Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis

Reporter : Editor Dream.co.id
Kamis, 28 Desember 2023 16:12
Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis
Berturut-turut angka kematian melampaui angka kelahiran di negara yang ekonominya keempat terbesar di Asia tersebut.

1 dari 13 halaman


Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis

imageKrisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis
" /> © Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis shutterstock

2 dari 13 halaman

© Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis Shutterstock

Dream - Dua negara di Asia Timur yang sejak beberapa tahun lalu hingga di penghujung 2023 ini mengalami krisis populasi, yaitu Jepang dan Korea Selatan. Pemerintah setempat melakukan berbagai cara untuk mengatasi tersebut.

3 dari 13 halaman

© Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis Shutterstock

Untuk kondisi Korea Selatan (Korsel), Presiden Yoon Suk Yeol mendesak jajarannya untuk segera mencari solusi. Sejumlah langkah kebijakan sebenarnya telah dibuat.

4 dari 13 halaman

© Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis shutterstock

Sayangnya, kebijakan yang dibuat belum mampu membuat para generasi muda Korsel termotivasi menikah dan memiliki anak. 

5 dari 13 halaman

" Isu rendahnya angka kelahiran membutuhkan kita untuk menangani situasinya dengan lebih serius dan merenung terkait penyebab-penyebab dan solusi-solusi dari dimensi yang berbeda dari sebelumnya," ujar Presiden Korsel Yoon Suk Yeol, seperti dikutip dari Yonhap.

6 dari 13 halaman

© Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis Instagram @sukyeol.yoon

Presiden Yoon mengungkap terus turunnya angka kelahiran karena adanya kompetisi yang intens, seperti pendidikan. 

7 dari 13 halaman

Badan statistik Korea Selatan menyebut angka kelahiran pada kuartal ketiga 2023 hanya 0,73. Angka itu jauh di bawah standar 2,1 yang dibutuhkan agar populasi stabil sejumlah 51 juta.

" Waktunya hampir habis. Saya harap setiap badan pemerintah mendekati isu rendahnya angka kelahiran dengan tekad luar biasa," ucapnya.


8 dari 13 halaman

Solusi pemerintah yang ditawarkan Presiden Yoon adalah reformasi di sektor pensiunan, tenaga kerja, dan pendidikan. Presiden Yoon juga meminta agar badan-badan pemerintah mengeksekusi tugas dari anggaran pemerintah yang pekan lalu baru diloloskan parlemen Korea Selatan.

9 dari 13 halaman

Anak Muda Korea Malas Berkeluarga

Korea Selatan mengalami krisis demografis setelah data baru mengungkap rendahnya tingkat kesuburan di negara yang dijuluki negeri ginseng ini. Menurut statistik yang dirilis baru-baru ini oleh Statistik Korea, terdapat 249.000 bayi yang lahir pada 2022 silam.

10 dari 13 halaman

Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 4,4 persen dari tahun-tahun sebelumnya dan mencatat bahwa ini merupakan tahun ketiga secara berturut-turut angka kematian telah melampaui angka kelahiran di negara ekonomi keempat terbesar di Asia tersebut.


" Jumlah rata-rata bayi yang diharapkan per wanita Korea Selatan selama masa reproduksinya turun menjadi 0,78 pada tahun 2022, turun dari 0,81 setahun sebelumnya," kata laporan tersebut, dikutip dari Aljazeera.

11 dari 13 halaman

© Krisis Populasi di Negeri Ginseng, Presiden Korsel: Waktunya Hampir Habis Instagram @sukyeol.yoon

Angka tersebut merupakan rekor terendah Korsel yang pernah dialami sejak 1970. Hal ini membuat Korea Selatan satu-satunya negara di dunia dengan tingkat kesuburan di bawah satu.

12 dari 13 halaman

Tercatat bahwa populasi Korea Selatan mulai menurun untuk pertama kalinya pada 2021, dan diproyeksikan akan turun lebih jauh menjadi 38 juta pada 2070. Para ahli menganalisis, angka kelahiran harus mencapai setidaknya 2,1 untuk menjaga populasi negara itu stabil dengan 52 juta jiwa.

13 dari 13 halaman

Tingkat kelahiran yang anjlok memicu kekhawatiran bahwa populasi yang menurun dapat sangat merusak ekonomi Korea Selatan karena kekurangan tenaga kerja serta membengkaknya anggaran kesejahteraan sebab jumlah lansia meningkat dan pembayar pajak menyusut. Dana yang dikeluarkan untuk anggaran pensiun dikhawatirkan akan menguras ekonomi negara tersebut dalam beberapa dekade mendatang.

Sumber: Liputan6.com


Beri Komentar