter : Mutia Nugraheni
Selasa, 1 November 2022 12:14
Kondisi Darurat Jika Harus Berikan Obat Tablet Demam untuk Anak
Dalam situasi tertentu, ketika anak demam tinggi, sangat rewel dan tidak nyaman, tentunya kita tak tega untuk membiarkannya.

Dream - Keamanan sirup obat pereda nyeri dan demam untuk hingga kini masih menimbulkan keraguan. Banyak orangtua yang ragu untuk memberikan obat sirup untuk anak-anaknya.

Dalam situasi tertentu, ketika anak demam tinggi, sangat rewel dan tidak nyaman, tentunya kita tak tega untuk membiarkannya. Idealnya, segera periksakan ke dokter agar mendapat penanganan yang aman secara medis.

Bila memang kondisi darurat, bisa memberikan obat paracetamol tablet pada anak. Dokter Piprim Basarah, ketua PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan di akun Instagramnya @dr.piprim, perhitungan memberi tablet parasetamol untuk anak.

Hal ini bisa dilakukan jika dalam keadaan darurat. " Gunakan parasetamol tablet 500 mg, untuk anak berat 10 kg bisa diberikan 1/4 tablet dan anak berat 20 kg bisa diberikan 1/2 tablet. Ini dosis sekali minum," ungkapnya.

Bisa gunakan pisau bersih untuk memotong tablet lalu larutkan dalam air bersih di dalam sendok dan buat seperti puyer. Ingat, hal ini hanya boleh dilakukan jika belum bisa ke dokter.

" Dalam KONDISI DARURAT hal ini bisa digunakan. Alternatif lain menggunakan parasetamol suppositoria yang dimasukkan dari anus," tulis dr. Piprim.

Bila gejala tak kunjung mereda, segera periksakan ke dokter. Jangan tunda terlalu lama agar pengobatan lebih efektif.

1 dari 5 halaman

Gagal Ginjal Anak Sudah Stadium Berat, Ini Tandanya

Dream - Kementerian Kesehatan hingga saat ini masih terus berusaha menekan kasus gagal ginjal anak akut. Gangguan kesehatan ini memiliki tingkatan keparahan, ada tanda khas ketika sudah stadium berat.

Pasien anak yang gagal ginjal stadium 3 atau berat, tubuhnya tidak akan memproduksi urine atau disebut anuria. Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien gagal ginjal akut sendiri sudah berada pada stadium berat. Artinya, anak sudah tidak lagi memproduksi urine sama sekali.

" Ada stadium yang kita dapatkan pada pasien, yang terbanyak memang stadium 3 itu 61 persen. Inilah yang stadium 3 terjadinya anuria, tidak keluar urine sama sekali karena ginjalnya sudah gagal melakukan metabolisme," kata Syahril, dikutip dari Liputan6.com, 27 Oktober 2022.

Ia juga mengungkap ada sekitar 11 persen anak berada pada stadium 1. Serta, 7 persen yang berada pada stadium 2, dan sisanya sebanyak 20 persen belum teridentifikasi berada pada stadium mana.

2 dari 5 halaman

Menurut Syahril, setidaknya 143 anak atau sekitar 53 persen mengalami gejala anuria. Sebanyak 58 anak atau 22 persen mengalami gejala oliguria (sedikit urine), dan 68 anak atau sekitar 25 persen tidak mengalami anuria maupun oliguria.

" Kalau dia sudah sama sekali tidak buang air kecil disebut dengan anuri. Ini berarti stadiumnya sudah stadium 3, stadium berat. Dari data yang ada itu 143 atau 53 persen itu dia anuri," kata Syahril.

IDAI Ungkap Kasus Gagal Ginjal Anak di Indonesia Naik Drastis

Sebelum munculnya gejala khas yang berkaitan dengan produksi urine, anak-anak ikut mengalami gejala prodromal (perubahan kebiasaan) selama 1-5 hari yang cukup beragam. Demam menjadi gejala yang paling banyak dialami.

3 dari 5 halaman

" Di sini terlihat ada demam, nafsu makan turun, kemudian anaknya tidak begitu bergairah, ada diare, mual-mual, dan ada gangguan saluran pernapasan. Jadi ada dua gejalanya, yang khas dan gejala awalnya."

Menyoroti kasus gagal ginjal akut, Syahril menjelaskan bahwa pihak Kemenkes telah bekerja sama dengan berbagai pihak. Seperti dinas kesehatan, rumah sakit, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) untuk mengatasinya.

" Sebanyak 30 antidotum fomepizole ke Indonesia secara bertahap dari Singapura, 20 vial tiba pada tanggal 10 dan 18 Oktober di mana digunakan untuk pengobatan pasien yang ada di RSCM, 10 vial lagi akan datang pada hari ini," ujar Syahril.

4 dari 5 halaman

Kasus Gagal Ginjal Anak Terus Bertambah, IDAI Ingatkan 7 Tanda Bahaya

Dream - Jumlah kasus gagal ginjal anak di Indonesia terus bertambah. Dikutip dari Merdeka.com, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (AKI) nasional meningkat menjadi 245 per 23 Oktober 2022.

Angka tersebut bertambah empat kasus dari data 21 Oktober 2022 sebanyak 241 kasus. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, 245 kasus ini tersebar di 26 provinsi. DKI Jakarta mencatat jumlah kasus terbanyak yakni 55. Disusul Jawa Barat 34, Aceh 28, Jawa Timur 27, dan Bali 15.

Kasus Gagal Ginjal Anak Terus Bertambah, IDAI Ingatkan 7 Tanda Bahaya

Terkait hal tersebut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui Instagram resminya @idai_ig meminta orangtua untuk mengenali tujuh tanda bahaya pada anak. Munculnya keluhan kesehatan ini bisa jadi pertanda kondisi kesehatan anak yang harus segera mendapat penanganan medis, karena bisa jadi gejala AKI.

Apa saja?

1. Anak kesulitan bernapas
Anak bernapas lebih cepat dari biasanya, cuping hidung kembang kempis, kepala terangguk saat bernapas, tampak cekungan pada dada saat bernapas.

2. Anak Menolak menyusu atau makan
Kehilangan nafsu makan dan minum juga jadi tanda bahaya, terutama jika anak mengalami diare atau muntah. Hal ini bisa membuat anak mengalami dehidrasi akut.

3. Produksi urin berkurang atau menurun
Perhatikan kebiasaan anak saat buang air kecil. Bila jumlah urine pada popok berkurang lebih dari setengahnya urine normal, bisa jadi tanda bahaya. Segera periksakan ke dokter.

 

5 dari 5 halaman

Tanda Selanjutnya

4. Penurunan kesadaran
Anak tampak lesu dan mengantuk di luar waktu tidur, menangis lemah atau tidak menangis. Bisa juga gelisah, mengigau dan sulit ditenangkan.

5. Demam disertai ruam
Demam tinggi yang kadang disertai munculnya ruam di kulit. Untuk itu jika anak demam, perhatikan juga kondisi kulitnya.

6. Warna kulit yang tidak normal
Kulit berubah jadi biru atau keabuan, terutama pada bibir dan kuku.

7. Kondisi anak yang tak biasa
Sebelumnya anak tak pernah mengalami gejala-gejala tersebut dan tak kunjung mereda justru kondisi anak semakin parah. Jangan tunda untuk membawanya ke RS.

Beri Komentar