Eksperimen Hujan/ Sumber: Instagram @sudiyanti27
Dream - Anak-anak sedang di masa liburan semester. Bila tak punya rencana jalan-jalan atau liburan ke luar kota, coba isi liburan anak dengan aktivitas seru di rumah, berupa eksperimen.
Anak usia sekolah dasar (SD) biasanya suka sekali dengan kegiatan eksperimen karena memicu rasa selalu memancing rasa penasaran. Ada satu eksprimen simpel yang bisa dilakukan bersama buah hati di rumah, yaitu mengenal proses terjadinya hujan.
Pemilik akun Instagram @sudiyanti27 membagikan video untuk membuat eksperimen ini. Berikut beberapa bahan yang dibutuhkan:
- Botol kaca
- Pipet
- Kapas
- Air yang telah diberi warna biru
- Campur air dengan pewarna, taruh dalam wadah
- Taruh kapas di mulut botol
- Ambil air menggunakan pipet dan taruh di atas kapas
- Minta si kecil perhatikan tetesan air hingga ke dasar botol
- Bola kapas (awan hujan) akan meresap air dan air mulai menetes ke dalam botol seperti hujan
Sudiyanti mengungkap kalau aktivitas untuk anak-anak ini bukan hanya menyenangkan tapi juga memiliki manfaat. Seperti melatih motorik halus, emberi pengetahuan tentang hujan, mengenal hubungan sebab akibat, serta mengasah rasa ingin tahu anak.
Lihat postingan ini di Instagram
Dream - Pada anak tertentu, saat disediakan makanan, mereka bukan melahapnya tapi selalu dimainkan. Ada yang memindahkan, memutarnya, menaruhnya di atas kepala atau meremasnya sampai hancur.
Hal itu pastinya membuat pusing ayah dan bunda di rumah. Biasanya hal ini terjadi pada anak balita yang masih belajar makan. Situasi makan memang jadi sangat berantakan, tapi sebenarnya hal itu juga merupakan pertanda baik.
Mengapa? Berikut alasannya dikutip dari KlikDokter.com.
Proses Belajar dan Bermain
Pada usia 5-6 tahun, itu merupakan masa-masa penting untuk perkembangan sensori anak. Sebab pada masa tersebut, anak melakukan eksplorasi dengan mengembangkan kemampuan panca indera mereka. Salah satunya adalah eksplorasi rasa dan sentuhan, merasakan, dan membedakan berbagai tekstur melalui makanan.
Tanda Anak Pintar
Ternyata, anak-anak yang makan dengan berantakan berpotensi menjadi pembelajar yang lebih baik dan lebih cepat di masa mendatang. Journal Developmental Science mengamati 72 balita yang diberikan oatmeal, saus apel, dan susu.
Hasilnya, anak-anak yang mengotori tangan mereka dengan ketiga makanan tersebut ternyata mampu mempelajari kata-kata dengan lebih cepat daripada yang makannya rapi.
Makanan yang dirasa sudah cukup enak oleh orang dewasa, belum tentu berlaku sama untuk anak-anak. Ketika si anak lebih banyak meremas dan melempar makanannya ketimbang memasukkannya ke dalam mulut, itu bisa saja menandakan ia dia kurang berselera dengan makanan yang orang tua buat.
Sedang Tidak Lapar
Meski sudah jam makannya, ada kalanya anak masih merasa kenyang, apalagi jika sebelumnya sempat minum susu atau menikmati camilan manis. Memberikan makanan lain kepada anak yang masih kenyang, akhirnya dianggap sebagai menawarkan sebuah mainan. Maka tidak heran jika anak malah memainkan makanannya atau menjadikan makanan tersebut eksperimen.
Penjelasan selengkapnya baca di sini.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN